Minggu, 26 November 2017

Rusa Timor di Tanah Timor

Tulisan ini akan berjalan acak. Dimaklumi saja. Isi kepala ini juga tengah acak kusut tak beraturan dengan begitu banyak ide yang lalu lalang. Saking acaknya, kadang ide tentang satu hal bisa nyambung secara asal jadi – asal pasang ke hal lain lagi. Mungkin itulah sebabnya akhir-akhir ini saya lebih memilih menjadi pembaca ketimbang menulis. Tetapi toh akhirnya ada satu hal yang muncul hari ini, yang memaksa saya harus duduk di depan komputer, berbekal kaca mata gelap untuk melindungi mata saya dari pancaran cahaya layar komputer yang membuat tampang saya – kata orang - sedikit lebih lucu-lucu ganteng gitu. Preeeettt......

Tahun 1988, Bank Indonesia menerbitkan uang pecahan Rp.500, berjenis uang kertas. Sebagaimana uang kertas sebelumnya, selalu ada gambar unik pada kedua sisi uang kertas yang baru ini. Pada satu sisinya ada gambar Siti Hinggil Kraton Kasultanan Yogyakarta, sementara pada sisi yang lain bergambar Rusa Timor (cervus timorensis). Dua gambar yang ditampilkan pada mata uang pecahan baru ini punya nilai. Siti Hinggil menyimpan nilai sejarah dan budaya. Sementara rusa Timor merupakan salah satu satwa khas Indonesia. Oke, tentang rusa inilah saya menulis.

Rusa timor (cervus timorensis) merupakan satwa endemik Indonesia. Artinya satwa ini adalah salah satu dari sekian jenis satwa lain yang khas dan asli Indonesia. Rusa Timor pertama kali terpublikasi oleh Blainville, seorang ahli zoologi pada tahun 1822. Berdasarkan penamaan yang diberikan, kala itu satwa ini ditemukan di pulau Timor (mengacu pada nama ilmiah yang diberikan kepadanya). Kemudian dengan asumsi dan pendekatan penelitian  menunjukkan bahwa  rusa timor memiliki habitat awal di Pulau Timor, namun rusa sejenis ditemukan pula di beberapa tempat lain, misalnya di NTB,  maka untuk rusa timor yang khas Timor dibuatkan lagi penamaan sub species dari jenis Cervus timorensis yaitu Cervus timorensis timorensis.

Rusa timor sangat populer di kalangan masyarakat Timor pada abad ke-17-19. Sampai akhir 1970-an, rusa dengan mudah ditemukan di hutan maupun padang savana daratan Pulau Timor. (Malah pengalaman pribadi saya, awal tahun 1990-an pun masih sering terjadi ada rusa yang tersesat masuk kampung. Itu terjadi di Bokis, kampung asal almarhum bapak. Berbeda lagi di Unina, kampung asal mama, saat itu rusa masih bisa ditemukan di sumber air tempat sapi-sapi yang dilepas di padang biasa minum.) Sekarang, rusa Timor telah menjadi hewan langka di tanah asalnya sendiri.

Ada banyak penyebab makin terkikisnya populasi rusa Timor. Perambahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian salah satunya. Hal ini merupakan pola bertani secara tradisional yang masih berlangsung hingga saat ini. Tebas-bakar-tanam-panen-pindah-buka lahan baru dengan pola yang sama, seperti itulah pola bertani tradisional. Makin sempitnya kawasan hutan menyebabkan sumber makanan rusa timor ikut menyusut. Akhirnya tanaman petani menjadi pilihan menyambung hidup. Ini menjadi pintu bagi penyebab berikutnya. Karena rusa menyasar tanaman petani, rusa lalu dianggap hama yang harus diatasi. Caranya, diburu. Lebih mirisnya, selain diburu oleh petani, terdapat pula kelompok manusia yang gemar berburu binatang liar.
Salah satu favorit kelompok pemburu di Timor adalah rusa. Konon, selain dagingnya sangat enak dimakan, juga menjadi prestasi luar biasa bagi pemburu yang berhasil mendapatkan hasil buruan seekor rusa. Apalagi jika mendapatkan rusa betina yang tengah mengandung, serius, janin rusa di dalam rahim ibunya akan menjadi  rebutan. Katanya janin rusa yang diendapkan dalam sopi (minuman beralkohol khas Timor) kualitas nomor satu akan meningkatkan rasa nikmat pada sopi, juga meningkatkan energi orang yang meminum sopi tersebut. Rusa Timor di Timor menjalani kenyataan kejam.

Berbeda dengan di Timor, kerabat rusa timor  di wilayah NTB lebih baik. Meskipun konon mereka tetap tak luput dari ancaman, setidaknya ada regulasi yang menjamin kehidupan mereka, rusa timor di NTB. Bahkan rusa di sana menjadi satwa ikonik, yang menjadi salah satu daya tarik sendiri bagi mereka yang ingin ke NTB.

 Bagaimana kelanjutan hidup rusa timor di tanah Timor? Tentu kita masih punya harapan untuk melestarikan satwa endemik ini. Informasi yang memadai tentang satwa ini, penyadaran yang berkelanjutan, menekan perilaku perburuan liar dan perambahan hutan dengan regulasi yang tegas, juga niat dan komitmen bersama perlu dibangun. Selain itu upaya penangkaran bisa menjadi salah satu cara yang baik. Selain sebagai usaha pelestarian rusa, bisa menjadi obyek wisata yang menarik. 

Senin, 05 Juni 2017

Bunuh Diri Remaja, Orang Tua Salah Satu Penyebab


Sebuah berita di halaman pertama Kedaulatan Rakyat (KR), Sabtu 3 Juni 2017 cukup menarik perhatian. Diberitakan seorang pelajar SMP di Klaten mengakhiri hidupnya sendiri setelah mendengar hasil ujian, yang mana pelajar tersebut dinyatakan tidak lulus. Kemungkinan merasa khawatir dan takut dimarahi orang tuanya karena nilai ujiannya kurang bagus dan tidak sesuai harapan ibunya, demikian dugaan sementara yang muncul dalam pemberitaan di  KR tersebut. Kejadian bunuh diri remaja seakan bukan hal yang baru. Belum lama ini, seorang siswi SMK di Sumatera Utara pun akhirnya meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit pasca-percobaan bunuh diri dengan menenggak racun tanaman (tirto.id, 11 April 2017).

Fenomena tindakan bunuh diri remaja bukan hal yang baru. Dalam banyak pemberitaan tak jarang kita menemukan hal serupa. Karena alasan tertentu, beberapa remaja usia SMP-SMA nekat mengakhiri hidup sendiri dengan cara yang tidak wajar. Mengutip beritasatu.com (Rabu, 8 Juni 2016) hasil survei yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menunjukkan 650 siswa SMP dan SMA di Indonesia punya keinginan bunuh diri. Survei yang dilakukan pada 2015 ini melibatkan 10.300 siswa dari seluruh provinsi di Indonesia sebagai sampel.

Untuk menggali lebih jauh problem ini, ada baiknya dipahami lebih dahulu apa itu remaja. Masa remaja merupakan satu periode kronologi kehidupan yang akan dan pasti dilalui semua manusia. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan pada aspek fisik, psikis dan psikososial. Oleh Stanley Hall, masa ini disebut masa storm and stress. Remaja mengalami tekanan-tekanan akibat persinggungan antara nilai-nilai yang riil dan ideal yang dimilikinya. Ketidaksiapan serta ketidakmampuan remaja menghadapi kenyataan yang dialaminya tak jarang membuat remaja terjebak dalam perilaku delinkuensi, bahkan pada tingkatan yang lebih tinggi bisa menyebabkan remaja melakukan tindakan ekstrim: bunuh diri.

Tindakan bunuh diri yang dilakukan remaja merupakan hal yang patut diberi perhatian serius. Untuk kategori remaja sendiri, secara global trend negatif ini menunjukkan angka yang mengejutkan. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan makin tingginya tingkat bunuh diri di kalangan remaja seakan tak juga memberi jawaban tuntas. Bagaimana mungkin seorang remaja mampu mengambil langkah ekstrim seperti ini? Untuk menelusuri secara mendalam hal ini diperlukan penggalian yang komprehensif.

Banyak faktor yang ikut menyumbang andil terhadap tindakan bunuh diri yang dilakukan remaja. Faktor-faktor yang sering ditemukan di lapangan bisa bersifat serius, tapi tak jarang ada beberapa faktor yang tak terpikirkan dan dianggap sepele oleh mayoritas orang, terlebih oleh orang dewasa (orang tua). Kita bisa mencari informasi terkait baik berupa pemberitaan di media massa sampai laporan penelitian ilmiah yang dilakukan banyak pihak. Dari sekian banyaknya tindakan bunuh diri pada remaja, banyak faktor penyebab yang ikut ditemukan. Beberapa faktor yang ditemukan antara lain masalah tuntutan dan tekanan yang berlebihan dari keluarga dalam hal ini orang tua, masalah relasi personal dan sosial, masalah emosi, menjadi korban kejahatan, menjadi korban bullying dengan berbagai variannya, masalah seksual serta gangguan psikologis dan sosial lainnya. Tentu ini hanya beberapa dari sekian banyak faktor yang turut memberi andil terhadap fenomena bunuh diri yang terjadi di kalangan remaja.

Kembali kepada pemberitaan di KR Sabtu, 3 Juni 2017, disinyalir faktor orang tua memberi andil terhadap tindakan remaja mengakhiri hidupnya sendiri. Ini menjadi catatan penting terhadap orang tua. Secara umum orang tua mengharapkan setiap anaknya tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan. Hal ini baik, sangat positif. Tetapi kita dapat melihat, persoalan muncul ketika tak jarang harapan orang tua ini disertai tuntutan bahkan tekanan berlebih terhadap anak-anak. Mewajibkan anak bertumbuh dan berkembang sesuai keinginan orang tua sering terjadi. Sikap orang tua seperti ini, ditambah pola asuh yang otoriter dalam berbagai aspeknya menempatkan anak menjadi obyek semata. Anak yang seharusnya tumbuh sebagai individu dengan segala kekhasannya hanya bisa pasrah menghadapi segala tuntutan dari orang tua.

Banyak dampak negatif yang timbul dari pola asuh penuh tekanan seperti ini. Anak cenderung hidup dalam bayang-bayang orang tua, tidak mampu bersosialisasi, merasa minder, terasing dengan lingkungan sosial bahkan juga dengan dirinya sendiri, mengalami stress dan depresi berlebihan, merasa hidupnya tidak berguna, mengalami low self-esteem, dan masih banyak dampak negatif lainnya. Biasanya anak, terlebih yang beranjak memasuki masa remaja bisa memberikan sikap melawan dengan banyak cara. Perlawanan ini oleh orang tua secara umum hanya dianggap kenakalan remaja. Perilaku merokok, menyendiri berlebihan di dalam kamar, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, membentuk geng yang sering menimbulkan keresahan masyarakat dan lain-lain merupakan sejumlah kecil manifestasi perlawanan yang dapat muncul. Orang tua lupa, bahkan tidak tahu dampak lain dari sikap menuntut berlebihan terhadap anak. Dalam situasi tak berdaya dan kecewa mendalam, perlawanan anak tak lagi ditujukan pada orang tua. Perlawanan mengarah kepada diri anak sendiri, pada tingkat ekstrim anak mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya sendiri.

Kejadian yang diberitakan KR, juga banyak kejadian serupa hendaknya menjadi catatan penting yang hendaknya diperhatikan para orang tua. Anak-anak yang dilahirkan oleh para orang tua adalah individu yang unik. Mereka hidup dengan kekhasan masing-masing. Kenalilah anak-anak, dukunglah mereka bertumbuh dan berkembang sesuai potensi mereka. Orang tua wajib mengharapkan yang terbaik untuk anak-anak, namun perlu diperhatikan pula cara mendukung yang tepat, yang sesuai apa yang khas pada diri anak. Perlu membedakan mana yang dinamakan tegas pada prinsip, mana yang malah keras dan otoriter. Setiap anak adalah subyek, bukan obyek bagi orang tua. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi para orang tua untuk lebih bijak menaruh harapan pada anak-anak.


Concong Catur, 04/06/2017

Selasa, 23 Mei 2017

Sebuah Catatan Kecil Hari Penyu Sedunia 2017


Tanggal 23 Mei diperingati sebagai Hari Penyu Sedunia. Tentu ada alasan mendasar mengapa dunia perlu mencanangkan hari ini. Perlu diketahui, penyu merupakan satu-satunya spesies purba yang masuh bertahan sampai saat ini. Menurut penelitian, jenis satwa ini sudah ada sejak zaman dinosaurus, kira-kira 145-250 juta tahun yang lalu. Sampai saat ini, terdapat tujuh jenis penyu yang masih bertahan dan hidup tersebar di dunia, khususnya kawasan beriklim sub-tropis. Indonesia termasuk kawasan yang beruntung. Terdapat enam dari tujuh jenis penyu yang masih ada itu ditemukan di perairan Indonesia.

Masalahnya, populasi penyu makin menurun, bahkan beberapa tahun belakangan ini semakin berkurang drastis. Ada banyak hal yang menjadi faktor penyebab penurunan populasi penyu ini. Dari sekian faktor yang memengaruhi, satu yang tak terbantahkan adalah dampak pemanasan global (global warming) dan perilaku manusia. Faktor pemanasan global memberi perubahan secara signifikan terhadap perubahan temperatur  udara dan air laut. Temperatur merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap siklus hidup penyu. Faktor lain yang menjadi ancaman serius adalah manusia sendiri.

Ribuan ekor penyu sering terperangkap jaring atau mata pancing nelayan setiap tahunnya. Ini hanya gambaran umum tentang penangkapan penyu yang tak disengaja. Kika penangkapan yang disengaja dicatat juga, tak terhitung jumlah penyu yang telah menjadi korban keserakahan manusia setiap tahunnya. Perburuan terhadap penyu, termasuk telur penyu, menjadi penyebab utama makin berkurangnya jumlah populasi satwa ini. Ini menjadi ancaman serius, mengingat penyu mempunyai pertumbuhan rata-rata yang sangat lambat dibanding jenis makluk hidup lain. Atas dasar ini International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan bahwa penyu termasuk dalam Red List of Threatened Species (daftar merah spesies yang terancam).

Semua jenis penyu telah masuk dalam daftar hewan yang dilindungi secara global maupun secara nasional. Secara internasional perlindungan terhadap pengu diatur dalam Convention on International Trade of Endangered Species of Flora and Fauna), dimana penyu tercatat dalam Apendix I CITES. Ini berarti bahwa secara internasional perdagangan penyu dalam bentuk apapun adalah dilarang. Indonesia telah meratifikasi konvensi CITES ini sejak tahun 1978. Payung hukum terhadap penyu terus dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia sejak saat itu, lengkap dengan larangan dan sanksi pidana terhadap segala kegiatan perburuan dan komersialisasi satwa ini.

Apa sesungguhnya manfaat penyu sehingga perlu dilindungi? Berdasarkan data penelitian ilmiah sebagaimana disajikan pihak-pihak yang berkompeten dalam hal ini, ada banyak manfaat yang disumbangkan penyu dalam ekosistem. Secara alamiah keberadaan penyu mengindikasikan tingkat kebersihan kawasan laut dan pantai dari polutan. Artinya pada sebuah kawasan yang menjadi habitat penyu dapat dipastikan bebas dari sebaga macam pencemaran lingkungan pantai dan laut. Selain itu penyu ikut berperan dalam menyeimbangkan rantai makanan dalam ekosistem laut.

Apa yang dapat kita lakukan? Mengingat manfaat penyu yang penting dalam ekosistem, kemudian berlandaskan regulasi baik internasional maupun nasional yang telah dicanangkan, perburuan penyu harus segera dihentikan. Kunci utama adalah kesadaran setiap orang untuk tidak secara rakus-serakah menjadikan penyu sebagai pemuas nafsu manusiawi. Setiap orang harus sadar untuk tidak lagi memburu, mengedarkan dan menjadi konsumen penyu dalam bentuk apapun: piaraan pribadi, bahan makanan, perhiasan, cinderamata dan lain-lain.

Tanggal 14 Agustus 2015 Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti telah mengeluarkan surat edaran tentang Pelaksanaan Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh dan/atau Produk Turunannya. Surat bernomor 526/MEN-KP/VIII/2015 itu ditujukan kepada para Gubernur, Bupati/Walikota, Kepala Dinas dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan di seluruh Indonesia. Surat tersebut kembali memperingatkan kepada pihak tertuju sekaligus kepada seluruh masyarakat akan perlindungan terhadap satwa dilindungi termasuk penyu dan konsekuensi hukum bagi semua pihak yang mengabaikannya.

Langkah-langkah praktis yang dapat terus dilakukan adalah melakukan sosialisasi tentang perlindungan penyu disertai penyadaran terhadap masyarakat, melakukan pengawasan dan penegakan hukum atas eksploitasi penyu, perlindungan terhadap habitat pentu dan monitoring terhadap program perlindungan penyu. Masyarakat dan pemerintah hendaknya semakin berkesadaran dan semakin peduli terhadap kelangsungan hidup penyu.

Sekedar sharing pengalaman. Beberapa tahun belakangan trend perhiasan, entah cincin, gelang, anting, kalung dari cangkang penyu tengah naik daun di NTT. Mulai pegawai pemerintahan maupun swasta, akademisi sampai ibu rumah tangga, berlomba-lomba menjadikan trend ini sebagai lahan bisnis yg menggiurkan. Trend ini cenderung meningkat seiring makin mahalnya jenis perhiasan yg diperoleh dari satu-satunya spesies purba yg masih bertahan ini. Tanpa disadari, nafsu kita yg menggebu-gebu ini telah menyebabkan perburuan dan pembantaian membabi buta atas penyu. Serius.
Selamat Hari Penyu.

Minggu, 21 Mei 2017

Asa Baru Gerakan Cinta Membaca


Tanggal 2 Mei setiap tahunnya kita peringati sebagai hari Pendidikan Nasional. Untuk peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2017 ini, Presiden Joko Widodo memperingatinya di Istana Negara bersama sekelompok pegiat literasi yang mewakili seluruh pegiat literasi se-Indonesia. Tentu ada alasan mendasar mengapa Presiden memilih memperingati hari penting ini bersama para pegiat literasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemajuan bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Dan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, jalan utamanya adalah pendidikan. Akhirnya kalau kita berbicara soal pendidikan, faktor tenaga pendidik dan sarana pendidikan tak dapat diabaikan. Beberapa tahun belakangan kita mengenal program pemerintah yang menyalurkan tenaga pendidik ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk menjangkau pelosok-pelosok. Katakanlah ada program SM3T yang mengirim tenaga pendidik sesuai standar, yang mana tenaga pendidik secara akademik minimal telah menyelesaikan pendidikan sarjana.
Kendala Ketersediaan Buku Bacaan
Meskipun demikian, ternyata ada hal lain yang menjadi persoalan. Tenaga pendidik yang memadai ternyata tetap timpang karena keterbatasan sarana yang mendukung kegiatan belajar. Salah satu sarana yang urgen adalah buku-buku bacaan yang harus menjadi pendukung keberhasilan belajar. Buku merupakan sarana penyedia informasi dan ilmu yang penting dalam usaha melahirkan manusia yang berkualitas. Tetapi ternyata di banyak tempat di tanah air buku menjadi sesuatu yang langka. Buku-buku yang disediakan pemerintah melalui dinas pendidikan tidak cukup untuk menjawab kebutuhan akan buku bacaan.
Kendala ketersediaan buku bacaan menjadi keprihatinan banyak pihak. Atas dasar kepedulian muncullah kelompok masyarakat pegiat literasi yang dengan cara masing-masing berusaha mendukung pemerintah dengan menggalang donasi buku dan menyalurkannya ke berbagai tempat sesuai fokus sasaran atas pertimbangan tertentu. Masalahnya muncul di sini. Ketika banyak pihak yang peduli berhasil mengumpulkan buku, penyalurannya terhambat. Biaya pengiriman yang sangat tinggi membuat para pegiat gemar membaca ini kesulitan menyalurkan buku-buku. Bahkan tak jarang biaya pengiriman lebih mahal dari harga buku sendiri. Hal ini kemudian disampaikan kepada Presiden saat peringatan Hari Pendidikan Nasional 2017.
Harapan Baru dari Presiden Joko Widodo
Gayung bersambut. Keluhan ini ditanggapi presiden. Di sela acara, presiden langsung menelepon Menteri BUMN Rini Soemarno, meminta agar diinstruksikan kepada PT Pos Indonesia untuk menggratiskan pengiriman buku ke seluruh penjuru tanah air pada hari tertentu. Jawaban Menteri positif, menyanggupi, dengan menyediakan satu hari dalam satu bulan biaya pengiriman buku gratis ke seluruh pelosok tanah air.
Tanggal 17 Mei 2017 kemarin, bertepatan dengan Hari Buku Nasional, Presiden Joko Widodo menepati janjinya. Pemerintah menetapkan setiap tanggal 17 dalam bulan sebagai tanggal di mana pengiriman buku ke pelosok tanah air tidak dikenakan biaya sepeserpun alias gratis. Sebagai langkah perdana, Pemerintah langsung memualinya pada bulan Mei ini juga. Hanya khusus bulan Mei ini dilaksanakan pada tanggal 20. Kebijakan dan pelaksanaan kebijakan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia, mendukung berjalannya visi pendidikan nasional dan lebih lanjut menciptakan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
BBNTT Menanggapi
Kebijakan pemerintah menggratiskan pengiriman buku membangkitkan sukacita dan aharapan bagi para pegiat literasi. Tak terkecuali pula kami dari kelompok relawan Buku Bagi NTT (BBNTT). Untuk diketahui, BBNTT adalah kelompok relawan yang semenjak terbentuk tiga tahun lalu rutin menggalang donasi buku dan menyalurkannya ke banyak perpustakaan desa atau taman baca masyarakat yang sudah ada maupun yang baru dirintis di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Cita-cita yang sama membuat banyak orang bergabung dengan BBNTT. Dan karena orang-orang yang bergabung menjadi relawan tersebar di banyak wilayah, BBNTT lalu terbentuk menjadi beberapa regio guna memudahkan koordinasi, sebutlah ada BBNTT Jakarta, BBNTT Yogyakarta, BBNTT Malang, BBNTT Denpasar, BBNTT Kupang dan beberapa regio yang lain.
Secara umum, penggalangan buku yang dilakukan oleh BBNTT tak banyak kendala. Masalah utamanya sama dengan keluhan yang disampaikan kepada Presiden oleh perwakilan pegiat gemar membaca yaitu biaya pengiriman yang terlampau mahal. Hal ini membuat tak jarang buku yang sudah disiapkan malah menumpuk di basecamp BBNTT dan anggota relawan harus bekerja ekstra lagi mendulang dana pengiriman dengan banyak cara. Tak jarang anggota relawan asal NTT yang berkesempatan mudik entah karena libur atau hal lain menjadi pilihan, melalui mereka sejumlah buku dititipkan.
Mendengar kabar tentang janji Presiden, kemudian ditetapkannya tanggal pengiriman buku gratis tersebut menjadi angin yang sangat sejuk bagi kami di BBNTT. Secara khusus hal ini menjadi bahan pembahasan yang heboh di BBNTT Regio Jogja. Betapa kami ingin segera menanggapi kebijakan ini dengan beraksi. Berawal dari kabar yang disampaikan dalam grup online BBNTT Jogja oleh kakak Indah Lopez, koordinator BBNTT Jogja, kami lalu mengutarakan kegembiraan kami. Kegembiraan ini bertambah ketika kakak Agatha Mayasari mendapat konfirmasi dari pihak kantor pos langganan tentang prosedur pengiriman buku gratis ini.
Sabtu, 20 Mei 2017 kemarin, sekitar pukul 15.00, koordinator BBNTT Jogja mengirimkan dua buah gambar di grup inline. Foto dua paket buku yang dikirimkan ke salah satu taman baca di NTT dan yang satunya cetakan bukti pengiriman dari Kantor Pos. Dan poin pentingnya: GRATIS.
Sekali lagi GRATIS.
Terima kasih Presiden Joko Widodo.
Terima kasih Menteri BUMN Rini Soemarno.
Terima kasih PT Pos Indonesia.


Penanaman Budi Pekerti


Seingat saya, dulu, sekolah-sekolah memasukkan budi pekerti sebagai salah satu mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok). Hal ini baik. Pelajaran budi pekerti mendapat ruang untuk ditanamkan, disediakan satu sesi jam pelajaran agar guru, dengan berpedoman pada buku pedoman yg disalurkan pemerintah dapat mengajarkan nilai-nilai budi pekerti kepada anak didik. Hanya saja tak dipungkiri bahwa ruang yg disediakan di sekolah-sekolah umumnya terbatas. Alhasil, pelajaran yg penting ini tak dapat maksimal ditanamkan. 
Titik soalnya di sini. Pendidikan budi pekerti sejatinya bermuara pada perilaku. Budi pekerti tidak berhenti pada pengetahuan saja. Hal ini perlu ditegaskan berulang-ulang. Karena budi pekerti harus sampai pada perilaku, yg arti lebih mengenanya adalah harus menjadi bagian dari jiwa seseorang, menjadi bagian dari suatu kesatuan yg disebut kepribadian.
Budi pekerti bukan hanya sebatas ilmu yg sekedar dipelajari di kelas melalui buku, bukan hanya dimengerti dan tahu lalu mendapat nilai ujian saat akhir semester. Kenyataannya, seseorang yg menguasai ilmu budi pekerti belum tentu bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sekolah-sekolah, pelajaran budi pekerti harus disertai regulasi yg secara tegas membingkai pembiasaan perilaku positif di sekolah.
Dari mana memulainya? Untuk menanamkan budi pekerti di sekolah perlu dilakukan sedini mungkin. Penanaman dan pembiasaan ini dapat dilakukan sejak anak memasuki usia pendidikan usia dini. Penanaman ini dilakukan dengan menunjukkan perilaku berbudi pekerti seperti apa yang seharusnya dilakukan. Sederhananya bisa dimulai dengan belajar menghormati dan menghargai orang lain, baik teman maupun guru, bertutur kata secara sopan, membiasakan perilaku antri, terbiasa mengucapkan salam, mengatakan terima kasih untuk setiap kebaikan yang diperoleh dari orang lain, mau berbagi dengan tulus, berpakaian secara sopan dan masih banyak hal kecil lain yang dapat ditanamkan.
Lebih lanjut, dukungan keluarga dan lingkungan ikut berperan dalam penanaman budi pekerti. Ini bisa dilakukan dengan menciptakan suasana positif dalam keluarga dan lingkungan, termasuk pula memberikan contoh praktis. Hal lain yg tidak kalah penting sebagai wujud dukungan adalah memberi apresiasi. Banyak kali kita banyak memuji secara berlebihan anak-anak yg berprestasi secara akademik, tetapi kita lupa memberi perhatian kepada anak-anak yg suka menolong. Kita memuji anak-anak yg menjadi juara kelas, tetapi lupa memberi perhatian kepada anak yg punya kemampuan berempati tinggi.
Baiklah, ini hanya beberapa sentilan kecil. Melihat betapa banyaknya pemberitaan, atau malah apa yg terjadi di depan kita tentang anak-anak yg katanya ketiadaan budi pekerti baik, tidak perlu saling menuding dan melempar tanggung jawab. Mari bersama membentuk kepribadian generasi penerus menjadi lebih baik, yg menempatkan kemanusiaan di atas segala hal.

Kaliwaru, 21 05 2017


Kamis, 27 April 2017

Melambai-lambai Nyiur di Pantai...

Pantai Lato, Flores Timur - NTT, foto oleh Simon Nany
Sumber: Facebook Simon Nany
Kemarin, kira-kira sore menjelang malam, saya lupa tepatnya pukul berapa, ada foto pantai yang muncul di dinding facebook saya. Setelah saya lihat, foto tersebut berasal dari halaman facebook Aurelius Relly Teluma, seorang teman saya.
“Surga itu di sini, Pantai Lato, Flores Timur, NTT. Tanah kelahiranku. Kampung halamanku tercinta! Datang dan nikmati! *Foto oleh Simon Nany. Thanks Bung! demikian tulis Aurelius.
Baiklah, dari keterangan Aurelius, Foto-foto itu dari Simon Nany. Saya menelusurinya lagi dan saya bisa menemukannya, foto-foto itu langsung di album foto Simon Nani. Pada foto-foto tersebut Simon Nany menulis singkat tetapi cukup lengkap:
“Pantai Lato, Flores Timur, NTT - (Opencam Asus) – Simon Nany”
Dengan demikian saya pastikan bahwa foto-foto itu benar dari Simon Nani, nama lokasinya Pantai Lato, Flores Timur, NTT, foto diambil menggunakan kamera Opencam Asus, kemudian diposting ke dinding facebook. Maka sambil menyampaikan terima kasih kepada saudara Aurelius dan Simon Nany, nostalgia ini mengalir.**

Pantai ini membangkitkan kenangan ke masa sekolah dasar, masa di mana sebelum memulai pelajaran selalu diawali dengan senam bersama dan menyanyikan sebuah lagu wajib nasional. Salah satu lagu favorit saya adalah Tanah Airku Indonesia. Memandang foto-foto ini lagi, lirik lagu berderet di kepala:
"Tanah airku Indonesia
negeri elok amat kucinta
tanah tumpah darahku yang mulia
yang kupuja spanjang masa.
Tanah airku aman dan makmur
Pulau kelapa yang amat subur..."

Pantai Lato, Flores Timur - NTT, foto oleh Simon Nany
Sumber: Facebook Simon Nany
Sampai sini saya merinding. Serius. Pikiran dan perasaan terjebak nostalgia. Lagu masih berlanjut, gambaran anak-anak berseragam putih merah dekil kusam berbaris apik di lapangan kecil depan sekolah terpampang jelas.

"Melambai-lambai nyiur di pantai..."

Nyiur di pantai. Nyiur di pantai!!! Mamamiaaaa...., di foto ini, nyiur melambai di tepi pantai tak sekedar lagu, bukan juga sebuah cerita narasi deskripsi dan blablabla... Ini nyata. Fakta.
Lalu saya teringat Kupang, kota yg pertama kali membuat saya jatuh cinta kepada laut dan pantai. Ada cerita lagi di sini. Saya diperkenalkan dengan laut oleh almarhum bapak. Di pantai Pasir Panjang, sekian tahun lalu, ketika masih ada banyak pohon kelapa di sana, bapak membawa saya ke pantai. Sebelum bapak menurunkan saya dari gendongannya, beliau mencedok air laut dengan telapak tangannya, lalu mengusapkannya ke kepala dan dada saya. Katanya, agar saya dan laut menjadi teman.
Benar. Sejak saat itu saya akrab dengan laut dan pantai. Bukan lagi berteman, saya benar-benar jatuh cinta pada laut dan pantai. Di manapun saya berada, laut selalu memanggil pulang.
Beberapa tahun setelah ritual pertemanan yg menumbuhkan cinta itu, ketika saya kembali menjejaki kota Kupang, yang pertama saya lakukan adalah mencari jalan menuju Pasir Panjang, tempat cinta pertama saya dan laut bersemi. Tak ada lagi pohon kelapa. Masih ada beberapa pohon lontar, dalam kelompok kecil tiga-empat pohon, dan beberapa berdiri sendiri memandang teluk di depannya.
Dan tahun lalu, ketika kembali mampir di kota Kupang, menyusuri jejak cinta pada laut di Pasir Panjang, nyiur melambai tinggal cerita. Pasir Panjang tak lagi panjang. Kelapa menjulang berganti hotel dan restoran. Satu dua pohon lontar berdiri gelisah menunggu saatnya tiba diganti pilar beton.

Saya dan laut masih saling mencintai
dalam gemuruh gelombang yg sama
Jika itu harus berkarat berurai
Saya dan laut akan mati bersama.

Kotaku maju beton membumi
Merajut harap merajut usia
Masih ada nyiur melambai

Tanah airku Indonesia.....

*********

Selasa, 25 April 2017

BBNTT, Spirit Positif Anak Muda dalam Gerakan Berbagi Buku

Tulisan ini sebagai apresiasi atas semangat anak-anak muda Relawan BBNTT, secara istimewa buat BBNTT Regio Jogja, tempat saya bertemu dengan banyak anak muda yang luar biasa.


Kita mengamini apa yang diyakini bersama: Buku adalah jendela dunia. Kalimat ini tentu bukan tanpa dasar. Sejak lama pengetahuan dan informasi luas dikenal masyarakat banyak melalui buku-buku yang dibaca. Bahkan, ketika era modern yang ditandai dengan berbagai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menghadirkan berbagai fitur kemudahan dalam mengakses ilmu dan informasi, peran buku tak bergeming. Kita patut bersyukur, karena kemajuan teknologi memudahkan kita dalam banyak hal. Terkait buku, kita tak lagi merasa asing dengan berbagai format buku elektronik. Bermodal seperangkat ponsel pintar, kita bisa membawa sejumlah buku ke mana saja kita pergi dan sesewaktu kita bisa membacanya.
Meski demikian, tak dapat disangkal bahwa kemudahan ini tak dapat diakses oleh sebagian masyarakat kita. Untuk saudara-saudara kita, secara khusus anak-anak yang ada di pelosok negeri ini, jangankan buku elektronik, buku cetak (hard book) masih merupakan barang yang langka. Keinginan untuk menggali pengetahuan dan informasi masih merupakan harapan yang entah kapan bisa terwujud. Berbagai kendala pada permukaan bisa dipahami, misalnya terbatasnya ketersediaan buku yang bisa dibaca, ketiadaan akses kepada tempat-tempat yang mungkin menyediakan buku, dan banyak kendala lain yang ikut membatasi keinginan besar anak-anak dalam mendapatkan buku. Masih banyak hal yang menjadi kendala, yang bila diurutkan akan menjadi semacam daftar riwayat panjang yang tak habis diurai.
Salah satu wilayah negeri ini yang masih memiliki banyak kendala dalam menyediakan buku bacaan adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), salah satu propinsi yang masuk kawasan timur Indonesia. Kondisi umum yang sempat disinggung di atas, ditambah wilayah yang tersusun atas pulau-pulau semakin menjadi kendala tak terbantahkan. Tentu kenyataan ini tidak begitu nampak di Kupang, ibukota NTT yang terbilang cukup terbuka, ada perpustakaan daerah yang lumayan besar, juga beberapa toko buku yang mudah dijangkau. Tetapi kalau kita mencoba beranjak dari ibukota propinsi dan menelusuri jalan menuju ke daerah-daerah, konon, di kota-kota kabupaten saja kelihatan betapa terbatasnya akses untuk menemukan buku. Tentu kita patut berteima kasih kepada pemerintah, yang melalui dinas terkait senantiasa menyediakan buku melalui sekolah-sekolah formal. Namun tetap saja banyak kendala. Buku-buku bacaan umum, yang mendukung buku-buku pelajaran tetap dibutuhkan. Selain itu, ruang baca yang hanya tersedia melalui sekolah sering menjadi kendala. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan pengalaman yang terkumpul dari berbagai sumber.
Kondisi keterbatasan buku, ruang baca serta akses untuk mendapatkan buku di pelosok-pelosok membangkitkan kepedulian sekelompok anak muda. Diinisiasi oleh Wilibrodus Marianus, seorang anak muda NTT, terbentuklah komunitas relawan yang dinamai Buku Bagi NTT, secara resmi pada tanggal 3 April kemarin berulang tahun ke-3. Gerakan ini  kemudian tumbuh menjadi inisiatif sosial yang mengajak banyak orang untuk peduli pendidikan Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui donasi buku, sekaligus berupaya untuk membangun dan mengembangkan rumah/taman baca serta perpustakaan tingkat kampung, yang digerakkan oleh aktor-aktor lokal di pelosok-pelosok kampung seluruh NTT.
Gerakan positif ini mendapat tanggapan luar biasa. Hal ini bisa dilihat dari makin bertambahnya anggota relawan yang tersebar dalam beberapa regio (Kupang, Jakarta, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar-Bali, Bandung, Makassar, Semarang, dll), semakin banyak donatur yang dengan penuh perhatian menyumbangkan buku layak baca. Hal lain yang menggembirakan juga adalah  makin bertambahnya ruang baca berupa taman baca masyarakat, perpustakaan kampung, perpustakaan desa, rumah baca dan lain-lain yang sampai ke pelosok-pelosok dengan banyaknya permintaan buku dari berbagai tempat di NTT.
Kelompok relawan ini akan terus bergerak dalam semangat kepedulian dan berbagi. Relawan yang terdiri dari anak muda beragam latar belakang ini memiliki mimpi yang sama, semoga anak-anak di pelosok NTT sampai yang paling jauh sekalipun dapat membaca buku untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka, sambil mengembangkan potensi lain yang mereka miliki melalui pendidikan yang memadai.

BBNTT merupakan kelompok terbuka, dengan semangat persaudaraan menerima siapa saja yang ingin bergabung. Selain itu BBNTT membangun hubungan baik dengan kelompok sosial lain yang punya spirit membangun anak negeri sampai pelosok-pelosok. Semoga energi positif ini menular, menggerakkan semakin banyak orang untuk bergerak membangun melalui banyak hal, salah satunya dengan berbagi buku. Bagi yang ingin bergabung sebagai relawan pengumpul dan penyalur, atau sebagai donatur yang ingin menyumbangkan buku bacaan yang masih layak pakai silahkan bergabung dengan Buku Bagi NTT, bisa secara khusus bergabung dengan regio yang paling dekat dengan kalian sehingga mudah menjalin pertemuan aktif, dan kalian bisa dengan mudah menemukan kelompok ini di media sosail seperti halaman Facebook Buku Bagi NTT, Twitter @bukubagiNTT, Instagram @bukubagi_ntt





Selasa, 04 April 2017

Experiential Learning dalam Pembelajaran

Pendahuluan
            Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Karena dari pengalaman kita bisa belajar. Menggairahkan pembelajaran di sekolah dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu di antaranya memanfaatkan metode Experiential Learning.  Dalam hal ini berbagai kegiatan yang pernah dilakukan subjek belajar (murid/siswa) dalam pengalaman keseharian mereka dapat dijadikan suatu materi kegiatan yang menarik. Untuk menggerakkan motivasi belajar, proses belajar paling baik terjadi ketika subjek belajar telah mengalami informasi umum sebelum memeroleh bahan ajar yang akan dipelajari. Untuk menumbuhkan minat belajar dari subjek belajar, guru perlu menghadirkan pengalaman umum yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran.  Dengan demikian, mereka (subjek belajar) dapat menunjukkan kemampuannya dalam hasil yang nyata.

Experiental Lerning (EL)
Experiential Learning (EL) diartikan secara sederhana merujuk pada belajar dari pengalaman. EL adalah suatu metode proses belajar mengajar yang mengaktifkan subjek belajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Maka metode ini akan bermakna dan berkesan ketika subjek belajar berperan serta dalam melakukan kegiatan.  Dari mengalami, mereka memandang kritis kegiatan tersebut, kemudian mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkannya dalam bentuk lisan atau tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, EL  menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Metode EL tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan konsep-konsep saja.  EL juga memberikan pengalaman yang nyata yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata.  Selanjutnya, metode ini akan mengakomodasi dan memberikan proses umpan balik serta evaluasi antara hasil penerapan dengan apa yang seharusnya dilakukan.

Experiential Learning
Traditional Content-based Learning
Aktif
Pasif
Bersandar pada penemuan individu
Bersandar pada keahlian mengajar
Partisipatif, berbagai  arah
Otokratis, satu arah
Dinamis dan belajar dengan melakukan
Terstruktur dan belajar dengan mendengar
Bersifat terbuka
Cakupan terbatas dengan sesuatu yang baku
Mendorong untuk  menemukan sesuatu
Terfokus pada tujuan belajar yang khusus
Gambaran umum perbedaan antara EL dengan cara tradisional

Dasar Pemikiran dan Keuntungan Penggunaan Experiential Learning
Metode Experiential Learning didasarkan pada beberapa pendapat  sebagai berikut:
  1.  Subjek belajar lebih baik dalam menangkap apa yang diajarkan ketika mereka terlibat secara langsung dalam pengalaman belajar
  2. Adanya perbedaan-perbedaan individual dalam hal gaya belajar yang sesuai
  3. Ide dan prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih efektif dalam pemerolehan bahan ajar
  4. Komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika mereka mengambil tanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri
  5. Belajar pada hakekatnya melalui suatu proses.

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metode EL dengan baik dan benar, antara lain:
  1. meningkatkan semangat dan gairah pembelajar,
  2. membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif,
  3. memunculkan kegembiraan dalam proses belajar,
  4. mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif,
  5. menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda,
  6. memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan
  7. memperkuat kesadaran diri.

 Kerangka/langkah dasar EL


                       Briefing ---------  Activity   -------      Review

Briefing adalah tahap proses pengarahan pada individu atau kelompok sebelum melakukan pengarahan. Teknik-teknik yang perlu dikuasai antara lain:
  1. Setting dan Conditioning (pengaturan dan pengkondisian). EL menggunakan prinsip belajar yang menekankan pada perubahan aspek pemahaman akan hasil belajar tersebut.  Salah satu cara untuk memunculkan pemahaman adalah pengaturan situasi.  Dalam hal ini, seorang pengajar harus menyiapkan segala sesuatu yang akan dilakukan sehingga tercipta suasana yang mendukung.  Oleh karena itu, hal utama yang perlu diperhatikan adalah pemahaman yang mendalam tentang kegiatan yang akan digunakan. Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai pengaturan situasi antara lain lokasi  yang akan digunakan, sarana yang akan dipakai, tata letak, aturan main, kata-kata, intonasi, dan tempo yang digunakan saat penjelasan.
  1. Directing, yaitu proses pengarahan pada pembelajar tentang materi kegiatan yang akan dilakukan.  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengarahan antara lain:
    1. Dinamika bicara hendaknya disesuaikan dengan kondisi peserta dan juga situasi yang akan dimunculkan,
    2. gunakan alat bantu untuk memudahkan pembelajar  memahami tujuan kegiatan,
    3. definisikan kata-kata penting untuk menyamakan persepsi,
    4. demonstrasikan kegiatan yang harus dilakukan,
    5. jelaskan secara rinci prosedur kegiatan
    6. metode penjelasan dapat dilakukan dengan cara dari umum ke khusus atau dari khusus ke umum,
    7. tanyakan kepada peserta apakah penjelasan dapat diterima/difahami dll. Seperti: apakah penjelasan saya tadi dapat dipahami ?
  1. Motivating. Pemberian motivasi dilakukan ketika pembelajar mengalami penurunan semangat.  Untuk mengatasi hal tersebut, pengajar dapat melakukan beberapa cara berikut ini:
    1. jelaskan tujuan yang akan dijalankan,
    2. ungkapkan keuntungan yang akan diperoleh apabila melakukan kegiatan tersebut,
    3. tunjukkan hubungan antara yang akan dijalankan dengan aktivitas sebelumnya,
    4. tunjukkan kepercayaan kita bahwa mereka sanggup dan mampu melakukan kegiatan
    5. tunjukkan antusiasme kita, baik dengan gerakan, lisan, bahasa tubuh, dll.
    6. bila dianggap perlu ungkapkan pengalaman kita,
    7. beri tantangan yang realistik sesuai dengan kemampuan mereka.


Activity adalah tahap individu/kelompok melaksanakan kegiatan sesuai dengan briefing yang telah diberikan.
            Teknik-teknik yang perlu dikuasai pengajar yaitu:
  1. Observation. Observasi atau pengamatan yang dimaksud di sini adalah tahap memberikan perhatian yang intensif kepada kelompok untuk mengamati proses kelompok selama melaksanakan kegiatan.  Tahap ini menjadi sangat penting sebagai bahan untuk review.  Hal-hal yang perlu diperhatikan
a)      mengamati segala perilaku individu yang muncul selama kegiatan berlangsung
·   Apa yang dilakukan individu dan apa reaksi individu lainnya atas reaksi tersebut
·   Sebab-akibat/aksi-reaksi yang positif maupun negatif
b)      mengamati dinamika kelompok dalam menyelesaikan tugas, masalah, dll.
·   pola interaksi antarindividu
·   proses penyelesaian tugas (pemanfaatan waktu, sumber daya, dll.)
c)      mencatat hasil pengamatan tersebut (no 1 & 21) sebagai bahan untuk review
d)     bila perlu ingatkan perkembangan waktu
  1. Safety Control (Pengamatan keamanan)
Fasilitator wajib memperhatikan dan menjaga keamanan pembelajar dari hal-hal yang sekiranya akan membahayakan mereka, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, dan rohani.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan antara lain:
a.       Perhatikan keamanan lingkungan fisik dari lokasi yang akan digunakan
b.      Perhatikan kondisi peserta, misalnya kata-katanya, intonasinya, bahasa tubuhnya, raut mukanya, tatapan matanya dll
  1. Intervention (intervensi)
Intervensi adalah kondisi pengajar ikut campur dalam proses kelompok, yang disebabkan antara lain;
a.       individu/kelompok salah mempersepsi kegiatan  yang harus dilakukan
b.      individu/kelompok tidak menemukan alternatif pemecahan masalah atas persoalan yang sedang dihadapi
c.       konflik yang berkepanjangan dalam kelompok
d.      adanya indikasi ancaman yang membahayakan individu/kelompok


Review adalah tahap pembelajar dibantu untuk melihat dan memandang secara kritis apa yang dipelajari (apa, mengapa, dampak yang terjadi), lalu menarik insight/pelajaran dari pengalaman tersebut untuk diterapkan dalam kehidupannya. Pada tahap ini diharapkan terjadi proses EL pada individu maupun kelompok.
Langkah standar untuk mempermudah proses review dapat digunakan proses ini:

 

WHAT             -           SO WHAT       -           WHAT NEXT


1.      WHAT
      Tahap-tahap yang perlu dilakukan yaitu:
  1. Tahap kejadian, yaitu tahap  individu/kelompok menghadirkan  kembali kejadian/pengalaman yang dialami dan yang muncul. Hal ini bisa dilakukan dengan aneka permainan (memory games) guna merangsang subjek belajar menghadirkan kembali lalu menceritakan pelajaran yang baru saja dialami. Banyak teknik untuk hal ini, tergantung kreativitas pengajar untuk menggunakan mana yang mampu membuat subjek belajar berpartisipasi secara aktif.
  2. Tahap latar belakang dan dampak, yaitu tahap di mana pengajar menanyakan kepada individu/kelompok, kenapa hal itu terjadi dan dampak apa yang timbul. Perlu diperhatikan jenis kata tanya dan bentuk pertanyan, misalnya mengapa, bagaimana, apa pendapat anda, dst.

2.      SO WHAT
Fase ini untuk mencari arti atau makna di balik kejadian. Pengajar mengajak pembelajar untuk melihat secara kritis apa yang terjadi dan dampak yang ditimbulkannya, lalu dikonfrontasikan dengan nilai-nilai yang dimilikinya, yang akhirnya membuat kesimpulan sehingga menjadi pelajaran bermakna.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, antara lain;
  1. Fish bowl: pembelajar dibagi ke dalam peran pengamat dan pemain. Pengamat diminta untuk memberi tanggapan atas apa saja yang diungkapkan oleh pemain tersebut.
  2. Simbol/konsep: individu/kelompok atau pengajar mencoba menggambarkan apa yang diungkapkan oleh pembelajar ke dalam bentuk gambar/symbol berdasarkan criteria-kriteria tersebut. Dengan cara ini akan memudahkan individu/kelompok menemukan makna dari suatu kejadian.
  3. Langsung: pembelajar mengajak individu/kelompok untuk melihat makna dari suatu kejadian, segera setelah individu/kelompok mengungkapkan kejadian yang dialaminya.
Beberapa model pertanyaan yang dapat digunakan:
·         Pelajaran apa yang didapat dari pengalaman/kejadian tersebut?
·         Apakah hal tersebut mengingatkan pada sesuatu?
·         Hal menarik apa yang dapat kita peroleh dari kejadian/pengalaman tersebut?
·         Sesungguhnya apa yang dapat dilakukan agar tidak mengalami hal serupa di masa yang akan datang?

3. WHAT NEXT
Fase ini adalah fase di mana pembelajar merencanakan penerapan pelajaran yang didapat dari kejadian/pengalaman yang terjadi.
Beberapa model pertanyaan yang dapat digunakan:
·         Bagaimana anda menerapkan pengalaman ini?
·         Apa yang anda sukai untuk melakukan ini?
·         Bagaimana manfaatnya bila kita menerapkan ini?
·         Perubahan apa yang anda akan lakukan dari pengalaman ini?

Penutup
EL dapat dimanfaatkan dalam pengajaran keterampilan berbahasa, terutama dalam keterampilan berbicara dan menulis.  Berdasarkan banyak sharing pengalaman mengajar oleh beberapa pengajar, didukung referensi lain yang ikut mengapresiasi keunggulan metode EL dan wawancara di kelas metode EL  memiliki keunggulan  di antaranya  meningkatkan semangat pembelajar karena pembelajar aktif,  membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif karena pembelajaran bersandar pada penemuan individu, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar mengajar karena pembelajaran dinamis dan terbuka dari berbagai arah, dan mendorong serta mengembangkan berfikir kreatif karena pembelajar partisipatif untuk menemukan sesuatu.
Dari pemaparan ini disimpulkan bahwa metode belajar EL dapat menjadi salah satu metode yang dapat digunakan oleh para pengajar dalam menanamkan materi ajar kepada subjek belajar. Tentu metode ini bukan satu-satunya yang manjur dan tepat untuk digunakan. Merujuk pada keberagaman individu dengan kekhasan masing-masing yang unik, banyak metode mengajar dapat digunakan. Tulisan kecil ini merupakan salah satu masukan bagi para pengajar agar semakin kaya dalam kreativitas mentrasfer pengetahuan kepada subjek belajar yang dipercayakan kepada mereka.


Catatan:

Tulisan kecil ini merupakan rangkuman Experiental Learning, salah satu tema dalam Mata Kuliah Psikologi Pelatihan.