Rabu, 03 Desember 2014

Kenapa Cinta dan Sebal Dapat Muncul Bersamaan?

Fisiologi Jatuh Cinta: Dari mata naik ke otak

Pada dasarnya cinta merupakan kondisi emosional seseorang karena suatu stimulus tertentu. Sebagai sebuah reaksi emosional, cinta adalah reaksi hormon dalam diri manusia akibat adanya rangsangan yang diterima melalui indra. Dan reaksi hormon itu berpusat di otak manusia. Bagaimana proses jatuh cinta itu? Atau bagaimana reaksi otak saat terjadi jatuh cinta?

Pertama, proses berawal dari mata (indra penglihatan). Rekaman gambar hasil tangkapan mata itu dibawa ke thalamus di otak, di mana thalamus merupakan sejumlah pusat syaraf, dan berfungsi sebagai pusat penerimaan untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Data yang diterima thalamus lalu dikirimkan ke amigdala dan neo cortex. Amigdala merupakan sekelompok syaraf di otak yang berfungsi dalam pengolahan data sensorik dan ingatan akan emosi. Sedangkan neo cortex adalah ‘otak berpikir’ yang mengumpulkan dan memahami hal-hal yang diserap oleh indra dan kemudian mengolahnya.

Stimulus juga bisa datang dari telinga (indra pendengaran). Suara seseorang, apalagi juga ditambah ucapan yang ditujukan kepada pasangan seperti pujian dapat menjadi stimulus cinta. Suara yang ditangkap telinga dikirimkan ke thalamus dan selanjutnya diproses di amigdala dan neo cortex. Selain itu stimulus bisa datang melalui sentuhan. Pada saat itulah timbul perasaan jatuh cinta.

Reaksi lain dari jatuh cinta adalah jantung berdebar. Pada saat jatuh cinta dialami, peristiwa itu akan tersimpan di hippocampus, yang berfungsi mengingat dan menyimpan kenangan. Hormon-hormon yang bekerja pada saat jatuh cinta antara lain seratonin (hormon yang mengontrol perasaan jatuh cinta), dopamine (perasaan bahagia), adrenalin dan norepinephrine (hormon yang mengatur perasaan gugup, gelisah, euforia).

 Mengapa seseorang merasa sebal?

Menurut kamus umum bahasa indonesia, kata sebal didefinisikan sebagai perasaan mendongkol karena kecewa, tidak senang, dsb. Dan kata menyebalkan merupakan kata kerja yang berarti yang menimbulkan rasa sebal atau mengesalkan hati. Sebal, seperti halnya marah merupakan perasaan tak terkontrol dalam menanggapi frustasi atau hinaan dari ekspresi diri sesuai kehendak hati tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Kemarahan merupakan campuran dari elemen-elemen emosional, fisiologis,dan kognitif.

Emosi mulai memasuki dua struktur bangunan berbentuk almond di dalam otak yang disebut amygdala. Amygdala bertanggung jawab mengidentifikasi ancaman-ancaman, dan mengirimkan peringatan, ketika ancaman teridentifikasi. Amygdala sangat efisien dalam memperingatkan adanya ancaman ini. Sehingga, menyebabkan seseorang mengambil tindakan sebelum ancaman itu sampai ke korteks (bagian otak yang bertanggung jawab untuk berpikir dan menimbang), tanpa mampu mengecek kelayakan reaksi yang terjadi. Dalam kata lain, otak kita punya semacam saluran yang dapat melaksanakan tindakan sebelum konsekuensinya dipertimbangkan secara logis (refleks)

Ketika seseorang merasa sebal, di dalam otak, bahan kimia yang berfungsi sebagai neutrontransmitter yang bernama catecholamine dilepas, menyebabkan ledakan energi yang bertahan selama beberapa menit. Dalam rangkaian yang cepat, tambahan hormon dan neutrontransmitter otak, adrenalin dan noradrenalin dilepaskan, yang akan memicu suatu kondisi rangsangan yang lebih lama. Korteks bagian depan menahan emosi sesuai proporsi rangsangan (marah). Amygdala memulai emosi tersebut, sedangkan korteks bagian depan meredakan emosi melalui penilaian. Korteks bagian depan sebelah kiri dapat meredakan amarah tersebut. Bagian itu bertugas menjaga sesuatu menjadi terkontrol.

Permasalahan “Jatuh Cinta kepada orang yang menyebalkan”

Secara teori, orang akan tertarik pada hal-hal yang menyenangkan dirinya. Maka dapat disimpulkan bahwa orang cenderung jatuh cinta pada hal-hal yang menarik dan menyenangkan. Dalam hal ini kesan pertama yang ditangkap oleh indra bisa menimbulkan rasa cinta dengan reaksi fisik sebagaimana telah dipaparkan di atas. Kesan indrawi pertama ini cenderung menangkap apa yang ada di permukaan, atau apa yang ditampakkan oleh objek di luar diri. Kesan ini tanpa penilaian lebih lanjut.

Teori perilaku menyatakan bahwa cinta timbul karena adanya penguatan positif yang dirasakan seseorang dalam diri. Cinta akan muncul ketika ada sepasang manusia saling memberikan perasaan positif satu sama lain. Teori kognitif menjelaskan bahwa cinta dapat muncul ketika seseorang berpikir bahwa ia mencintai. Teori evolusi mengatakan bahwa cinta muncul karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan perlindungan. Sedangkan teori biologi mengemukakan jika cinta muncul karena adanya feromon, yaitu zat kimia yang dihasilkan oleh manusia maupun hewan. Zat ini diproses dalam hipothalamus.

Diantara banyaknya teori yang dapat membantu menjawab pertanyaan ini, teori psikologi humanistik dapat memberikan jawaban yang cukup memuaskan. Psikologi humanistik berpijak pada pangkal kesadaran yang ada pada manusia. Teori cinta menurut psikologi humanistik berpangkal pada kesadaran emosional. Pemenuhan kebutuhan dasar sampai aktualisasi diri dan kebahagiaan menjadi pangkal teori tentang cinta. Cinta bukan semata-mata berdasarkan ketertarikan fisiologis, melainkan suatu pemuasan emosional dengan hasilnya kebahagiaan.

Ketika indra menangkap suatu objek yang menarik, secara spontan informasi itu diolah oleh amigdala, menimbulkan perasaan senang dan bahagia. Namun ternyata informasi dari indra tidak hanya mengendap di amigdala. Informasi itu disampaikan kepada neo cortex, kemudian informasi itu diolah. Tangkapan indra yang bukan hanya sekali itu tentu memberikan banyak informasi bagi neo cortex. Di sini neo cortex membuat keputusan bagaimana reaksi logis terhadap informasi yang diterima. Permasalahannya muncul ketika perasaan senang yang muncul pada amigdala kemudian ditolak oleh neo cortex.

Amigdala memberi respon positif terhadap apa yang ditangkap indra. Paras yang tampan atau cantik, tutur kata yang lembut, sentuhan dan belaian yang memberi rasa nyaman dll. Pada saat yang bersamaan neo cortex memberi peringatan akan sisi lain dari paras yang rupawan, tutur kata yang lembut dan segala sentuhan nyaman yang ternyata hanyalah penampakan permukaan dari apa yang ada sesungguhnya. Reaksi penolakan pun timbul. Di sini seseorang dapat mengalami perasaan sebal atau marah. Dan masalahnya adalah pada saat yang sama ada kesan menyenangkan ketika berhadapan dengan orang lain itu, namun pada saat yang sama pikirannya memberikan penolakan.

Bersambung ke: BAGAIMANA MENYIKAPI RASA SEBAL.




DAFTAR PUSTAKA

Damasio, Antonio. 2009. Memahami Kerja Otak. Yogyakarta: Baca

Kalat, J.W., 2010, Biopsikologi, Jakarta: Salemba Humanika

http://fisiologi-tubuh-manusia-1989.blogspot.com/2011/12/fisiologi-cinta-romantik-manusia.html

http://biologipedia.blogspot.com/2011/10/proses-terjadinya-jatuh-cinta-sains.html

http://health.liputan6.com/read/2032514/tanpa-disadari-sifat-ini-bikin-anda-jadi-pribadi-menyebalkan

https://www.youtube.com/watch?v=5sVM2PJ2YaE

http://www.pulsk.com/105897/inilah-Proses-Jatuh-Cinta.html

http://ada-akbar.com/2011/04/cara-menghilangkan-perasaan-sebal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini