Tanggal 2 Mei setiap tahunnya kita peringati sebagai hari Pendidikan Nasional. Untuk peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2017 ini, Presiden Joko Widodo memperingatinya di Istana Negara bersama sekelompok pegiat literasi yang mewakili seluruh pegiat literasi se-Indonesia. Tentu ada alasan mendasar mengapa Presiden memilih memperingati hari penting ini bersama para pegiat literasi.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa kemajuan bangsa ditentukan oleh sumber daya manusia yang
mumpuni. Dan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, jalan
utamanya adalah pendidikan. Akhirnya kalau kita berbicara soal pendidikan,
faktor tenaga pendidik dan sarana pendidikan tak dapat diabaikan. Beberapa tahun
belakangan kita mengenal program pemerintah yang menyalurkan tenaga pendidik ke
seluruh wilayah Indonesia, termasuk menjangkau pelosok-pelosok. Katakanlah ada
program SM3T yang mengirim tenaga pendidik sesuai standar, yang mana tenaga
pendidik secara akademik minimal telah menyelesaikan pendidikan sarjana.
Kendala Ketersediaan Buku Bacaan
Meskipun demikian,
ternyata ada hal lain yang menjadi persoalan. Tenaga pendidik yang memadai
ternyata tetap timpang karena keterbatasan sarana yang mendukung kegiatan
belajar. Salah satu sarana yang urgen adalah buku-buku bacaan yang harus
menjadi pendukung keberhasilan belajar. Buku merupakan sarana penyedia
informasi dan ilmu yang penting dalam usaha melahirkan manusia yang
berkualitas. Tetapi ternyata di banyak tempat di tanah air buku menjadi sesuatu
yang langka. Buku-buku yang disediakan pemerintah melalui dinas pendidikan
tidak cukup untuk menjawab kebutuhan akan buku bacaan.
Kendala ketersediaan
buku bacaan menjadi keprihatinan banyak pihak. Atas dasar kepedulian muncullah
kelompok masyarakat pegiat literasi yang dengan cara masing-masing berusaha
mendukung pemerintah dengan menggalang donasi buku dan menyalurkannya ke
berbagai tempat sesuai fokus sasaran atas pertimbangan tertentu. Masalahnya muncul
di sini. Ketika banyak pihak yang peduli berhasil mengumpulkan buku,
penyalurannya terhambat. Biaya pengiriman yang sangat tinggi membuat para
pegiat gemar membaca ini kesulitan menyalurkan buku-buku. Bahkan tak jarang
biaya pengiriman lebih mahal dari harga buku sendiri. Hal ini kemudian
disampaikan kepada Presiden saat peringatan Hari Pendidikan Nasional 2017.
Harapan Baru dari Presiden Joko Widodo
Gayung bersambut.
Keluhan ini ditanggapi presiden. Di sela acara, presiden langsung menelepon Menteri
BUMN Rini Soemarno, meminta agar diinstruksikan kepada PT Pos Indonesia untuk
menggratiskan pengiriman buku ke seluruh penjuru tanah air pada hari tertentu.
Jawaban Menteri positif, menyanggupi, dengan menyediakan satu hari dalam satu
bulan biaya pengiriman buku gratis ke seluruh pelosok tanah air.
Tanggal 17
Mei 2017 kemarin, bertepatan dengan Hari Buku Nasional, Presiden Joko Widodo
menepati janjinya. Pemerintah menetapkan setiap tanggal 17 dalam bulan sebagai
tanggal di mana pengiriman buku ke pelosok tanah air tidak dikenakan biaya
sepeserpun alias gratis. Sebagai langkah perdana, Pemerintah langsung memualinya
pada bulan Mei ini juga. Hanya khusus bulan Mei ini dilaksanakan pada tanggal
20. Kebijakan dan pelaksanaan kebijakan ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia, mendukung berjalannya visi pendidikan
nasional dan lebih lanjut menciptakan dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia.
BBNTT Menanggapi
Kebijakan
pemerintah menggratiskan pengiriman buku membangkitkan sukacita dan aharapan
bagi para pegiat literasi. Tak terkecuali pula kami dari kelompok relawan Buku
Bagi NTT (BBNTT). Untuk diketahui, BBNTT adalah kelompok relawan yang semenjak
terbentuk tiga tahun lalu rutin menggalang donasi buku dan menyalurkannya ke
banyak perpustakaan desa atau taman baca masyarakat yang sudah ada maupun yang
baru dirintis di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Cita-cita yang sama membuat
banyak orang bergabung dengan BBNTT. Dan karena orang-orang yang bergabung
menjadi relawan tersebar di banyak wilayah, BBNTT lalu terbentuk menjadi
beberapa regio guna memudahkan koordinasi, sebutlah ada BBNTT Jakarta, BBNTT
Yogyakarta, BBNTT Malang, BBNTT Denpasar, BBNTT Kupang dan beberapa regio yang
lain.
Secara umum,
penggalangan buku yang dilakukan oleh BBNTT tak banyak kendala. Masalah utamanya
sama dengan keluhan yang disampaikan kepada Presiden oleh perwakilan pegiat
gemar membaca yaitu biaya pengiriman yang terlampau mahal. Hal ini membuat tak
jarang buku yang sudah disiapkan malah menumpuk di basecamp BBNTT dan anggota
relawan harus bekerja ekstra lagi mendulang dana pengiriman dengan banyak cara.
Tak jarang anggota relawan asal NTT yang berkesempatan mudik entah karena libur
atau hal lain menjadi pilihan, melalui mereka sejumlah buku dititipkan.
Mendengar
kabar tentang janji Presiden, kemudian ditetapkannya tanggal pengiriman buku
gratis tersebut menjadi angin yang sangat sejuk bagi kami di BBNTT. Secara
khusus hal ini menjadi bahan pembahasan yang heboh di BBNTT Regio Jogja. Betapa
kami ingin segera menanggapi kebijakan ini dengan beraksi. Berawal dari kabar
yang disampaikan dalam grup online BBNTT Jogja oleh kakak Indah Lopez,
koordinator BBNTT Jogja, kami lalu mengutarakan kegembiraan kami. Kegembiraan ini
bertambah ketika kakak Agatha Mayasari mendapat konfirmasi dari pihak kantor
pos langganan tentang prosedur pengiriman buku gratis ini.
Sabtu, 20 Mei
2017 kemarin, sekitar pukul 15.00, koordinator BBNTT Jogja mengirimkan dua buah
gambar di grup inline. Foto dua paket buku yang dikirimkan ke salah satu taman
baca di NTT dan yang satunya cetakan bukti pengiriman dari Kantor Pos. Dan poin
pentingnya: GRATIS.
Sekali lagi
GRATIS.
Terima kasih
Presiden Joko Widodo.
Terima kasih Menteri BUMN Rini Soemarno.
Terima kasih PT Pos Indonesia.
Terima kasih Menteri BUMN Rini Soemarno.
Terima kasih PT Pos Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini