Selasa, 02 Desember 2014

GANGGUAN PSIKOTIK

Sejarah Konsep Skizofrenia

Meskipun berbagai bentuk kegilaan telah menimpa manusia sepanjang sejarah, bentuk perilaku yang disebut skizofrenia baru dijelaskan sebagai sindrom medis untuk pertama kalinya pada tahun 1893 oleh Emil Kraepelin. Skizofrenia mungkin merupakan sindrom klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan, merupakan gangguan psikologis yang berhubungan dengan pandangan populer tentang gila atau sakit mental. Hal ini sering menimbulkan rasa takut, kesalahpahaman dan penghukuman, bukannya simpati dan perhatian. Meskipun para peneliti tetap berfokus pada penggalian dasar-dasar psikologis dan biologis dari skizofrenia, gangguan ini dalam banyak hal tetap menjadi suatu misteri. Untuk memahami konseptualisasi modern tentang skizofrenia tidak dapat terlepas dari kontribusi Emil Kraepelin, Eugen Bleuler dan Kurt Schneider.

Emil Kraepelin (1856-1926) menyebut gangguan skizofrenia sebagai dementia praecox, yang mengacu pada hendaya prematur (premature impairment) dari kemampuan mental. Kraepelin meyakini bahwa dementia praecox adalah sebuah proses penyakit yang disebabkan oleh patologi yang spesifik, meskipun tak diketahui di dalam tubuh. Dementia praecox melibatkan hilangnya kesatuan di dalam diri antara pikiran, perasaan dan tindakan. Sindrom dimulai pada masa awal kehidupan, dan proses deteriorasi yang terjadi seringkali menghasilkan disintegrasi dari kepribadian yang menyeluruh. Deskripsi Kraepelin tentang dementia praecox meliputi bentuk-bentuk perilaku seperti waham, halusinasi dan perilaku motorik yang aneh.

Eugen Bleuler (1857-1939) pada tahun 1911 mengganti nama dementia praecox menjadi skizofrenia. Istilah ini berasal dari kata bahasa Yunani Schistos yang berarti terpotong atau terpecah, dan Phren yang berarti otak. Penamaan ini diberikan Bleuler dengan memfokuskan diri pada karakteristik utama dari sindrom, yaitu terpisahnya fungsi otak yang mempengaruhi kognisi, afeksi dan tingkah laku. Meskipun akar bahasa Yunani menunjuk pada otak yang terbelah, hal ini berbeda dengan apa yang disebut gangguan kepribadian ganda (gangguan identitas disosiatif). Dalam gangguan kepribadian disosiatif seseorang mungkin menagalami dan menunjukkan dua atau lebih kepribadian yang berbeda, namun kepribadian-kepribadian tersebut menunjukkan fungsi kognisi, afeksi dan perilaku yang lebih terinteraksi dengan baik. Sedangkan dalam kasus skizofrenia, pemecahan ini memisahkan fungsi kognisi, afeksi dan tingkah laku sehingga sering terjadi ketidaksesuaian antara ketiga aspek ini.

Meskipun Bleuler menerima penjelasan Kraepelin tentang simtom skizofrenia, ia tidak sependapat bahwa skizofrenia harus bermula sejak masa kanak-kanak dan dalam perkembangannya menjadi semakin memburuk. Bleuler mengemukakan bahwa perkembangan skizofrenia lebih bervariasi. Skizofrenia dapat dikenal berdasarkan empat ciri primer, yakni Asosiasi (terganggunya hubungan antara pikiran-pikiran), Afek (respon emosional yang datar atau tidak sesuai), Ambivalensi (konflik terhadap orang lain – misalnya mebenci dan mencintai pada saat yang bersamaan), Autisme (penarikan diri ke dunia fantasi yang tidak terikat oleh prinsip-prinsip logika).

Kurt Schneider (1887-1967) mengatakan bahwa kriteria yang dikemukakan Bleuler terlalu samar untuk tujuan diagnostik dan gagal untuk membedakan secara tepat skizofrenia dan gangguan lainnya. Scheider menggunakan simtom tingkat pertama, yang merupakan ciri-ciri utama skizofrenia yakni halusinasi dan waham, dan simtom tingkat kedua, yakni simtom yang berhubungan dengan skizofrenia dan juga terjadi pada gangguan mental lain.

Beberapa Gangguan Psikotik

  • Gangguan Psikotik Singkat


Gangguan psikotik singkat merupakan gangguan psikotik yang berlangsung dari satu hari hingga satu bulan. Ciri Gangguan: Waham, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi atau katatonik.

Penyebab gangguan sering dihubungkan dengan satu atau beberapa stresor yang signifikan, misalnya kehilangan orang yang dicintai atau trauma perang. Dapat terjadi juga pada perempuan pasca melahirkan.

Penanganan gangguan psikotik singkat secara umum dapat dilakukan melalui psikoterapi dan pada beberapa kasus diperlukan terapi obat (farmakoterapi) untuk mendukung psikoterapi yang dilakukan. Setelah episode akut diselesaikan, individu, keluarga, dan terapi kelompok dapat dianggap untuk membantu mengatasi stres, menyelesaikan konflik, dan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.

  • Gangguan Skizofreniform


Gangguan skizofreniform merupakan suatu perilaku abnormal yang mirip identik dengan skizofrenia, yang berlangsung kurang dari enam bulan lamanya. Gangguan psikotik ini belum dapat dikategorikan skizofrenia.

Ciri Gangguan: Kurang responsif, pikiran aneh, ketidakmampuan memahami emosi, pola bicara abnormal, halusinasi, delusi, ketidakmampuan mengekspresikan perasaan, kesulitan memahami bahasa, kesulitan berpikir, kurang memiliki kemampuan sosial, kesulitan mempertahankan hubungan.

Penyebab Gangguan: Faktor biologis, genetika, biokimia, berhubungan dengan lingkungan.

Penanganan/Treatment: Terapi kerja, pengobatan, konseling dan pengobatan psikologis.

  •  Gangguan Delusi


Gangguan delusi merupakan suatu kondisi dimana pikiran terdiri dari satu atau lebih delusi. Delusi diartikan sebagai ekspresi kepercayaan yang dimunculkan kedalam kehidupan nyata seperti merasa dirinya diracun oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa dirinya sakit atau disakiti. Gangguan delusi dapat terjadi pada siapa saja dengan beberapa kondisi tertentu, tanpa mestinya adanya gejala yang menunjukkan skizofrenia.

Secara awam orang yang berhadapan dengan pasien memiliki delusi akan terlihat nyata, hal ini disebabkan ekspresi wajah yang begitu menyakinkan sehingga orang akan mempercayai dengan apa yang diucapkan oleh individu dengan gangguan delusi tersebut. Pasien akan terlihat secara normal layaknya orang lain selama tema episode itu berlangsung. Disebut sebagai gangguan delusi bila kemunculan delusi tersebut bukan disebabkan oleh kondisi medis.

Ada beberapa macam tipe delusi diantaranya delusion of erotomanic; individu atau pasien mempercayai seseorang mempunyai kedudukan penting dan terlibat percintaan dengannya. Delusion of grandiose; pasien mempercayai bahwa ia mempunyai pengetahuan yang lebih, bakat, insight, kekuatan, kepercayaan orang, atau mempunyai hubungan khusus dengan orang terkenal bahkan Tuhan. Delusion of jealous; pasien mempercayai bahwa pasangannya berselingkuh atau tidak dapat dipercaya. Delusion of persecutory; pasien mempercayai bahwa dirinya ditipu, dimata-matai, diikuti, difitnah dan tidak mempercayai orang lain. Delusion of somatic; pasien mempercayai bahwa tubuhnya merasakan sensasi sesuatu atau merasakan salah satu dari bagian organ tubuhnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Selain tipe-tipe delusi di atas, ada juga penderita delusi tipe campuran di mana penderita mempunyai delusi lebih dari satu tipe, juga ada tipe tidak terdefinisi; bila tidak termasuk didalam kategori yang ada diatas; atau tipe lainnya yang berkaitan dengan budaya setempat.

Beberapa tipe delusi lainnya dalam gangguan psikotik: Delusion of control; waham dimana individu beranggapan bahwa dirinya dikendalikan dari luar, atau orang lain. Delusion of influence, pasien merasa dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan dari luar dirinya. Delusion of passivity, dimana individu dalam ketidaberdayaan, merasa dirinya sebagai orang paling malang. Delusion of perception, pengalaman indrawi yang berkenan dengan mistik atau mukjizat.

Ciri Gangguan:

  1. Munculnya delusi atau pikiran aneh-aneh yang merupakan refleksi pemikiran dari situasi tertentu yang kemudian muncul kedalam kehidupan nyata dengan waktu durasi minimal selama 1 bulan atau lebih.

  2. Simtom berbeda dari skizofrenia bila individu belum pernah mengidap gangguan tersebut, kecuali diikuti dengan delusi pembauan secara konsisten bersamaan dengan tema yang ada.

  3. Tidak adanya gangguan perilaku (atau bentuk perilaku yang ganjil) dan gangguan fungsi sosial

  4. Gejala mood menyertai gejala delusi yang muncul berlangsung singkat selama episode delusi berlangsung

  5. Ganguan delusi tidak disebabkan oleh penggunaan obat dan kondisi medis tertentu


Penyebab Gangguan:

Banyak faktor kemunculan delusi, mood yang tidak stabil mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan-kepercayaan delusi. Misalnya saja pada tipe persecutory dan cemburu akan memicu munculnya rasa marah dan perilaku kekerasan. Himpitan ekonomi, banyaknya stressor disekeliling individu dapat memicu munculnya delusi hingga individu tersebut menjadi penakut. Individu yang mencoba mengobati dirinya dengan sesuatu yang seharusnya tidak perlu merasakan adanya pengaruh terhadap tubunya merupakan salah satu gambaran tipe somatic.

Penanganan/Treatment:

Gangguan delusi jarang sekali dirasakan sebagai suatu problem bagi individu, sehingga mereka menolak dilakukan intervensi medis, kecuali gangguan tersebut bila dirasakan cukup mengganggu, kehilangan kontak sosial atau munculnya konflik interpersonal.

Assessment dan diagnosa harus dilakukan dengan hati-hati karena kemunculan delusi berhubungan erat dengan beberapa gangguan lainnya; skizofrenia, depresi, demensia, delirium, stress, gangguan keperibadian, penyalahgunaan obat-obatan, narkoba, sakit anggota tubuh, dsb.

Bagi beberapa pasien dengan gangguan delusi, metode supportif kadang cukup membantu, keberhasilan metode ini dengan memberikan dukungan kepada pasien untuk mengikuti treatment secara teratur berupa memberikan pengetahuan dan pendidikan mengenai hubungan sosial (social-skills training) dan mengurangi resiko dari dampak gangguan delusi seperti kehilangan rasa peka, isolasi diri, stress dan menghindari terjebaknya dalam perilaku kekerasan. Disamping itu pasien juga dibimbing dalam menghadapi dunia nyata, bagaimana menyesuaikan harapan dan pikirannya dengan realistic.

Terapi kognitif juga dapat membantu pasien, ini dilakukan terapis dengan membantu pasien mengidentifikasi pikiran-pikiran maladaptif dengan beberapa pertanyaan yang disesuaikan dengan pengalaman individu. Selanjutnya terapis memberikan alternative yang lebih adaptif dan dapat disesuaikan. Diskusi tentang pikiran-pikiran delusi pasien dilaporkan cukup memberikan kontribusi membaiknya pasien.

Untuk membantu pasien dengan gangguan delusi kadang dibutuhkan teman, anggota keluarga atau kelompok diskusi, dukungan dari mereka dapat membantu individu menumbuhkan kembali kepercayaan dan kemampuan dirinya seperti semula. Cara terbaik adalah memberikan dukungan pendekatan positif dengan pasien berupa kritikan dan nasehat secara terus menerus sehingga pasien akan mempunyai pengalaman dalam menghadapi stres sehingga tidak semakim memburuknya delusi tersebut.

