Senin, 22 Juni 2015

Teori Freudian

Psikoanalisa dan Alam Bawah-sadar

Membicarakan teori paling awal dari pemikiran freud tidak bisa dilepaskan dari bukunyaThe interpretation of Dream, buku ini menjelaskan mengenai pengalaman mimpi manusia. Teori ini dijelaskan melalui perasaan yang ada dalam diri manusia, pertama conscious thought yaitu alam sadar manusia, di saat manusia misalnya bermain bola, dia melakukannya dan pada saat yang sama sadar dengan apa yang dia lakukan, kedua Pre conscious, yaitu ide-ide yang tidak kita sadari namun bisa kapan saja kita panggil saat dibutukan, dan terakhir unconscious, yang disebut juga alam bawah sadar yaitu wilayah lain dari pikiran kita, yang sangat dalam, banyak, dan tersembunyi. Mimpi menurut Freud berada dipossisi terakhir, yaitu alam bawah sadar. Alam bawah sadar manusia sangat penting, pertama karena sumber dorongan jasmani yang paling dasar, kedua keterhubungan alam bawah sadar dengan keinginan akan menciptakan ide yang luar biasa yang bisa dikaitkan dari mulai penciptaan manusia sampai akhir manusia.

Apa yang dipaparkan oleh freud mengenai alam bawah sadar sebenarnya sudah ditemukan terlebih dahulu oleh sastrawan, yang sering menyebutnya dalam bentuk karya sastranya. Namun bentuk mereka masih sanagt intuitif. Freud ingin menjelaskan apa yang tidak bisa dijelaskan oleh penemu sebelumnya, Freud ingin menggunakan cara yang rasional dan ilmiah. Melalui psikoanalisa yang Freud lakukan maka alam bawah sadar bisa dipahami melalui dua cara, pertama masuk dengan diam-diam melalui transkrip masa lalu, kedua transkrip tersebut dipaksa masuk karena alasan dan sebab tertentu.

Menurut Freud sesuatu yang terjadi di masa lalu yang tertekan dalam alam bawah sadar akan menghasilkan respon yang sangat kuat sehingga tidak bisa diungkapkan secara terbuka, dan keluar dari jangkauan mental. Semua ini dideskripsikan oleh Frued dengan istilah”neurosis”, termasuk mimpi yang menurut frued dalam beberapa hal tertentu mengindikasika manusia mengidap gejala neurosis. Mimpi diistilahkan oleh Frued dengan ”pelampiasan yang bijaksana”, mimpi adalah tingkat kesadaran yang dihasilkan oleh kenyayataan bahwa kita kadang merasakan dorongan yang kuat yang berakar pada keingin jasmani. Freud mencontohkan dengan melakukan hubungan seks, begitu besarnya hubungan ini maka ketika tidur kesadaran-kesadaran kita hilang dan menjelma menjadi bentuk mimpi basah. Interpretasi mimpi akan menghasilkan kesimpulan yang sama ketika kita menafsirkan gejala neurosis, sama-sama membentangkan jalan menuju gerbang misteri alam bawah sadar. Dan semua mitlogi, seni, sastra dan agama memilki kemiripan dengan subjek dan image yang selalu dikaitkan dengan mimpi manusia.

Kepribadian dalam konflik

Konflik dalam diri manusia muncul dari alam bawah sadar, alam bawah sadar adalah penengah antara mental dan jasmani. Manusia dikendalikan oleh prinsip kasar mereka yaitu insting biologis. Dan insting beroprasi berdasarkan “prinsip kepuasan”, seperti insting makan dan seksual. Kita akan puas ketika kedua hal tersebut telah terpenuhi, dan inilah yang mengakibatkan manusia mampu bertahan hidup. Dan ketika insting itu tidak terpenuhi, sama saja dengan tidak terpenuhinya kelangsungan hidup manusia. Makanya manusia akan berbuat dengan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, sekalipun melalui jalan konflik. Dan dorongan untuk mempertahankan hidup, menandakan adanya dorongan lain yang harus kita tekan. Karena dorongan tadi kita tekan maka akan masuk ke dalam alam bawah sadar manusia.

Dan dorongan apa yang sebenarnya ini, yaitu dorongan paling dasar dalam diri manusia. Awalnya Freud mengatakan hanya insting ego yang ditunjukan dengan rasa makan, dan libido yang diisyaratkan dengan seksualitas. Namun kemudian dia menyebut kedua dorongan ini dengan eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk mati.

Konflik yang dimaksud Freud adalah konflik antara kelompok dorongan dan dunia luar, dan dari konflik ini Freud memunculkan ide yang sangat terkenal dari teorinya yaitu, ego, superego, dan Id. Fase yang paling dasar dari ketiga hal tersebut adalah Id, sebagai fase hewaniyah dari evolusi manusia. Dia merupakan alam bawah sadar dan tidak menyadari dirinya sendiri. Ego adalah pusat penentu pilihan, sedangkan superego adalah dimensi sosial alam fisik. Freud menganggap ego sebagai penyeimbang kekuatan dan perlawanan dari jasamani dan realiatas sosial. Frued menambahkan “berprilaku dengan ego akan berhasil jika ego memenuhi Id, superego, dan realitas atau dengan kata lain bisa mendamaikan tuntutan masing-masing.

Seksualitas kanak-kanak dan Oedipus Kompleks

Trapan yang paling menarik dari konflik kepribadaian manusia adalah tentang perkembangan seksualitas anak dan Oedipus kompleks, menurutnya di usia enam tahun anak mulai merasakan realitas kehidupan, yang Frued maksud adalah superego. Tapi yang mencengangkan adalah disaat enam tahun pula masa kanak-kanak sangat dipengaruhi oleh hasrat seksual yang berasal dari Id,sehingga tidak ada bedanya dengan orang dewasa. Freud membuktikannya dengan pandangan bahwa dorongan seksual dan jasmani telah mengendalikan sebagian besar tingkah laku anak-anak. Di usal enam tahun anak-anak telah kenal dengan alat vital mereka, dan sumber kenikmatan lainnya. Setelah anak melewati fase ini anak akan tumbuh dan memperoleh tahapan yang baru, sekalipun tahapan-tahapan sebelumnya masih tetap ada.

Fase perkembangan seksual anak akan teras penting jika dikaitkan dengan agama, yaitu mencari tempat keyakinan beragama pada tahap-tahap emosional yang normal tadi. Dan hubungan seksual kanak-kanak dengan agama yang disebut oleh Freud dengan Oedipus kompleks, istilah ini muncul dari kisah laki-laki karya Sophocles, kisah mengenai seorang raja yang tanpa sadar membunuh ayahnya karena memilIki keinginan yang sangat kuat untuk menikahi ibunya. Namun niat ini tidak dilakukan karena si anak benci karena harus bersaing dengan ayahnya dan takut akan kekejaman ibunya yang ingin mengebiri alat vitalnya. Saat itu anak tak bisa membayagkan bagaimana dia tidak memilki organ vital, kejadian itu semua digambarkan oleh Frued sebagai trauma yang dialami semasa kanak-kanak. Sehingga dia memutuskan untuk menyerah dengan bapaknya dan berhenti mencari cinta sang ibu lalu mencari fantasi lain untuk memuaskan seksualitasnya. Freud mengatakan Oedipis Kompleks merupakan pengalaman inti masa kanak-kanak, era yang sangat penting dalam masa pertumbuhan dan sumber segala ketidakcakapan di masa-masa berikutnya.

Struktur Kepribadian Id, Ego dan Superego

Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga elemen. Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego yang bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.

1.  Id

Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian.

Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan negara atau ketegangan.

Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. id ini sangat penting awal dalam hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi.

Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.

2.   Ego

Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar.

Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat. Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id’s.

3.   Superego

Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kami rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.

Ada dua bagian superego:

Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik. Perilaku ini termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua dan lainnya. Mematuhi aturan-aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai dan prestasi.

Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh orang tua dan masyarakat. Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.

Interaksi dari Id, Ego dan superego

Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.