Minggu, 26 November 2017

Rusa Timor di Tanah Timor

Tulisan ini akan berjalan acak. Dimaklumi saja. Isi kepala ini juga tengah acak kusut tak beraturan dengan begitu banyak ide yang lalu lalang. Saking acaknya, kadang ide tentang satu hal bisa nyambung secara asal jadi – asal pasang ke hal lain lagi. Mungkin itulah sebabnya akhir-akhir ini saya lebih memilih menjadi pembaca ketimbang menulis. Tetapi toh akhirnya ada satu hal yang muncul hari ini, yang memaksa saya harus duduk di depan komputer, berbekal kaca mata gelap untuk melindungi mata saya dari pancaran cahaya layar komputer yang membuat tampang saya – kata orang - sedikit lebih lucu-lucu ganteng gitu. Preeeettt......

Tahun 1988, Bank Indonesia menerbitkan uang pecahan Rp.500, berjenis uang kertas. Sebagaimana uang kertas sebelumnya, selalu ada gambar unik pada kedua sisi uang kertas yang baru ini. Pada satu sisinya ada gambar Siti Hinggil Kraton Kasultanan Yogyakarta, sementara pada sisi yang lain bergambar Rusa Timor (cervus timorensis). Dua gambar yang ditampilkan pada mata uang pecahan baru ini punya nilai. Siti Hinggil menyimpan nilai sejarah dan budaya. Sementara rusa Timor merupakan salah satu satwa khas Indonesia. Oke, tentang rusa inilah saya menulis.

Rusa timor (cervus timorensis) merupakan satwa endemik Indonesia. Artinya satwa ini adalah salah satu dari sekian jenis satwa lain yang khas dan asli Indonesia. Rusa Timor pertama kali terpublikasi oleh Blainville, seorang ahli zoologi pada tahun 1822. Berdasarkan penamaan yang diberikan, kala itu satwa ini ditemukan di pulau Timor (mengacu pada nama ilmiah yang diberikan kepadanya). Kemudian dengan asumsi dan pendekatan penelitian  menunjukkan bahwa  rusa timor memiliki habitat awal di Pulau Timor, namun rusa sejenis ditemukan pula di beberapa tempat lain, misalnya di NTB,  maka untuk rusa timor yang khas Timor dibuatkan lagi penamaan sub species dari jenis Cervus timorensis yaitu Cervus timorensis timorensis.

Rusa timor sangat populer di kalangan masyarakat Timor pada abad ke-17-19. Sampai akhir 1970-an, rusa dengan mudah ditemukan di hutan maupun padang savana daratan Pulau Timor. (Malah pengalaman pribadi saya, awal tahun 1990-an pun masih sering terjadi ada rusa yang tersesat masuk kampung. Itu terjadi di Bokis, kampung asal almarhum bapak. Berbeda lagi di Unina, kampung asal mama, saat itu rusa masih bisa ditemukan di sumber air tempat sapi-sapi yang dilepas di padang biasa minum.) Sekarang, rusa Timor telah menjadi hewan langka di tanah asalnya sendiri.

Ada banyak penyebab makin terkikisnya populasi rusa Timor. Perambahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian salah satunya. Hal ini merupakan pola bertani secara tradisional yang masih berlangsung hingga saat ini. Tebas-bakar-tanam-panen-pindah-buka lahan baru dengan pola yang sama, seperti itulah pola bertani tradisional. Makin sempitnya kawasan hutan menyebabkan sumber makanan rusa timor ikut menyusut. Akhirnya tanaman petani menjadi pilihan menyambung hidup. Ini menjadi pintu bagi penyebab berikutnya. Karena rusa menyasar tanaman petani, rusa lalu dianggap hama yang harus diatasi. Caranya, diburu. Lebih mirisnya, selain diburu oleh petani, terdapat pula kelompok manusia yang gemar berburu binatang liar.
Salah satu favorit kelompok pemburu di Timor adalah rusa. Konon, selain dagingnya sangat enak dimakan, juga menjadi prestasi luar biasa bagi pemburu yang berhasil mendapatkan hasil buruan seekor rusa. Apalagi jika mendapatkan rusa betina yang tengah mengandung, serius, janin rusa di dalam rahim ibunya akan menjadi  rebutan. Katanya janin rusa yang diendapkan dalam sopi (minuman beralkohol khas Timor) kualitas nomor satu akan meningkatkan rasa nikmat pada sopi, juga meningkatkan energi orang yang meminum sopi tersebut. Rusa Timor di Timor menjalani kenyataan kejam.

Berbeda dengan di Timor, kerabat rusa timor  di wilayah NTB lebih baik. Meskipun konon mereka tetap tak luput dari ancaman, setidaknya ada regulasi yang menjamin kehidupan mereka, rusa timor di NTB. Bahkan rusa di sana menjadi satwa ikonik, yang menjadi salah satu daya tarik sendiri bagi mereka yang ingin ke NTB.

 Bagaimana kelanjutan hidup rusa timor di tanah Timor? Tentu kita masih punya harapan untuk melestarikan satwa endemik ini. Informasi yang memadai tentang satwa ini, penyadaran yang berkelanjutan, menekan perilaku perburuan liar dan perambahan hutan dengan regulasi yang tegas, juga niat dan komitmen bersama perlu dibangun. Selain itu upaya penangkaran bisa menjadi salah satu cara yang baik. Selain sebagai usaha pelestarian rusa, bisa menjadi obyek wisata yang menarik.