  •  Gangguan Spektrum Skizoprenia


Suatu jenis gangguan psikotik dimana individu mengalami baik gangguan mood yang parah dan ciri-ciri yang berhubungan dengan skizofrenia. Istilah ini meliputi gangguan-gangguan tipe skizofrenia yang bervariasi tingkat keparahannya mulai gangguan kepribadian yang lebih ringan, seperti tipe skizotipal dan schizoid, hingga gangguan psikotik yang lebih jelas, seperti skizofrenia dan gangguan skizoafektif. Perbedaan antara skizofrenia dengan Spektrum Skizofrenia mungkin lebih dalam hal derajat daripada jenis.

Ciri Gangguan: Terdiri dari campuran berbagai simtom, termasuk ciri-ciri psikotik seperti halusinasi dan waham, bersama dengan gangguan utama dari mood, seperti maniak dan depresi mayor, kesulitan yang menetap dalam menyesuaikan terhadap tuntutan dari kehidupan orang dewasa.

  • Skizofrenia


Skizofrenia adalah kelainan mental yang ditandai oleh gangguan proses berpikir dan respon emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi pendengaran, paranoid atau waham yang ganjil, atau cara berbicara dan berpikir yang kacau, dan disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan. Gejala awal biasanya muncul pada saat dewasa muda, dengan prevalensi semasa hidup secara global sekitar 0.3–0.7%. Diagnosis didasarkan atas pengamatan perilaku dan pengalaman penderita yang dilaporkan.

Ciri Gangguan

  1. Gangguan proses berpikir: delusi dan pikiran tidak terorganisasi dan pembicaraan yang tidak koheren

  2. Defisiensi perhatian: kesulitan memberikan perhatian pada stimulus yang relevan dan menyaring keluar stimulus yang tidak relevan

  3. Gangguan perseptual: halusinasi (persepsi sensoris tanpa adanya stimulus eksternal)

  4. Gangguan emosional: emosi yang datar, tumpul atau tidak sesuai

  5. Hendaya lainnya: kebingungan akan identitas diri, hilangya keinginan, perilaku yang sangat bersmangat atau kondisi stupor, gerakan tubuh yang ganjil atau ekspresi wajah yang aneh, ketidakmampuan bersosialisasi.


Penyebab Gangguan

Suatu kombinasi dari faktor genetika dan faktor lingkungan memainkan peranan dalam perkembangan skizofrenia. Seseorang dengan sejarah skizofrenia dalam keluarga yang menderita psikosis transien atau pembatasan diri memiliki kemungkinan 20–40% untuk didiagnosis satu tahun kemudian.

Genetika

Perkiraan dari heritabilitas bervariasi karena kesulitan dalam memisahkan efek yang disebabkan oleh faktor genetika dan lingkungan. Risiko terbesar timbulnya skizofrenia adalah adanya hubungan saudara tingkat pertama dengan penyakit (risikonya 6.5%); lebih dari 40% pada kembar monozigotik dari penderita skizofrenia juga terpengaruh. Tampaknya bahwa banyak gen yang terlibat, setiap bagian kecil memberi efek dan transmisi serta ekspresi yang tidak diketahui. Banyak penyebab yang telah diajukan, termasuk yang spesifik seperti variasi jumlah salinan, NOTCH4, dan lokus protein histon. Sejumlah segala sesuatu yang menyangkut genom seperti misalnya protein jari seng 804A juga telah ditautkan. Terdapat tumpang tindih yang signifikan pada genetika skizofrenia dan kelainan bipolar.

Dengan mengasumsikan adanya dasar kturunan, suatu pertanyaan dari psikologi revolusioner adalah mengapa gen yang meningkatkan kemungkinan psikosis berkembang, dengan asumsi bahwa kondisi ini mungkin disebabkan oleh adanya ketimpangan adaptasi dari pandangan evolusi. Satu teori mengimplikasikan keterlibatan gen dalam evolusi bahasa dan sifat alami manusia, tetapi hingga saat ini ide seperti itu tetap menjadi teori secara alamiah.

Lingkungan

Faktor lingkungan berhubungan dengan timbulnya skizofrenia diantaranya adalah lingkungan tempat tinggal, penggunaan obat dan stres masa kehamilan. Gaya pengasuhan tampaknya tidak memberikan pengaruh besar, walaupun penderita yang mendapat dukungan dari orang tua keadaannya lebih baik daripada penderita dengan orang tua yang suka mengkritik dan kasar. Tinggal di lingkungan urban pada waktu masa kanak-kanak atau masa dewasa secara konsisten tampaknya menaikkan risiko skizofrenia dua kali lipat, bahkan setelah memperhitungkan faktor penggunaan obat, kelompok etnis, dan ukuran dari kelompok sosial. Faktor lain yang memainkan peranan penting termasuk isolasi sosial dan imigrasi yang berhubungan dengan kesulitan sosial, diskriminasi rasial, dssfungsi keluarga, pengangguran, dan kondisi perumahan yang buruk. Penyalahgunaan obat

Sejumlah obat dihubungkan dengan timbulnya skizofrenia, termasuk kanabis, kokain, dan amfetamin. Sekitar sebagian dari penderita skizofrenia merupakan pengguna obat-obatan dan/atau alkohol secara berlebihan. Peran kanabis dapat merupakan penyebab, tetapi obat lainnya dapat digunakan hanya sebagai cara untuk mengatasi depresi, kecemasan, kebosanan dan rasa kesepian.

Ganja di asosiasi kan dengan peningkatan bergantung dosis pada risiko berkembangnya gangguan psikotik di mana penggunaan yang sering berkorelasi dengan dua kali peningkatan risiko psikosis dan skizofrenia. Walaupun penggunaan ganja diterima sebagai sebab yang berkontribusi terhadap skizofrenia oleh banyak pihak, hal itu tetaplah kontroversial. Amfetamin, kokain, dan pada derajat tertentu yang lebih rendah, alkohol, dapat menyebabkan psikosis yang bergejala sangat serupa dengan skizofrenia. Meskipun tidak secara umum dipercaya sebagai satu sebab penyakit, penderita skizofrenia menggunakan nikotin dengan rerata yang jauh lebih besar dibandingkan populasi pada umumnya.

Faktor perkembangan

Faktor-faktor seperti hipoksia dan infeksi, atau stres dan malnutrisi pada ibu di masa perkembangan janin, dapat mengakibatkan sedikit peningkatan resiko skizofrenia di kemudian hari. Orang-orang yang didiagnosis menderita skizofrenia lebih sering dilahirkan pada saat musim dingin atau musim semi (setidaknya di belahan bumi utara ), yang mungkin merupakan akibat dari peningkatan rerata paparan virus di dalam kandungan. Perbedaan ini sekitar 5 sampai 8%.

Penanganan/Treatment

  1. Perawatan biomedis: obat-obat antipsikotik digunakan untuk mengendalikan simtom-simtom psikotik

  2. Penanganan psikososial: pendekatan berdasarkan prinsip belajar, seperti sistem token ekonomi dan pelatihan keterampilan sosial, membantu penderita mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.

  3. Rehabilitasi: kelompok-kelompok self-help dan program tempat tinggal yang terstruktur dapat membantu pasien skozofrenia menyesuaikan diri dengan kehidupan komunitas.

  4. Program intervensi keluarga: meningkatkan komunikasi dalam keluarga, mengurangi tingkat konflik dan stres keluarga.


 

Referensi:

Arif Setiadi Imam, 2006, Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien, Bandung: Aditama.

Firdaus Jimmi, Muhammad Syukri, dkk., 2005, SCHIZOPHRENIA, sebuah panduan bagi keluarga skizofrenia, Yogyakarta: Dozz.

Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly, 2009, Psikologi Abnormal, Jilid 2 Edisi Kelima, Alih Bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta: Erlangga

http://doktersehat.com/gejala-dan-penyebab-skizofrenia/

http://health.liputan6.com/read/673286/skizofrenia-gangguan-jiwa-akibat-fungsi-otak-terganggu

http://id.wikipedia.org/wiki/Skizofrenia

http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/01/gangguan-psikotik-dan-skizofrenia.html

http://oret2ku.blogspot.com/2010/11/gangguan-psikotik-singkat.html

http://www.pondokpemulihan.com/gangguan-delusi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini