Selasa, 14 Februari 2017

Valentine’s Day: Mitos Kesuburan, Seks dan Cinta

Valentine Day atau secara bahasa Indonesia dikenal Hari Kasih Sayang yang jatuh tanggal 14 Februari setiap tahunnya telah menjadi perayaan universal. Tak dapat dipungkiri, Valentine Day adalah moment yang sangat istimewa. Dasarnya jelas, merayakan cinta. Nah, siapa yang bisa berpaling dari cinta? Dari yang paling suci sampai yang disebut paling penjahat sekalipun tak mampu mengelak dari cinta dan kasih sayang. Lalu mengapa cinta harus dikhusus-kultuskan dan diistimewakan pada 14 Februari?
Untuk mengetahui muasal Valentine Day, agak gampang-gampang susah menemukan kepastiannya. Karena sejarah Valentine Day dikisahkan dalam banyak versi. Bahkan, dalam beberapa catatan dikatakan bahwa perayaan ini berasal dari mitologi klasik. Meskipun beragam, namun setidaknya hampir sebagian besar merujuk pada beberapa hal.

Gamelion
Dalam mitologi Yunani klasik, dikisahkan bahwa Zeus, pemimpin para dewa, jatuh cinta pada Hera.  Lalu menikahlah mereka; perayaan pernikahan Zeus dan Hera dilangsungkan selama satu bulan penuh. Berdasarkan penanggalan klasik Yunani (kalender Athena) yang dikonversi ke penanggalan modern, waktu berlangsungnya perayaan itu antara pertengahan Januari sampai Februari. Perayaan ini dikenal dengan nama Gamelion, sesuai nama bulan dalam kalender Athena tersebut, dirayakan setiap tahun sebagai apresiasi terhadap cinta dewa yang paling tinggi. Beberapa catatan tentang perayaan ini mengatakan bahwa selama perayaan berlangsung, setiap peserta antara pria dan wanita bebas melakukan apa saja termasuk berhubungan seksual.

Lupercalian.
Lupercalia merupakan sebuah ritual paganisme dari Romawi kuno untuk menyembah Lupercus. Lupercus sendiri digambarkan sebagai seorang pria yang berpakaian kulit domba – maka kadang digambarkan pula dalam wujud domba berkepala manusia. Setiap tanggal 15 Februari, para pemuda berkumpul untuk mengadakan persembahan kepada Lupercus berupa seekor domba. Setelah ritual persembahan, domba kurban dan domba-domba yang sudah disiapkan dihidangkan untuk disantap bersama. Sebagaimana tradisi Romawi kuno, perayaan ini penuh anggur, nikmat dan memabukkan.  Ada juga sesi di mana para pemuda yang telah makan dan minum anggur ini membawa potongan kulit domba yang dibagikan lalu diusapkan pada setiap wanita muda yang dijumpai. Tujuannya agar para wanita muda itu disucikan dan memperoleh kesuburan.
Acara dilanjutkan dengan semacam undian, yang mana setiap wanita muda menuliskan namanya masing-masing pada sepotong kertas (papyrus/kulit hewan), dimasukkan ke dalam wadah berupa kendi yang telah disdiakan. Kemudian satu persatu para pemuda maju dan mengambil selembar kertas dari kendi, dan nama wanita yang tertera di kertas itu akan menjadi pasangannya selama perayaan berlangsung. Pasangan-pasangan ini bebas melakukan apa saja termasuk berhubungan seks sepanjang perayaan tersebut berlangsung, karena keyakinan bahwa itulah jodoh yang diberikan dewa kepada mereka.

Kisah Valentino
Dari tradisi Romawi lahir pula kisah tentang Valentino – seorang pastor dari Italia. Ketika Kaisar Claudius II berkuasa (265-270 M) diberlakukan wajib militer bagi semua pemuda tanpa kecuali. Hal ini demi semakin mengukuhkan eksistensi Romawi sebagai negara imperial. Kebijakan tersebut ditolak sebagian pemuda dengan berbagai alasan, termasuk beberapa diantaranya yang akan segera menikah dan tak ingin meninggalkan kekasih mereka. Lalu para pemuda tersebut meminta perlindungan dan bersembunyi di kediaman Valentino. Sebagian pemuda yang meminta perlindungan tersebut kemudian dinikahkan dengan kekasih mereka masing-masing.
Selang beberapa waktu, semua terbongkar. Valentino ditangkap dan diadili dengan tuduhan makar melawan kebijakan pemerintah dan divonis hukuman mati. Dan sambil menanti eksekusi dilaksanakan, Valentino ditahan dalam penjara. Kebutuhannya sehari-hari dilayani oleh seorang gadis yang buta.
Malam menjelang hari eksekusi, Valentino menulis surat kepada si gadis buta, mengaku mencintai gadis itu. pada bagian bawah surat dibubuhi tanda tangan, sebuah gambar hati dan kalimat “From Your Valentine”. Surat itu diserahkan paginya ketika si gadis datang untuk melayani kebutuhannya sebelum hukuman dilangsungkan.
Pagi itu, 14 Februari 269, ketika Valentino menjalani hukuman matinya, keajaiban terjadi atas si gadis buta. Si gadis dapat melihat. Dan konon benda pertama yang dilihatnya adalah surat cinta Valentino di tangannya.
Kisah di atas hanya sebuah cerita yang berkembang dari zaman ke zaman. Dan sebagaimana cerita pada umumnya, banyak bumbu yang ditambahkan untuk membuatnya semakin menarik.
Dalam tradisi Kristen, khususnya Gereja Katolik, nama Valentino/Valentinus sebagai rujukan kepada satu figur masih diperdebatkan. Hal ini dapat dilihat dalam catatan bahwa nama tersebut merujuk pada tiga pribadi berbeda: seorang pastor di Roma, seorang uskup, juga seorang martir di provinsi Romawi Afrika.

Santo Valentino dalam Tradisi Gereja
Ketika Kaisar Konstantinus menjadi penguasa Romawi, Gereja memperoleh masa kejayaan. Konstantinus berperan dalam mendeklarasikan Edik Milan tahun 313 yang memberi toleransi bagi kekristenan dalam kekaisaran, termasuk menghimpun Konsili Nicea Pertama tahun 325. Langkah Konstantin merupakan sebuah revolusi politik yang punya pengaruh besar terhadap perkembangan kekaisaran Roma juga agama Kristen.
Tahun 496, Paus GelasiusI Angin segar yang diperoleh Gereja membuat Gereja berusaha menghapus segala tradisi pagan yang dipandang kafir serta amoral. Langkah strategis yang dipakai salah satunya adalah dengan cara mengadopsi tradisi pagan dan memberinya nuansa Kristen. Salah satunya antara lain tahun 496 Paus Gelasius I tetapkanlah peringatan Santo Valentinus tanggal 14 Februari yang dirayakan dalam Gereja untuk menggantikan ritual Lupercalian.
Tahun 1969 peringatan santo Valentinus dihapus dari kalender gerejawi. Alasannya karena Gereja ingin menghapus santo-santa yang asal-usulnya tidak jelas atau bahkan hanya berdasarkan legenda. Walaupun demikian, hari peringatan ini terlanjur dirayakan dan menyebar ke seluruh dunia.

Valentine's dan Cinta Romantis
Hubungan perayaan peringatan Valentinus dan cinta romantis dihubungkan dengan dua hal. Pertama, ajaran bahwa Gereja adalah mempelai Kristus. Ajaran ini, cinta Kristus kepada manusia yang total, oleh penganut gnostistisisme disimbolkan secara manusiawi dalam hubungan cinta pria dan wanita, yang berpuncak pada hubungan suami istri, bersatu secara jiwa-badan. Kedua, pada abad pertengahan perayaan Valentine Day 14 Februari lalu disosiasikan dengan kebiasaan burung-burung mencari pasangan untuk kawin, berlangsung sekitar pertengahan Februari. Burung ini secara khusus kemudian merujuk pada burung Flamingo. Yang khas pada burung Flamingo adalah mereka akan berubah menjadi semakin berwarna pink ketika musim kawin. Mungkin dari sinilah lahir asosiasi cinta romantis dengan warna pink.


Valentine’s Day: Merayakan Cinta
Terlepas dari segala mitos, legenda dan tradisi, pada era modern ini Valentine Day tetap dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Hari ini adalah saat orang-orang merayakan kasih sayang, merayakan cinta. Lantas mengapa cinta mesti dirayakan?
Cinta merupakan sebuah perasaan positif dari manusia. Cinta bersifat aktif, bersumber dan bermuara, berasal dari subyek kepada obyek. Meskipun dalam bahasa Yunani dikenal tiga klasifikasi cinta: eros, philia dan agape, cinta adalah aktus emosi yang mendalam dari subyek kepada obyek. Banyak pemikiran filosofis atas aktivitas manusia menunjukkan bahwa hidup berlangsung karena dorongan cinta, dalam tataran antropologis sampai teologis.
Pemikiran ini manghantar pada pemahaman bahwa merayakan cinta berarti merayakan kehidupan dalam relasi manusia dengan benda dan makluk lain, manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan. Aktus cinta melibatkan pengorbanan, perhatian, empati, kepatuhan dan lain-lain. Aktus cinta mencakup segala perasaan positif yang mengarahkan pada kebaikan universal, kebaikan tertinggi. Dalam pemahaman ini, bahwa cinta mengarahkan pada kebaikan, kejahatan atas nama cinta adalah klise.
Selamat merayakan cinta, perbanyak kebaikan dan hindari yang jahat.


Dari berbagai sumber.
Pict dari Google.