Sabtu, 14 Januari 2017

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Memasuki abad 21, isu lingkungan hidup menjadi topik pembahasan yang banyak dibicarakan. Pemerintah, akademisi, lembaga budaya dan agama, dalam banyak kesempatan mengangkat topik lingkungan hidup untuk dibicarakan. Ini tak muncul serta-merta. Isu lingkungan hidup dan berbagai hal terkait telah menimbulkan kepedulian sekaligus keprihatinan. Perubahan cuaca, pemanasan global, pertumbuhan populasi manusia yang membutuhkan lebih banyak ruang dan menyusutnya kawasan hutan merupakan tema-tema yang umum dibahas. Tak dapat dipungkiri kenyataan bahwa manusia dan seluruh kehidupannya berhubungan dengan lingkungan hidup, sehingga ketika terjadi sedikit gangguan terhadap lingkungan tersebut, kehidupan manusia pun ikut terganggu. Terkait masalah-masalah lingkungan yang kian menjadi keprihatinan bersama (dibahasakan secara lain ‘ancaman’) disimpulkan bahwa manusialah penyebabnya.
Untuk menyembuhkan luka alam yang telah tercipta, salah satu jalan yang mungkin adalah melalui pendidikan. Konkritnya, diperlukan suatu sistem pendidikan yang menaruh perhatian terhadap masalah lingkungan dan upaya memberikan solusi alternatif. Pendidikan berwawasan lingkungan, atau pendidikan lingkungan hidup, merupakan frame yang diharapkan diusung oleh bidang pendidikan.
Pendidikan lingkungan hidup (PLH), kalau merujuk pada deklarasi Tbilisi tahun 1977, dipahami sebagai suatu proses untuk membangun populasi manusia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru.
Dari pengertian di atas, setidaknya ada dua hal penting yang berkaitan dengan PLH (di samping hal penting lainnya). Pertama, lingkungan merupakan sebuah totalitas. Dari sudut pandang ini, penting ditekankan bahwa lingkungan merupakan bagian-bagian yang saling terhubung membangun sebuah kesatuan. Bagian-bagian itu mencakup pula manusia di dalamnya, sehingga adalah keliru kalau manusia ditempatkan di luar bagian-bagian dari totalitas tersebut. Pemahaman bahwa manusia merupakan satu bagian dari sebuah kesatuan yang disebut lingkungan akan berdampak pada cara pandang manusia dan perilakunya terhadap lingkungan. Kedua, tentang urgensi pendidikan lingkungan hidup. Berhadapan dengan berbagai masalah global terkait lingkungan hidup, kecemasan akan masa depan manusia, pendidikan yang berwawasan lingkungan hidup penting untuk diupayakan sedini mungkin. Pendidikan lingkungan hidup mesti ditanamkan sedini mungkin, dari pra-sekolah sampai jenjang pendidikan yang lebih lanjut, melibatkan keluarga sebagai basis, lembaga-lembaga pendidikan formal, pemerintah, dan seluruh masyarakat.
Kepedulian terhadap lingkungan hidup, pengetahuan dan upaya memahami lingkungan, perubahan perilaku terhadap lingkungan hidup, bagaimana usaha mengurangi dampak negatif perlakuan manusia terhadap lingkungan, mengupayakan kehidupan yang lebih baik dengan teknologi ramah lingkungan dan masih banyak hal lain, merupakan beberapa bidang fokus perhatian PLH yang semakin dicanangkan melalui pendidikan.

PLH untuk Anak Usia Dini
Bagian ini lebih merupakan catatan dan sharing pengalaman ketika mencoba memasukkan ide PLH ke dalam pendidikan anak usia dini. Kami mencoba memulai di PAUD BUDI PEKERTI, sebuah PAUD yang berdiri dan berjalan atas inisiatif serta kepedulian masyarakat Glondong.


Secara umum, kami menyimpulkan bahwa untuk anak-anak, PLH dapat dilakukan dengan dua cara praktis yaitu belajar mengenal alam, dan belajar konsep-konsep dengan alam sebagai media. Hal pertama, anak-anak diajak untuk lebih mengenal lingkungannya. Ini dilakukan dengan jalan-jalan berkeliling kampung, melihat sungai dan apa saja yang ada di sekitarnya, mengunjungi kolam ikan, termasuk pula bagaimana cara berlaku, misalnya melihat bunga tanpa memetik. Hal kedua, tentang alam sebagai media, sebisa mungkin diupayakan penanaman konsep dengan bantuan apa saja yang ada di sekitar anak. Misalnya warna daun/bunga, tinggi-rendah pohon, berat-ringan batu, serta banyak cara lain yang kami coba.
Dari apa yang baru kami pulai bersama anak-anak PAUD BP, meskipun perlahan, kami melihat perkembangan yang positif, baik dari usaha mengenal alam maupun hal belajar dengan media alam. Kami meyakini bahwa meskipun masih sederhana dan terbatas, upaya membuka perhatian terhadap lingkungan hidup ini akan berkembang seiring perkembangan anak dengan bimbingan yang tepat.
Catatan ini sekedar mau mengingatkan kita, bahwa isu lingkungan hidup dan masalahnya adalah masalah kita semua. Dan kita bertanggungjawab untuk menyelamatkan lingkungan, demi kelangsungan hidup kita dan generasi setelah ini.