Pantai Lato, Flores Timur - NTT, foto oleh Simon Nany Sumber: Facebook Simon Nany |
Kemarin, kira-kira
sore menjelang malam, saya lupa tepatnya pukul berapa, ada foto pantai yang muncul
di dinding facebook saya. Setelah saya lihat, foto tersebut berasal dari
halaman facebook Aurelius Relly Teluma, seorang teman saya.
“Surga itu di sini, Pantai Lato, Flores Timur,
NTT. Tanah kelahiranku. Kampung halamanku tercinta! Datang dan nikmati! *Foto oleh Simon Nany. Thanks Bung!” demikian
tulis Aurelius.
Baiklah,
dari keterangan Aurelius, Foto-foto itu dari Simon Nany. Saya menelusurinya lagi dan saya bisa menemukannya,
foto-foto itu langsung di album foto Simon Nani. Pada foto-foto tersebut Simon
Nany menulis singkat tetapi cukup lengkap:
“Pantai Lato, Flores Timur, NTT - (Opencam
Asus) – Simon Nany”
Dengan
demikian saya pastikan bahwa foto-foto itu benar dari Simon Nani, nama
lokasinya Pantai Lato, Flores Timur, NTT, foto diambil menggunakan kamera
Opencam Asus, kemudian diposting ke dinding facebook. Maka sambil menyampaikan
terima kasih kepada saudara Aurelius dan Simon Nany, nostalgia ini mengalir.**
Pantai ini
membangkitkan kenangan ke masa sekolah dasar, masa di mana sebelum memulai
pelajaran selalu diawali dengan senam bersama dan menyanyikan sebuah lagu wajib
nasional. Salah satu lagu favorit saya adalah Tanah Airku Indonesia. Memandang
foto-foto ini lagi, lirik lagu berderet di kepala:
"Tanah airku Indonesia
negeri
elok amat kucinta
tanah
tumpah darahku yang mulia
yang
kupuja spanjang masa.
Tanah
airku aman dan makmur
Pulau
kelapa yang amat subur..."
Pantai Lato, Flores Timur - NTT, foto oleh Simon Nany Sumber: Facebook Simon Nany |
Sampai sini saya merinding.
Serius. Pikiran dan perasaan terjebak nostalgia. Lagu masih berlanjut, gambaran
anak-anak berseragam putih merah dekil kusam berbaris apik di lapangan kecil
depan sekolah terpampang jelas.
"Melambai-lambai
nyiur di pantai..."
Nyiur di pantai. Nyiur di
pantai!!! Mamamiaaaa...., di foto ini, nyiur melambai di tepi pantai tak
sekedar lagu, bukan juga sebuah cerita narasi deskripsi dan blablabla... Ini
nyata. Fakta.
Lalu saya teringat Kupang,
kota yg pertama kali membuat saya jatuh cinta kepada laut dan pantai. Ada
cerita lagi di sini. Saya diperkenalkan dengan laut oleh almarhum bapak. Di
pantai Pasir Panjang, sekian tahun lalu, ketika masih ada banyak pohon kelapa
di sana, bapak membawa saya ke pantai. Sebelum bapak menurunkan saya dari
gendongannya, beliau mencedok air laut dengan telapak tangannya, lalu
mengusapkannya ke kepala dan dada saya. Katanya, agar saya dan laut menjadi
teman.
Benar. Sejak saat itu saya akrab dengan laut dan pantai. Bukan lagi berteman, saya benar-benar jatuh cinta pada laut dan pantai. Di manapun saya berada, laut selalu memanggil pulang.
Benar. Sejak saat itu saya akrab dengan laut dan pantai. Bukan lagi berteman, saya benar-benar jatuh cinta pada laut dan pantai. Di manapun saya berada, laut selalu memanggil pulang.
Beberapa tahun setelah
ritual pertemanan yg menumbuhkan cinta itu, ketika saya kembali menjejaki kota
Kupang, yang pertama saya lakukan adalah mencari jalan menuju Pasir Panjang,
tempat cinta pertama saya dan laut bersemi. Tak ada lagi pohon kelapa. Masih
ada beberapa pohon lontar, dalam kelompok kecil tiga-empat pohon, dan beberapa
berdiri sendiri memandang teluk di depannya.
Dan tahun lalu, ketika
kembali mampir di kota Kupang, menyusuri jejak cinta pada laut di Pasir
Panjang, nyiur melambai tinggal cerita. Pasir Panjang tak lagi panjang. Kelapa
menjulang berganti hotel dan restoran. Satu dua pohon lontar berdiri gelisah
menunggu saatnya tiba diganti pilar beton.
Saya
dan laut masih saling mencintai
dalam
gemuruh gelombang yg sama
Jika
itu harus berkarat berurai
Saya
dan laut akan mati bersama.
Kotaku
maju beton membumi
Merajut
harap merajut usia
Masih
ada nyiur melambai
Tanah
airku Indonesia.....
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini