Minggu, 25 Maret 2012

Di Langit Ini Bulan Kelabu

Di langit ini bulan kelabu
Tercekat awan menggumpal di matamu
Asa membiru, dalam rindu
Sedikit, sedetik
Jatuh di hampar pangkumu
Di langit ini bulan keabu
Muaramu endapkan bisik
Seperti desau
Risau, mengikis
Ini tanganku, tak melepas getar
Menyambut genggammu
Di langit ini bulan kelabu
Asa membiru, dalam rindu
Seperti desau
(Kupang, Juni 06)

Doa

Kububungkan kata-kata sajak
Mencari benarMu agung
Dalam hancurku
Mana Kau penyegar dahaga
Tanpa tepi.
RupaMu hendak kulukis
Tapi hembusMu tak terjamah
Walau sekelebat jua.
Siapa Kau
Yang menggerakkan jiwa
Dan semesta?
(Kupang, April 06)

Kamis, 22 Maret 2012

Nyanyian Teluk (6)

Di matamu ada api, membara
Lalu kubawakan laut di dadaku
Dengan peluh di kening.
Coba lihat, laut di dada, debur, berdebar
Di rembang peluk dan kecup manismu.
Kau tahu, ini yang terakhir
Dan kau harus menunggu
Sebentar saja.
Lihat pada laku, jangan kata
Ini aku
Bukankah tentang yang tak terkatakan
Orang harus diam?
Demikian aku.

(Kupang, April 06)

Nyanyian Teluk (5)

Hati kita mengeras
Dan rasa itu tiba,
membingungkan
kita terus berkubang
tanpa pernah mengerti
cinta kita
yang belia

(Kupang, September 05)

Nyanyian Teluk (4)

Laut tenang
Menghantarmu pada sunyi
Juga pasir pantai
Mengenang hilangnya malam
Berisi erangan
Kemerdekaan
Arti seonggok hati
Berisi diri

(Kupang, September 2005)

Nyanyian Teluk (3)

Kau menunduk
Menahan isak di dada
Bukankah telah habis seteguk nikmat
Waktu kau panas mendekap
Sepasang lutut yang kendor
Atau sebaris gincu bernyala
Di bibir pasir pantai?
Kau menjualnya
Atas nama cinta.

(Kupang, Agustus 2004,
dimuat dan diulas dalam Jurnal Sastra Filokalia
edisi April-Mei 2011)

Nyanyian Teluk (2)

Seperti air
Kau sisakan bebatuan
Dalam ketelanjangan
(nista)
Darah anak-anak urban
Memandang pinggir teluk
Dan laut lepas.

(Kupang, Agustus 2004,
dimuat dan diulas dalam Jurnal Sastra Filokalia
edisi April-Mei 2011)

Nyanyian Teluk (1)

Aku mematung
Diam di ujung karang
Menelaah terjal setiap kisah
Juga maut.
Sampai bintang jatuh
Menyeret Tanya tak berjawab
Manakah jalan
Kala kehilangan arah.

(Kupang, Agustus 2004,
dimuat dan diulas dalam Jurnal Sastra Filokalia
edisi April-Mei 2011)

Lagu Tengah Malam

Kurangkai seberkas asa padamu
Seperti malam-malam sebelumnya
Seharusnya aku tak kau lihat tadi
Karena duka yang dulu
Akan bangkit lagi.
(Dan kini kubingkiskan padamu
Rangkaian mawar hitam
Ini aku, masih
Mencintai kematianmu)


(Kupang, 2004)

Nyanyi Bocah

Lukisan buram
Tentang malam terpenggal
Merindu di atas lantai keruh
Masih ada mimpi
Ada api, membakar
Ada luka, perih
(Coba dengar,
bocah-bocah menyanyikan lagu
Irama mars untuk esok)

Kawan,
Malam baru setengah jalan
Mari pulang
Tak pantas berkabur mata dalam gelap
Kau juga bocah untuk esok yang cerah
(Kupang, Mei 2004)

Prolog

Fajar membentangkan sayap
Dan hawa baru, masa baru
Meresapi jiwa.
Kita pun menjadi penyair
Melukiskan tari, melukiskan lagu
Tentang kita dan semesta
Ada sejajar, kadang persilangan
Untuk memunculkan inspirasi
Anugerah yang Maha Inspirasi.
(Kupang 2004)

Sabtu, 17 Maret 2012

Pantai

ubur-ubur dan cerita pantai....
siang telah pergi
telah jauh.
Dan kau…
hitam putih yang abadi
dalam diam.


(Penfui, 16 Februari 2012)

Misteri

Ingin kuseberangi waktu,
menggantungkanmu tinggi jauh
di tempat yang tak mampu kubayangkan sendiri.
Imajinasi pun tak mampu mempresentasikan sebuah mimpi tentang mimpi....
Menempatkan kreatifitas pada simpang-siur ekspresi yang aneh tapi nyata.
Kuanggap kau semu, tapi selalu dapat kusentuh....
menghadirkanmu sebagai realita yang harus kuterima
dengan segala keyakinan yang pasti,
kau mengabur.


(Penfui, 25 Januari 2012)

Kepergian

Kebajikanmu pudar digenangi parit yang kugali....
kau abadi,,, terikat janji yang tak perlu kita ikrarkan

aku akan pergi, jika itu maumu....
(Penfui, 22 Januari 2012)

Jalan

Di atas jalan…
dibawa pergi ke tujuan tertentu,
dan kita pun merekatkan hati kita di sana.

Seseorang berjalan lalu
tanpa tanya pula
tapi kita tetap mengikrar sepakat
kita adalah rambu
(Penfui, 21 Januari 2012)

Melodi Malam

Canon from Pachelbel...
mataku telah lelah,
beri aku secangkir mimpi bertabur bintang
untuk malam penuh awan hitam ini....

(Penfui, 19 Januari 2012)

Love Song

Sepanjang senja dan ilalang di sela karang
Ke mana bara yang pernah ada untukmu,
berpijar,
hangat....,
menghanguskan?
too much love will kill you, kata mereka
Aku tak tahu jua, menguap entah ke mana

(Penfui, 09 Februari 2012)

Selamat Ulang Tahun

:Ellena
Sahabat....
Jika waktu bisa kita rentangkan semau kita
lalu kita ikatkan pada sebuah pilar
maka itu adalah hari ini,
ketika banyak peristiwa bisa kita hidupkan lagi dalam kenangan.
Setelah semuanya usai...
aku ingin kau melepaskan simpul waktu itu
dan sambil menggenggamnya erat
aku akan menatapmu
menyusun serpih-serpih mimpi tentang esok..
Tak perlu bunga, tak perlu mahkota
Karena kau adalah bunga
Karena kau adalah mahkota.
Dan seperti hari ini,
Kau menjadi satu-satunya pemilik sayap malaikat
Saat semua doa menjadi dupa yang membubung
mengalir tiada henti
Semua tentangmu...
Semua untukmu...


(Penfui, 27 Januari 2012)

SIRKUIT

Apa yang kau perjuangkan dalam deru yang memusingkan ini?
Hidup ini perlombaan,
itu yang kudengar darimu setiap pagi.
Perjuangan selalu berawal dengan kesadaran.
Ketika kau bangun dari tidur, membuka mata
lalu mulai menatap setiap tantangan di depanmu.
Menghantarmu pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kemarin.
Tak sesuai dengan yang kau harap dan inginkan.
Tapi itulah hidup.

(Penfui, 30 Januari 2012, dimuat Victory News, Minggu 04 Maret 2012)