Minggu, 21 Mei 2017

Asa Baru Gerakan Cinta Membaca


Tanggal 2 Mei setiap tahunnya kita peringati sebagai hari Pendidikan Nasional. Untuk peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2017 ini, Presiden Joko Widodo memperingatinya di Istana Negara bersama sekelompok pegiat literasi yang mewakili seluruh pegiat literasi se-Indonesia. Tentu ada alasan mendasar mengapa Presiden memilih memperingati hari penting ini bersama para pegiat literasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemajuan bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia yang mumpuni. Dan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, jalan utamanya adalah pendidikan. Akhirnya kalau kita berbicara soal pendidikan, faktor tenaga pendidik dan sarana pendidikan tak dapat diabaikan. Beberapa tahun belakangan kita mengenal program pemerintah yang menyalurkan tenaga pendidik ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk menjangkau pelosok-pelosok. Katakanlah ada program SM3T yang mengirim tenaga pendidik sesuai standar, yang mana tenaga pendidik secara akademik minimal telah menyelesaikan pendidikan sarjana.
Kendala Ketersediaan Buku Bacaan
Meskipun demikian, ternyata ada hal lain yang menjadi persoalan. Tenaga pendidik yang memadai ternyata tetap timpang karena keterbatasan sarana yang mendukung kegiatan belajar. Salah satu sarana yang urgen adalah buku-buku bacaan yang harus menjadi pendukung keberhasilan belajar. Buku merupakan sarana penyedia informasi dan ilmu yang penting dalam usaha melahirkan manusia yang berkualitas. Tetapi ternyata di banyak tempat di tanah air buku menjadi sesuatu yang langka. Buku-buku yang disediakan pemerintah melalui dinas pendidikan tidak cukup untuk menjawab kebutuhan akan buku bacaan.
Kendala ketersediaan buku bacaan menjadi keprihatinan banyak pihak. Atas dasar kepedulian muncullah kelompok masyarakat pegiat literasi yang dengan cara masing-masing berusaha mendukung pemerintah dengan menggalang donasi buku dan menyalurkannya ke berbagai tempat sesuai fokus sasaran atas pertimbangan tertentu. Masalahnya muncul di sini. Ketika banyak pihak yang peduli berhasil mengumpulkan buku, penyalurannya terhambat. Biaya pengiriman yang sangat tinggi membuat para pegiat gemar membaca ini kesulitan menyalurkan buku-buku. Bahkan tak jarang biaya pengiriman lebih mahal dari harga buku sendiri. Hal ini kemudian disampaikan kepada Presiden saat peringatan Hari Pendidikan Nasional 2017.
Harapan Baru dari Presiden Joko Widodo
Gayung bersambut. Keluhan ini ditanggapi presiden. Di sela acara, presiden langsung menelepon Menteri BUMN Rini Soemarno, meminta agar diinstruksikan kepada PT Pos Indonesia untuk menggratiskan pengiriman buku ke seluruh penjuru tanah air pada hari tertentu. Jawaban Menteri positif, menyanggupi, dengan menyediakan satu hari dalam satu bulan biaya pengiriman buku gratis ke seluruh pelosok tanah air.
Tanggal 17 Mei 2017 kemarin, bertepatan dengan Hari Buku Nasional, Presiden Joko Widodo menepati janjinya. Pemerintah menetapkan setiap tanggal 17 dalam bulan sebagai tanggal di mana pengiriman buku ke pelosok tanah air tidak dikenakan biaya sepeserpun alias gratis. Sebagai langkah perdana, Pemerintah langsung memualinya pada bulan Mei ini juga. Hanya khusus bulan Mei ini dilaksanakan pada tanggal 20. Kebijakan dan pelaksanaan kebijakan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia, mendukung berjalannya visi pendidikan nasional dan lebih lanjut menciptakan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
BBNTT Menanggapi
Kebijakan pemerintah menggratiskan pengiriman buku membangkitkan sukacita dan aharapan bagi para pegiat literasi. Tak terkecuali pula kami dari kelompok relawan Buku Bagi NTT (BBNTT). Untuk diketahui, BBNTT adalah kelompok relawan yang semenjak terbentuk tiga tahun lalu rutin menggalang donasi buku dan menyalurkannya ke banyak perpustakaan desa atau taman baca masyarakat yang sudah ada maupun yang baru dirintis di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Cita-cita yang sama membuat banyak orang bergabung dengan BBNTT. Dan karena orang-orang yang bergabung menjadi relawan tersebar di banyak wilayah, BBNTT lalu terbentuk menjadi beberapa regio guna memudahkan koordinasi, sebutlah ada BBNTT Jakarta, BBNTT Yogyakarta, BBNTT Malang, BBNTT Denpasar, BBNTT Kupang dan beberapa regio yang lain.
Secara umum, penggalangan buku yang dilakukan oleh BBNTT tak banyak kendala. Masalah utamanya sama dengan keluhan yang disampaikan kepada Presiden oleh perwakilan pegiat gemar membaca yaitu biaya pengiriman yang terlampau mahal. Hal ini membuat tak jarang buku yang sudah disiapkan malah menumpuk di basecamp BBNTT dan anggota relawan harus bekerja ekstra lagi mendulang dana pengiriman dengan banyak cara. Tak jarang anggota relawan asal NTT yang berkesempatan mudik entah karena libur atau hal lain menjadi pilihan, melalui mereka sejumlah buku dititipkan.
Mendengar kabar tentang janji Presiden, kemudian ditetapkannya tanggal pengiriman buku gratis tersebut menjadi angin yang sangat sejuk bagi kami di BBNTT. Secara khusus hal ini menjadi bahan pembahasan yang heboh di BBNTT Regio Jogja. Betapa kami ingin segera menanggapi kebijakan ini dengan beraksi. Berawal dari kabar yang disampaikan dalam grup online BBNTT Jogja oleh kakak Indah Lopez, koordinator BBNTT Jogja, kami lalu mengutarakan kegembiraan kami. Kegembiraan ini bertambah ketika kakak Agatha Mayasari mendapat konfirmasi dari pihak kantor pos langganan tentang prosedur pengiriman buku gratis ini.
Sabtu, 20 Mei 2017 kemarin, sekitar pukul 15.00, koordinator BBNTT Jogja mengirimkan dua buah gambar di grup inline. Foto dua paket buku yang dikirimkan ke salah satu taman baca di NTT dan yang satunya cetakan bukti pengiriman dari Kantor Pos. Dan poin pentingnya: GRATIS.
Sekali lagi GRATIS.
Terima kasih Presiden Joko Widodo.
Terima kasih Menteri BUMN Rini Soemarno.
Terima kasih PT Pos Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini