Memasuki
abad 21, isu lingkungan hidup menjadi topik pembahasan yang banyak dibicarakan.
Pemerintah, akademisi, lembaga budaya dan agama, dalam banyak kesempatan
mengangkat topik lingkungan hidup untuk dibicarakan. Ini tak muncul
serta-merta. Isu lingkungan hidup dan berbagai hal terkait telah menimbulkan
kepedulian sekaligus keprihatinan. Perubahan cuaca, pemanasan global,
pertumbuhan populasi manusia yang membutuhkan lebih banyak ruang dan
menyusutnya kawasan hutan merupakan tema-tema yang umum dibahas. Tak dapat
dipungkiri kenyataan bahwa manusia dan seluruh kehidupannya berhubungan dengan
lingkungan hidup, sehingga ketika terjadi sedikit gangguan terhadap lingkungan
tersebut, kehidupan manusia pun ikut terganggu. Terkait masalah-masalah
lingkungan yang kian menjadi keprihatinan bersama (dibahasakan secara lain ‘ancaman’)
disimpulkan bahwa manusialah penyebabnya.
Untuk
menyembuhkan luka alam yang telah tercipta, salah satu jalan yang mungkin
adalah melalui pendidikan. Konkritnya, diperlukan suatu sistem pendidikan yang
menaruh perhatian terhadap masalah lingkungan dan upaya memberikan solusi
alternatif. Pendidikan berwawasan lingkungan, atau pendidikan lingkungan hidup,
merupakan frame yang diharapkan diusung oleh bidang pendidikan.
Pendidikan
lingkungan hidup (PLH), kalau merujuk pada deklarasi Tbilisi tahun 1977,
dipahami sebagai suatu proses untuk membangun populasi manusia yang sadar dan
peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang
berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara
individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah
lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru.
Dari
pengertian di atas, setidaknya ada dua hal penting yang berkaitan dengan PLH
(di samping hal penting lainnya). Pertama, lingkungan merupakan sebuah
totalitas. Dari sudut pandang ini, penting ditekankan bahwa lingkungan
merupakan bagian-bagian yang saling terhubung membangun sebuah kesatuan. Bagian-bagian
itu mencakup pula manusia di dalamnya, sehingga adalah keliru kalau manusia
ditempatkan di luar bagian-bagian dari totalitas tersebut. Pemahaman bahwa
manusia merupakan satu bagian dari sebuah kesatuan yang disebut lingkungan akan
berdampak pada cara pandang manusia dan perilakunya terhadap lingkungan. Kedua,
tentang urgensi pendidikan lingkungan hidup. Berhadapan dengan berbagai masalah
global terkait lingkungan hidup, kecemasan akan masa depan manusia, pendidikan yang
berwawasan lingkungan hidup penting untuk diupayakan sedini mungkin. Pendidikan
lingkungan hidup mesti ditanamkan sedini mungkin, dari pra-sekolah sampai
jenjang pendidikan yang lebih lanjut, melibatkan keluarga sebagai basis,
lembaga-lembaga pendidikan formal, pemerintah, dan seluruh masyarakat.
Kepedulian
terhadap lingkungan hidup, pengetahuan dan upaya memahami lingkungan, perubahan
perilaku terhadap lingkungan hidup, bagaimana usaha mengurangi dampak negatif
perlakuan manusia terhadap lingkungan, mengupayakan kehidupan yang lebih baik
dengan teknologi ramah lingkungan dan masih banyak hal lain, merupakan beberapa
bidang fokus perhatian PLH yang semakin dicanangkan melalui pendidikan.
PLH untuk Anak Usia Dini
Bagian
ini lebih merupakan catatan dan sharing pengalaman ketika mencoba memasukkan
ide PLH ke dalam pendidikan anak usia dini. Kami mencoba memulai di PAUD BUDI
PEKERTI, sebuah PAUD yang berdiri dan berjalan atas inisiatif serta kepedulian
masyarakat Glondong.
Secara
umum, kami menyimpulkan bahwa untuk anak-anak, PLH dapat dilakukan dengan dua
cara praktis yaitu belajar mengenal alam, dan belajar konsep-konsep dengan alam
sebagai media. Hal pertama, anak-anak diajak untuk lebih mengenal
lingkungannya. Ini dilakukan dengan jalan-jalan berkeliling kampung, melihat
sungai dan apa saja yang ada di sekitarnya, mengunjungi kolam ikan, termasuk
pula bagaimana cara berlaku, misalnya melihat bunga tanpa memetik. Hal kedua,
tentang alam sebagai media, sebisa mungkin diupayakan penanaman konsep dengan
bantuan apa saja yang ada di sekitar anak. Misalnya warna daun/bunga, tinggi-rendah
pohon, berat-ringan batu, serta banyak cara lain yang kami coba.
Dari
apa yang baru kami pulai bersama anak-anak PAUD BP, meskipun perlahan, kami
melihat perkembangan yang positif, baik dari usaha mengenal alam maupun hal
belajar dengan media alam. Kami meyakini bahwa meskipun masih sederhana dan
terbatas, upaya membuka perhatian terhadap lingkungan hidup ini akan berkembang
seiring perkembangan anak dengan bimbingan yang tepat.
Catatan ini sekedar mau
mengingatkan kita, bahwa isu lingkungan hidup dan masalahnya adalah masalah
kita semua. Dan kita bertanggungjawab untuk menyelamatkan lingkungan, demi
kelangsungan hidup kita dan generasi setelah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini