Senin, 28 Mei 2012

Nyanyian Malam

Akulah layar yang menghantarmu ke tepian
Dijemput camar yang bermain di celah butiran hujan

Ballade pour Adeline...
Mazmur 4...
Kujatuhkan satu-satu pada jantung malam.

(Penfui, 19 Januari 2012, dimuat dalam Victory News, 20 Mei 2012)

Ulang Tahun

: Mario
Dia memperbaharui kelahirannya,
Sekali lagi, untuk kesekian kalinya...
Jika kata bisa mewakili diri,
maka aku turut menaikkan syukur
untuk hari ulang tahunmu...
semoga hujan berkat selalu memberi kesejukan
di usia yang beranjak cerah ini.

(Penfui, 18 Februari 2012)

Senin, 14 Mei 2012

di bawah deret rangka

:pemangku
Sebab itulah. Tanganmu baja cabul pantai yg pasang surut tak kesampaian tertidur pada pasir karang, seperti kemarin-kemarin. Birahimu pada uang dan saham, dan dengung nama pada etalase-etalase, hotel berbintang dan resto, bahasamu. Dan kagum bodoh anak-anak penuh peluh pasir tak mengerti mereka digusur kau bilang pembangunan infrastruktur. Padahal semacam pupur memaskara kawah-kawah buruk rupa wajahmu pada nama, slogan, semboyan.
Pulangkan Pantai Kami…!!!
Asin uap pun kau bilang debet dan kredit. Meski sebenarnya tidurmu hanya berteman sepelacur saja semalam lantaran binimu tak lagi belia mengikatmu, nyata dan maya, siang dan malam. Layaknya lenganmu terus cabul musnah. Tak kesampaian ratap tangis kehilangan kerang sekedar lauk anak-anak sekolah pulang. Tikamanmu tetap gunjang-ganjing tak tentu bila diseru. Itu caci maki untukmu. Kusumpahi kalian yang mengikrar setia lalu beringkar seperbalikan telapak tangan. Atas nama laut yang kau simpan birahi siang malam. Kata-kata akan mati, lebih dahulu kau mesti mati. Dimakan anjing bangkaimu tanpa kasihan lagi. Selalu.
Pulangkan Pantai Kami…!!!

(Kelapa Lima, Mei 2012)

Minggu, 13 Mei 2012

Surat buat Kartini

Tini, pena yang kau tinggalkan dulu telah beku,
maka kuputuskan menuliskan kata-kata dengan jelaga
tentang mimpi: menemanimu mengangkasa
di belakang kita berarak banyak orang,
tak terbilang
mengikuti sambil menaruh telapak mereka pada jejak yang kita tinggalkan.

Masih kutunggu kedatanganmu Tini, lagi..., dengan cahanyamu...
Selalu ada ruang,
ketika habis gelap terbitlah terang

(Penfui, Hari Kartini 2012)

M A L A I K A T

images (8)Tubuh yang saban hari kian menyusut itu kini terbujur kaku.
Ia mati, tapi ia terus hidup.
Dalam ingatan tentang susu dan air mata yang disuapkan pagi-pagi untukku,
dalam kenangan akan peluh dan nafas lelah yang dikibaskan untuk menyegarkan jiwaku.

Kukatakan kepadamu hai kamu semua yang mencari terang dalam hidup dan mati.
Ia hidup dalam diriku.
Ia ada dalam hembusan nafasku, dalam darah yang mengalir dalam nadiku.

Namun ada hal yang belum kumengerti.
"Apa yang telah kau gantungkan pada salib, jangan kau tanggalkan lagi.
Aku telah mengorbankan semuanya.
Muliakan Tuhan yang telah kuperkenalkan kepadamu sepanjang hidupmu."
Demikian pesan penghabisan yang ditujukan kepadaku.
Dia adalah malaikat.

(Penfui, 15 Januari 2012)