Senin, 08 Desember 2014

The Self (Diri) dalam Psikologi Sosial


  1. Pengantar
teori-psikologi-sosial
Salah satu aspek yang dominan dari pengalaman manusia adalah perasaan yang kuat mengenai eksistensi dirinya. Sejak zaman perkembangan filsafat Yunani kuno para filsuf berusaha menggeluti isu/persoalan tentang diri atau identitas pribadi. Salah satu cabang ilmu yang menjadikan diri sebagai objek kajiannya adalah Psikologi, secara khusus pada Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial. Pada pembahasan selanjutnya kami hanya akan memaparkan tentang DIRI dalam kajian Psikologi Sosial.

  1. Sejarah
Minat Psikologi Sosial terhadap DIRI sebagai objek kajian memiliki sejarah yang tak dapat dideteksi dengan pasti. Tetapi kajian tentang diri dalam Psikologi Sosial modern dimulai sekitar tahun 1950. Pada masa itu psikologi didominasi oleh dua paradigma yakni Behaviorisme dan Psikoanalisis Freudian. Paradigma pertama memberikan pandangan yang samar tentang diri, hanya memberikan sedikit pemahaman tentang harga diri, krisis identitas, atau black-box kesatuan yang tak terlihat seperti diri. Sedangkan paradigm kedua tidak langsung berbicara tentang diri, tetapi lebih menggunakan term ego. Perkembangan perhatian terhadap diri mengalami kemajuan pada tahun 1960-an dan 1970-an.

  1. Pengertian Diri
Untuk memahami pengertian The Self (diri), kita dapat menjadikan beberapa pengertian umum berikut. Secara umum pengertian diri dapat dilihat sebagai berikut:
  1. Pertama, diri sebagai agen internal atau daya batin manusia yang mengontrol dan mengarahkan fungsi-fungsi motif, kebutuhan, dll. Diri merupakan sebuah entitas hipotetis, sebuah aspek yang diasumsikan menjadi bagian dari psike/jiwa dengan suatu peran tertentu yang harus diemban.

  2. Kedua, diri sebagai saksi batin/internal terhadap kejadian, peristiwa atau suatu hal. Diri dilihat dari komponen psike yang mengemban fungsi introspeksi.

  3. Ketiga, diri sebagai totalitas pengalaman dan ekspresi pribadi. Di titik ini istilah diri digunakan secara inklusif dan relative netral, dan istilah lain seperti ego, pribadi, individu dan organisme diterima sebagai sinonimnya.

  4. Keempat, diri sebagai sebuah sintesis, diri sebagai sebuah keseluruhan yang terorganisir, hampir mirip dengan makna ketiga, tetapi dengan konotasi tambahan kalau seseorang lebih berkonsentrasi kepada aspek-aspek yang terintegrasikan di dalamnya.

  5. Kelima, diri sebagai konsepsi sadar, atau lebih disebut sebagai identitas.
Selain dari beberapa pengertian di atas, diri dapat dipahami sebagai keyakinan yang kita pegang tentang kita sendiri sebagai pribadi yang otonom. Keyakinan itu dapat kita peroleh dari kesadaran pribadi sebagai hasil suatu refleksi, dari suatu relasi interpersonal, di mana diri terbentuk dan dikenal karena suatu interaksi dan relasi dengan orang lain, juga dari cara bagaimana kita membuat keputusan dan menggunakan control.

  1. Self-Knowledge
Self-Knowledge (pengenalan diri) kadang-kadang dikenal sebagai self-concept. Corak ini mempertimbangkan orang-orang untuk mengumpulkan informasi dan kepercayaan tentang diri mereka. Self-Awareness seseorang, mengagumi diri sendiri, dan menyangkal diri semua termasuk dalam self-knowledge. Kita belajar sekitar diri kita melalui introspeksi, perbandingan sosial, dan self-perception.
    sosial-dasar
  • Self-Awareness (Kesadaran Diri)
Pengetahuan/pengenalan tentang diri tidak dapat tercapai jika tanpa kesadaran tentang diri. Seseorang hanya bisa mengenal dirinya sendiri jika ia sadar akan dirinya. Makna umum self-awareness adalah suatu kondisi di mana seseorang menjadi sadar atau paham akan dirinya sendiri dalam pengertian yang relative obyektif, terbuka dan bersedia menerima pujian atau kritikan tentang sifat atau wataknya.
Teori self-awareness membuat generalisasi bahwa orang-orang yang sadar akan dirinya cenderung sadar akan kelemahan dan kekurangannya. Akibatnya, pribadi tersebut termotivasi untuk mengarahkan diri pada dua hal, yakni menghilangkan kesadaran dirinya atau menghilangkan kelemahannya.
Self-awareness memiliki padanan dengan self-consciousness yang bermakna sama, di mana seseorang memiliki kesadaran akan dirinya sendiri, yang juga mendapat pengakuan tambahan kalau orang lain juga memiliki kesadaran terhadap diri mereka sendiri.

  • Self-Concepts, Schemas, and Beyond
Self-concepts dimengerti sebagai konsep seseorang tentang dirinya sendiri secara utuh, dengan deskripsi yang menyeluruh dan mendalam yang bisa diberikannya seoptimal mungkin. Self-concepts memberikan penekanan pada penilaian evaluative. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.

Self-schemas merujuk pada suatu struktur umum dan menyeluruh tentang diri sendiri, dengan asumsi bahwa skema merupakan rencana mental kognitif yang sifatnya abstrak, berfungsi sebagai penuntun tindakan.

  • Cognitive Roots of Self-Knowledge
Pengetahuan tentang diri merupakan suatu kajian multi dimensi. Salah satunya adalah bagwa diri merupakan suatu komponen pengetahuan atau komponen kognitif. Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang, misalnya “saya ini penakut, saya ini tidak sombong” dll. Komponen kognitif merupakan penjelasan tentang siapa saya, yang akan memberikan gambaran objek tentang diri saya (picture) yang kemudian melahirkan citra diri (image).

  • Motivational Influences on Self-Knowledge
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, dan tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhri daripada gerakan atau perbuatan.
Seseorang senantiasa memiliki motivasi untuk mengenal dirinya sendiri, baik secara internal maupun eksternal.

  • Self-Deception (Penyangkalan Diri)
Self deception memiliki pengertian penyangkalan diri dalam artian tidak memiliki pemahaman yang akurat terhadap keterbatasan-keterbatasan diri. Pengertian ini secara lanjut dapat diartikan pula sebagai suatu sikap penolakan terhadap keadaan diri yang memiliki keterbatasan, yang diperlawankan dengan self-acceptance.
    sef
  •  Self-Esteem and Narcissism
Self-esteem merupakan taraf/derajad seseorang menilai dirinya sendiri atau memberi harga pada dirinya sendiri. Self-esteem menguraikan bagaimana seseorang mengevaluasi diri mereka yang secara positif atau secara negatif. Empat faktor yang berperan untuk penghargaan diri sendiri adalah reaksi yang kita dapatkan dari orang lain, bagaimana kita menyamakan (menyesuaikan) diri dengan orang lain, peranan kita dalam lingkungan sosial, dan identifikasi diri sendiri.

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain

5. Interpersonal Self
  • Self-Presentation
Presentasi diri adalah proses menyajikan/menghadirkan diri sendiri pada suatu hubungan dalam mode-mode tindakan dan perilaku yang diterima secara social. Proses ini dilandaskan pada penggunaan sejumlah strategi spesifik yang dirancang untuk membentuk suatu tampilan diri sesuai yang dipikirkan atau diharapkan orang lain. Cara kita menghadirkan dan memperkenalkan diri kita dalam situasi social dapat mempengaruhi konsep diri kita. Melalui tindakan dan perilaku, kita akan mendapatkan pengetahuan tentang diri kita.

Self-presentation mengacu pada usaha kita untuk mengontrol pesan/kesan yang ingin kita sampaikan. Tujuan dasarnya adalah menata interaksi agar mendapatkan hasil yang kita inginkan, dan hal ini sering merupakan aktivitas yang disengaja. Pada kondisi yang familiar, aktivitas presentasi diri sering berlangsung otomatis. Ketika presentasi diri telah menjadi rutinitas, orang dapat keluar dan melepaskan focus pada kesan dan dapat memfokuskan perhatiannya pada aspek lain.

  •  Self-Concept Change and Stability
Konsep diri merupakan cara seseorang memandang atau menggambarkan dirinya. Kita dapat memiliki gambaran yang baik dan menyenangkan tentang diri kita. Sebaliknya, kita juga bisa mempunyai gambaran yang buruk tentang diri sendiri. Konsep diri menentukan bagaimana kita bereaksi atau menanggapi dunia di luar kita, dan menentukan juga sejauh mana kita puas dengan hidup kita. Konsep diri sebetulnya relatif stabil, tapi tetap dapat berubah secara perlahan.

  1. Executive Function: Self as Agent
    Self-regulation
  • Self-Regulation
Self regulation pada intinya adalah cara orang mengontrol dan mengarahkan tindakannya, bagaimana diri mengatur pikiran, emosi dan tindakan dalam situasi social. Regulasi diri dapat berlangsung secara otomatis tanpa sadar atau pemikiran mendalam. Misalnya kita merespons petunjuk-petunjuk yang menonjol dalam lingkungan dan mengatur perilaku kita. Tetapi kadang-kadang kita secara sadar dan aktif mengintervensi untuk mengontrol pikiran, reaksi dan perilaku kita. Dalam self-regulation, ada tiga hal penting, yakni standar, monitoring dan tekad.

  • Beyond Self-Regulation: Executive Function
Self regulation atau regulasi diri secara bahasa mempunyai arti pengelolaan diri. Individu tidak dapat secara aktif  beradaptasi terhadap lingkungannya selama mampu membuat kemampuan kontrol pada proses psikologi dan prilakunya. Regulasi diri juga berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan, serta tindakan yang direncanakan dan adanya timbal balik yang disesuaikan pada pencapaian  tujuan personal.

Teori regulasi diri memfokuskan perhatian pada mengapa dan bagaimana individu berinisiatif dan mengontrol terhadap segala prilaku mereka sendiri. Regulasi  diri bukan merupakan kemampuan mental seperti intelegensi atau ketrampilan akademik seperti kemampuan membaca, melainkan proses pengarahan atau pengintruksian diri indivdu untuk mengubah kemampuan mental yang dimilikinya menjadi ketrampilan dalam suatu bentuk aktivitas.

Individu bereaksi terhadap lingkungannya terjadi secara reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang akan memotivasi dan membimbing tingkah lakunya sendiri melalui strategi proaktif.

  • Self-Determination Theory
Self-determinanion dapat diterjemahkan sebagai penentuan atau penetapan diri. Makna umum self-determination adalah pengontrolan internal seseorang atas perilakunya sendiri, bertindak menurut basis keyakinan dan nilai pribadi dari pada norma social atau tekanan kelompok.

  • Mengatur berbagai pencapaian tujuan
Sebagai pengatur, diri merupakan suatu system utuh yang bergerak untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan itu merupakan nilai yang harus dicapai, sehingga dengan demikian seluruh dinamika diri diarahkan untuk mencapai tujuan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini