Rabu, 02 Januari 2019

Bermain sambil Belajar bersama Guru-Guru PAUD

Catatan dari Islamic Book Fair #26 Jogja

Tanggal 2 Januari 2019, saya bersama beberapa teman terlibat sebagai pendamping workshop untuk kurang lebih 100 orang guru dari Himpaudi Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Islamic Book Fair #26 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta. Sebagai tambahan, kelompok kami biasa dikenal sebagai Tim Dolanan, yang mana kegiatan kami adalah menghidupkan literasi dan kesenangan belajar dengan kemasan bermain.

Kembali ke perihal workshop yang melibatkan kami dalam kegiatan Islamic Book Fair. Secara sederhana, apa yang kami bagikan kali ini adalah membuat mainan dari bahan yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Aneka bahan berupa kardus, botol bekas kemasan minuman, kaleng, bekas kotak makanan dan lain-lain, lalu dengan peralatan berupa gunting bisa diubah menjadi mainan yang menyenangkan.

Jika dilihat sepintas, membuat mainan dari aneka barang bekas itu mudah. Bahkan cenderung sepele. Tetapi tujuan terjauh bukan pada mainan yang dibuat. Akan bagus jika dirunut dahulu prinsip yang melandasi kegiatan-kegiatan kecil yang selalu kami lakukan, termasuk untuk kegiatan workshop bersama para guru PAUD kali ini.


Secara konsep, anak-anak usia 0-5 tahun disebut usia emas. Dalam beberapa catatan usia emas dikatakan berada pada rentang 0-8 tahun. Disebut usia emas karena  tahap ini merupakan fase krusial bagi tumbuh kembang anak. 80% pembentukan kecerdasan dengan segala aspeknya berlangsung pada usia ini. Karena itu, anak-anak pada fase ini perlu diperkenalkan dengan pembelajaran yang bisa menstimulasi otak mereka, dan salah satu caranya adalah dengan bermain.

Sebenarnya semua tahapan perkembangan anak itu penting. Akan tetapi periode emas dalam rentang usia yang sudah disebutkan di atas merupakan masa di mana anak mengalami banyak hal untuk pertama kalinya. Pengalaman-pengalaman pertama ini akan lebih kuat terekam, tersimpan di wilayah bawah sadar mereka. pengalama-pengalaman ini akan menjadi modal untuk kehidupan selanjutnya.

Pada fase usia emas, perkembangan otak anak terjadi secara meyeluruh pada setiap belahan otak. Belahan-belahan ini akan menyimpan kemampuan anak secara berbeda. Dengan stimulus yang baik, otak kiri akan optimal dalam mengelola aktivitas yang bersifat teratur, sistematis, rinci dan berurutan. Demikian pula pada otak kanan yang berperan dalam hal-hal bersifat divergen, seperti imajinasi dan kreativitas, intuisi, emosi, abstrak dan simultan.

Terdapat banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk merangsang optimalisasi otak anak pada fase ini. Membacakan cerita, menggambar mewarnai gambar, bernyani dan menari, membuat mainan sederhana  merupakan beberapa dari sekian cara merancang kegiatan yang bisa dilakukan. Poin pentingnya adalah setiap aktivitas bisa melibatkan sekurang-kurangnya beberapa aspek tumbuh-kembang anak. Dengan aktivitas yang tepat (beberapa contoh disebutkan di atas), hal-hal penting baik untuk fisik maupun kepribadian, seperti kreatif-imajinatif, motorik halus maupun kasar pada anak, kemampuan bekerja sama, sikap saling menghargai, berani, mandiri, tekun, fokus, percaya diri dan lain-lain bisa ditumbuhkan pada fase ini.

Kembali ke kegiatan workshop yang kami lakukan. Jika selama ini kami bergiat langsung bersama ana-anak, hari ini berbeda. Yang kami dampingi adalah orang dewasa, dan mereka adalah para guru PAUD. Menurut kami ini adalah kesempatan istimewa. Pendidikan anak usia dini merupakan wahana untuk memfasilitasi anak agar banyak beraktivitas, bereksplotasi dan berpikir melalui kegiatan bermain. Maka dengan kegiatan workshop ini kami berusaha menambah referensi bagi para guru PAUD agar memiliki pola pendampingan yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak. Selain itu, workshop ini menjadi kesempatan berbagi pengalaman tentang pengajaran di PAUD, juga membuka kesempatan bekerja sama baik antar lembaga PAUD maupun dengan komunitas lain yang menaruh perhatian dan bergiat di bidang pendidikan anak.