Minggu, 21 Mei 2017

Penanaman Budi Pekerti


Seingat saya, dulu, sekolah-sekolah memasukkan budi pekerti sebagai salah satu mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok). Hal ini baik. Pelajaran budi pekerti mendapat ruang untuk ditanamkan, disediakan satu sesi jam pelajaran agar guru, dengan berpedoman pada buku pedoman yg disalurkan pemerintah dapat mengajarkan nilai-nilai budi pekerti kepada anak didik. Hanya saja tak dipungkiri bahwa ruang yg disediakan di sekolah-sekolah umumnya terbatas. Alhasil, pelajaran yg penting ini tak dapat maksimal ditanamkan. 
Titik soalnya di sini. Pendidikan budi pekerti sejatinya bermuara pada perilaku. Budi pekerti tidak berhenti pada pengetahuan saja. Hal ini perlu ditegaskan berulang-ulang. Karena budi pekerti harus sampai pada perilaku, yg arti lebih mengenanya adalah harus menjadi bagian dari jiwa seseorang, menjadi bagian dari suatu kesatuan yg disebut kepribadian.
Budi pekerti bukan hanya sebatas ilmu yg sekedar dipelajari di kelas melalui buku, bukan hanya dimengerti dan tahu lalu mendapat nilai ujian saat akhir semester. Kenyataannya, seseorang yg menguasai ilmu budi pekerti belum tentu bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sekolah-sekolah, pelajaran budi pekerti harus disertai regulasi yg secara tegas membingkai pembiasaan perilaku positif di sekolah.
Dari mana memulainya? Untuk menanamkan budi pekerti di sekolah perlu dilakukan sedini mungkin. Penanaman dan pembiasaan ini dapat dilakukan sejak anak memasuki usia pendidikan usia dini. Penanaman ini dilakukan dengan menunjukkan perilaku berbudi pekerti seperti apa yang seharusnya dilakukan. Sederhananya bisa dimulai dengan belajar menghormati dan menghargai orang lain, baik teman maupun guru, bertutur kata secara sopan, membiasakan perilaku antri, terbiasa mengucapkan salam, mengatakan terima kasih untuk setiap kebaikan yang diperoleh dari orang lain, mau berbagi dengan tulus, berpakaian secara sopan dan masih banyak hal kecil lain yang dapat ditanamkan.
Lebih lanjut, dukungan keluarga dan lingkungan ikut berperan dalam penanaman budi pekerti. Ini bisa dilakukan dengan menciptakan suasana positif dalam keluarga dan lingkungan, termasuk pula memberikan contoh praktis. Hal lain yg tidak kalah penting sebagai wujud dukungan adalah memberi apresiasi. Banyak kali kita banyak memuji secara berlebihan anak-anak yg berprestasi secara akademik, tetapi kita lupa memberi perhatian kepada anak-anak yg suka menolong. Kita memuji anak-anak yg menjadi juara kelas, tetapi lupa memberi perhatian kepada anak yg punya kemampuan berempati tinggi.
Baiklah, ini hanya beberapa sentilan kecil. Melihat betapa banyaknya pemberitaan, atau malah apa yg terjadi di depan kita tentang anak-anak yg katanya ketiadaan budi pekerti baik, tidak perlu saling menuding dan melempar tanggung jawab. Mari bersama membentuk kepribadian generasi penerus menjadi lebih baik, yg menempatkan kemanusiaan di atas segala hal.

Kaliwaru, 21 05 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini