Selasa, 23 Mei 2017

Sebuah Catatan Kecil Hari Penyu Sedunia 2017


Tanggal 23 Mei diperingati sebagai Hari Penyu Sedunia. Tentu ada alasan mendasar mengapa dunia perlu mencanangkan hari ini. Perlu diketahui, penyu merupakan satu-satunya spesies purba yang masuh bertahan sampai saat ini. Menurut penelitian, jenis satwa ini sudah ada sejak zaman dinosaurus, kira-kira 145-250 juta tahun yang lalu. Sampai saat ini, terdapat tujuh jenis penyu yang masih bertahan dan hidup tersebar di dunia, khususnya kawasan beriklim sub-tropis. Indonesia termasuk kawasan yang beruntung. Terdapat enam dari tujuh jenis penyu yang masih ada itu ditemukan di perairan Indonesia.

Masalahnya, populasi penyu makin menurun, bahkan beberapa tahun belakangan ini semakin berkurang drastis. Ada banyak hal yang menjadi faktor penyebab penurunan populasi penyu ini. Dari sekian faktor yang memengaruhi, satu yang tak terbantahkan adalah dampak pemanasan global (global warming) dan perilaku manusia. Faktor pemanasan global memberi perubahan secara signifikan terhadap perubahan temperatur  udara dan air laut. Temperatur merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap siklus hidup penyu. Faktor lain yang menjadi ancaman serius adalah manusia sendiri.

Ribuan ekor penyu sering terperangkap jaring atau mata pancing nelayan setiap tahunnya. Ini hanya gambaran umum tentang penangkapan penyu yang tak disengaja. Kika penangkapan yang disengaja dicatat juga, tak terhitung jumlah penyu yang telah menjadi korban keserakahan manusia setiap tahunnya. Perburuan terhadap penyu, termasuk telur penyu, menjadi penyebab utama makin berkurangnya jumlah populasi satwa ini. Ini menjadi ancaman serius, mengingat penyu mempunyai pertumbuhan rata-rata yang sangat lambat dibanding jenis makluk hidup lain. Atas dasar ini International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan bahwa penyu termasuk dalam Red List of Threatened Species (daftar merah spesies yang terancam).

Semua jenis penyu telah masuk dalam daftar hewan yang dilindungi secara global maupun secara nasional. Secara internasional perlindungan terhadap pengu diatur dalam Convention on International Trade of Endangered Species of Flora and Fauna), dimana penyu tercatat dalam Apendix I CITES. Ini berarti bahwa secara internasional perdagangan penyu dalam bentuk apapun adalah dilarang. Indonesia telah meratifikasi konvensi CITES ini sejak tahun 1978. Payung hukum terhadap penyu terus dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia sejak saat itu, lengkap dengan larangan dan sanksi pidana terhadap segala kegiatan perburuan dan komersialisasi satwa ini.

Apa sesungguhnya manfaat penyu sehingga perlu dilindungi? Berdasarkan data penelitian ilmiah sebagaimana disajikan pihak-pihak yang berkompeten dalam hal ini, ada banyak manfaat yang disumbangkan penyu dalam ekosistem. Secara alamiah keberadaan penyu mengindikasikan tingkat kebersihan kawasan laut dan pantai dari polutan. Artinya pada sebuah kawasan yang menjadi habitat penyu dapat dipastikan bebas dari sebaga macam pencemaran lingkungan pantai dan laut. Selain itu penyu ikut berperan dalam menyeimbangkan rantai makanan dalam ekosistem laut.

Apa yang dapat kita lakukan? Mengingat manfaat penyu yang penting dalam ekosistem, kemudian berlandaskan regulasi baik internasional maupun nasional yang telah dicanangkan, perburuan penyu harus segera dihentikan. Kunci utama adalah kesadaran setiap orang untuk tidak secara rakus-serakah menjadikan penyu sebagai pemuas nafsu manusiawi. Setiap orang harus sadar untuk tidak lagi memburu, mengedarkan dan menjadi konsumen penyu dalam bentuk apapun: piaraan pribadi, bahan makanan, perhiasan, cinderamata dan lain-lain.

Tanggal 14 Agustus 2015 Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti telah mengeluarkan surat edaran tentang Pelaksanaan Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh dan/atau Produk Turunannya. Surat bernomor 526/MEN-KP/VIII/2015 itu ditujukan kepada para Gubernur, Bupati/Walikota, Kepala Dinas dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan di seluruh Indonesia. Surat tersebut kembali memperingatkan kepada pihak tertuju sekaligus kepada seluruh masyarakat akan perlindungan terhadap satwa dilindungi termasuk penyu dan konsekuensi hukum bagi semua pihak yang mengabaikannya.

Langkah-langkah praktis yang dapat terus dilakukan adalah melakukan sosialisasi tentang perlindungan penyu disertai penyadaran terhadap masyarakat, melakukan pengawasan dan penegakan hukum atas eksploitasi penyu, perlindungan terhadap habitat pentu dan monitoring terhadap program perlindungan penyu. Masyarakat dan pemerintah hendaknya semakin berkesadaran dan semakin peduli terhadap kelangsungan hidup penyu.

Sekedar sharing pengalaman. Beberapa tahun belakangan trend perhiasan, entah cincin, gelang, anting, kalung dari cangkang penyu tengah naik daun di NTT. Mulai pegawai pemerintahan maupun swasta, akademisi sampai ibu rumah tangga, berlomba-lomba menjadikan trend ini sebagai lahan bisnis yg menggiurkan. Trend ini cenderung meningkat seiring makin mahalnya jenis perhiasan yg diperoleh dari satu-satunya spesies purba yg masih bertahan ini. Tanpa disadari, nafsu kita yg menggebu-gebu ini telah menyebabkan perburuan dan pembantaian membabi buta atas penyu. Serius.
Selamat Hari Penyu.

Minggu, 21 Mei 2017

Asa Baru Gerakan Cinta Membaca


Tanggal 2 Mei setiap tahunnya kita peringati sebagai hari Pendidikan Nasional. Untuk peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2017 ini, Presiden Joko Widodo memperingatinya di Istana Negara bersama sekelompok pegiat literasi yang mewakili seluruh pegiat literasi se-Indonesia. Tentu ada alasan mendasar mengapa Presiden memilih memperingati hari penting ini bersama para pegiat literasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemajuan bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Dan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, jalan utamanya adalah pendidikan. Akhirnya kalau kita berbicara soal pendidikan, faktor tenaga pendidik dan sarana pendidikan tak dapat diabaikan. Beberapa tahun belakangan kita mengenal program pemerintah yang menyalurkan tenaga pendidik ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk menjangkau pelosok-pelosok. Katakanlah ada program SM3T yang mengirim tenaga pendidik sesuai standar, yang mana tenaga pendidik secara akademik minimal telah menyelesaikan pendidikan sarjana.
Kendala Ketersediaan Buku Bacaan
Meskipun demikian, ternyata ada hal lain yang menjadi persoalan. Tenaga pendidik yang memadai ternyata tetap timpang karena keterbatasan sarana yang mendukung kegiatan belajar. Salah satu sarana yang urgen adalah buku-buku bacaan yang harus menjadi pendukung keberhasilan belajar. Buku merupakan sarana penyedia informasi dan ilmu yang penting dalam usaha melahirkan manusia yang berkualitas. Tetapi ternyata di banyak tempat di tanah air buku menjadi sesuatu yang langka. Buku-buku yang disediakan pemerintah melalui dinas pendidikan tidak cukup untuk menjawab kebutuhan akan buku bacaan.
Kendala ketersediaan buku bacaan menjadi keprihatinan banyak pihak. Atas dasar kepedulian muncullah kelompok masyarakat pegiat literasi yang dengan cara masing-masing berusaha mendukung pemerintah dengan menggalang donasi buku dan menyalurkannya ke berbagai tempat sesuai fokus sasaran atas pertimbangan tertentu. Masalahnya muncul di sini. Ketika banyak pihak yang peduli berhasil mengumpulkan buku, penyalurannya terhambat. Biaya pengiriman yang sangat tinggi membuat para pegiat gemar membaca ini kesulitan menyalurkan buku-buku. Bahkan tak jarang biaya pengiriman lebih mahal dari harga buku sendiri. Hal ini kemudian disampaikan kepada Presiden saat peringatan Hari Pendidikan Nasional 2017.
Harapan Baru dari Presiden Joko Widodo
Gayung bersambut. Keluhan ini ditanggapi presiden. Di sela acara, presiden langsung menelepon Menteri BUMN Rini Soemarno, meminta agar diinstruksikan kepada PT Pos Indonesia untuk menggratiskan pengiriman buku ke seluruh penjuru tanah air pada hari tertentu. Jawaban Menteri positif, menyanggupi, dengan menyediakan satu hari dalam satu bulan biaya pengiriman buku gratis ke seluruh pelosok tanah air.
Tanggal 17 Mei 2017 kemarin, bertepatan dengan Hari Buku Nasional, Presiden Joko Widodo menepati janjinya. Pemerintah menetapkan setiap tanggal 17 dalam bulan sebagai tanggal di mana pengiriman buku ke pelosok tanah air tidak dikenakan biaya sepeserpun alias gratis. Sebagai langkah perdana, Pemerintah langsung memualinya pada bulan Mei ini juga. Hanya khusus bulan Mei ini dilaksanakan pada tanggal 20. Kebijakan dan pelaksanaan kebijakan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia, mendukung berjalannya visi pendidikan nasional dan lebih lanjut menciptakan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
BBNTT Menanggapi
Kebijakan pemerintah menggratiskan pengiriman buku membangkitkan sukacita dan aharapan bagi para pegiat literasi. Tak terkecuali pula kami dari kelompok relawan Buku Bagi NTT (BBNTT). Untuk diketahui, BBNTT adalah kelompok relawan yang semenjak terbentuk tiga tahun lalu rutin menggalang donasi buku dan menyalurkannya ke banyak perpustakaan desa atau taman baca masyarakat yang sudah ada maupun yang baru dirintis di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Cita-cita yang sama membuat banyak orang bergabung dengan BBNTT. Dan karena orang-orang yang bergabung menjadi relawan tersebar di banyak wilayah, BBNTT lalu terbentuk menjadi beberapa regio guna memudahkan koordinasi, sebutlah ada BBNTT Jakarta, BBNTT Yogyakarta, BBNTT Malang, BBNTT Denpasar, BBNTT Kupang dan beberapa regio yang lain.
Secara umum, penggalangan buku yang dilakukan oleh BBNTT tak banyak kendala. Masalah utamanya sama dengan keluhan yang disampaikan kepada Presiden oleh perwakilan pegiat gemar membaca yaitu biaya pengiriman yang terlampau mahal. Hal ini membuat tak jarang buku yang sudah disiapkan malah menumpuk di basecamp BBNTT dan anggota relawan harus bekerja ekstra lagi mendulang dana pengiriman dengan banyak cara. Tak jarang anggota relawan asal NTT yang berkesempatan mudik entah karena libur atau hal lain menjadi pilihan, melalui mereka sejumlah buku dititipkan.
Mendengar kabar tentang janji Presiden, kemudian ditetapkannya tanggal pengiriman buku gratis tersebut menjadi angin yang sangat sejuk bagi kami di BBNTT. Secara khusus hal ini menjadi bahan pembahasan yang heboh di BBNTT Regio Jogja. Betapa kami ingin segera menanggapi kebijakan ini dengan beraksi. Berawal dari kabar yang disampaikan dalam grup online BBNTT Jogja oleh kakak Indah Lopez, koordinator BBNTT Jogja, kami lalu mengutarakan kegembiraan kami. Kegembiraan ini bertambah ketika kakak Agatha Mayasari mendapat konfirmasi dari pihak kantor pos langganan tentang prosedur pengiriman buku gratis ini.
Sabtu, 20 Mei 2017 kemarin, sekitar pukul 15.00, koordinator BBNTT Jogja mengirimkan dua buah gambar di grup inline. Foto dua paket buku yang dikirimkan ke salah satu taman baca di NTT dan yang satunya cetakan bukti pengiriman dari Kantor Pos. Dan poin pentingnya: GRATIS.
Sekali lagi GRATIS.
Terima kasih Presiden Joko Widodo.
Terima kasih Menteri BUMN Rini Soemarno.
Terima kasih PT Pos Indonesia.


Penanaman Budi Pekerti


Seingat saya, dulu, sekolah-sekolah memasukkan budi pekerti sebagai salah satu mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok). Hal ini baik. Pelajaran budi pekerti mendapat ruang untuk ditanamkan, disediakan satu sesi jam pelajaran agar guru, dengan berpedoman pada buku pedoman yg disalurkan pemerintah dapat mengajarkan nilai-nilai budi pekerti kepada anak didik. Hanya saja tak dipungkiri bahwa ruang yg disediakan di sekolah-sekolah umumnya terbatas. Alhasil, pelajaran yg penting ini tak dapat maksimal ditanamkan. 
Titik soalnya di sini. Pendidikan budi pekerti sejatinya bermuara pada perilaku. Budi pekerti tidak berhenti pada pengetahuan saja. Hal ini perlu ditegaskan berulang-ulang. Karena budi pekerti harus sampai pada perilaku, yg arti lebih mengenanya adalah harus menjadi bagian dari jiwa seseorang, menjadi bagian dari suatu kesatuan yg disebut kepribadian.
Budi pekerti bukan hanya sebatas ilmu yg sekedar dipelajari di kelas melalui buku, bukan hanya dimengerti dan tahu lalu mendapat nilai ujian saat akhir semester. Kenyataannya, seseorang yg menguasai ilmu budi pekerti belum tentu bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sekolah-sekolah, pelajaran budi pekerti harus disertai regulasi yg secara tegas membingkai pembiasaan perilaku positif di sekolah.
Dari mana memulainya? Untuk menanamkan budi pekerti di sekolah perlu dilakukan sedini mungkin. Penanaman dan pembiasaan ini dapat dilakukan sejak anak memasuki usia pendidikan usia dini. Penanaman ini dilakukan dengan menunjukkan perilaku berbudi pekerti seperti apa yang seharusnya dilakukan. Sederhananya bisa dimulai dengan belajar menghormati dan menghargai orang lain, baik teman maupun guru, bertutur kata secara sopan, membiasakan perilaku antri, terbiasa mengucapkan salam, mengatakan terima kasih untuk setiap kebaikan yang diperoleh dari orang lain, mau berbagi dengan tulus, berpakaian secara sopan dan masih banyak hal kecil lain yang dapat ditanamkan.
Lebih lanjut, dukungan keluarga dan lingkungan ikut berperan dalam penanaman budi pekerti. Ini bisa dilakukan dengan menciptakan suasana positif dalam keluarga dan lingkungan, termasuk pula memberikan contoh praktis. Hal lain yg tidak kalah penting sebagai wujud dukungan adalah memberi apresiasi. Banyak kali kita banyak memuji secara berlebihan anak-anak yg berprestasi secara akademik, tetapi kita lupa memberi perhatian kepada anak-anak yg suka menolong. Kita memuji anak-anak yg menjadi juara kelas, tetapi lupa memberi perhatian kepada anak yg punya kemampuan berempati tinggi.
Baiklah, ini hanya beberapa sentilan kecil. Melihat betapa banyaknya pemberitaan, atau malah apa yg terjadi di depan kita tentang anak-anak yg katanya ketiadaan budi pekerti baik, tidak perlu saling menuding dan melempar tanggung jawab. Mari bersama membentuk kepribadian generasi penerus menjadi lebih baik, yg menempatkan kemanusiaan di atas segala hal.

Kaliwaru, 21 05 2017