Selasa, 22 November 2016

ANAK DAN AKTIVITAS BERMAIN

sumber: http://tsaraazizah.blog.upi.edu/
“Anak-anak sekarang tidak tahu membantu orang tua. Dulu, meskipun belum bersekolah, tugas kami adalah membantu orang tua, entah menyapu, atau mengambil air. Tak ada yang namanya bermain.”
“Anak-anak sekarang tidak mau membantu orang tua bekerja. Bisanya bermain melulu.”
“Berhentilah bermain. Belajarlah menulis atau membaca.”
Kalimat-kalimat di atas hanya sedikit dari sekian banyak sikap orang dewasa menanggapi kegiatan bermain yang dilakukan anak-anak. Oke..., anggaplah itu pengantar untuk tulisan berikut.
Bermain: Aktivitas Utama Anak
Dunia anak adalah dunia bermain. Maka tak heran kalau aktivitas anak, tanpa kecuali, kapan dan di mana saja, selalu berada dalam konteks bermain. Bermain merupakan sebuah proses alamiah yang penting dalam proses pembentukan kepribadian anak, termasuk di dalamnya segala potensi kognitif, afektif dan konatif yang dimiliki manusia secara mendasar. Pentingnya bermain bagi anak dan perannya dalam pembentukan kepribadian ini tak lepas dari kajian ilmiah. Dari sekian cabang ilmu yang mempelajari aktivitas bermain, psikologi mungkin merupakan salah satu bidang ilmu yang secara mendalam mempelajarinya. Hal ini wajar, karena psikologi secara umum mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun tidak. Aktivitas-aktivitas manusia (juga penghayatannya) dapat dicari hukum psikologis yang mendasarinya, termasuk aktivitas bermain.

Menurut Piaget, bermain merupakan kegiatan yang merangsang perkembangan kognitif anak. Pendapat ini didasari pada apa dapat dilihat pada ragam permainan imajiner dan permainan kreatif yang dilakukan anak. Bermain merupakan cara anak mengeksplorasi diri dan lingkungan guna mendapat informasi baru yang penting bagi kehidupannya. Wong dan Foster mengemukakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan alamiah yang di lakukan oleh anak atas keinginan sendiri dalam rangka mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari guna memperoleh kesenangan dan kepuasan.

Apa yang dikemukakan Piaget, Wong dan Foster di atas tentu bukan menjadi rujukan definisi bermain satu-satunya. Banyak ahli yang juga ikut merumuskan pengertian bermain menurut sudut pandangnya masing-masing. Namun dari pengertian di atas cukup tampak sekali pentingnya kegiatan bermain bagi anak-anak.
sumber: http://m.kaskus.co.id/
Bermain biasanya dilakukan anak dengan menggabungkan imajinasi dan kenyataan yang dialaminya. Sebagai kegiatan alamiah, bermain bahkan telah dimulai sejak masa lima bulan sesudah lahir (awal tahap sensori-motorik). Hal ini diidentifikasi pada aktivitas menggenggam benda (misalnya kain) dan lain-lain. Kegiatan bermain anak kemudian berkembang sesuai tahap tumbuh-kembang selanjutnya, meliputi perkembangan persepsi, fungsi semiotik (simbolik) dan operasi konkret penalaran.
Selain sebagai aktivitas pribadi, kegiatan bermain juga berdimensi sosial.  Bahkan sejak usia 3 sampai 5 tahun permainan merupakan interaksi yang sangat penting bagi anak-anak. Permainan meningkatkan afilisiasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan atau strees, meningkatkan perkembangan kognitif, menigkatkan daya jelajah, dan memberikan pengetahuan dasar tentang kehidupan. Permainan juga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan berinteraksi dengan yang lain.
Secara motorik, aktivitas bermain mencakup motorik halus dan motorik kasar. Contoh motorik halus seperti menggaris/mencoret (pada tahap selanjutnya akan berkembang pada kemampuan menulis dan menggambar), menyusun benda, menyobek kertas, membuka tutup botol dll. Kemudian motorik kasar seperti meloncat, melompat, berlari dll. Secara praktis aktivitas motorik merupakan hal yang akan dilakukan anak sepanjang hidupnya sebagai manusia. Keseimbangan kemampuan motorik akan berpengaruh juga pada perkembangan psikologis anak. Keseimbangan antara otak kiri dan kanan juga ikut terbentuk melalui bermain.
Dalam bermain anak berinteraksi dengan orang lain, mengembangkan kemampuan berbahasa, menumbuhkan sikap peduli, jujur, menghargai, dan masih banyak karakter kepribadian lain yang penting bagi kehidupan. Dalam bermain anak dibentuk untuk percaya diri, mempercayai orang lain, berani mengambil keputusan, sampai pada kemampuan problem solving dan bernegosiasi. Kajian tentang Leadership banyak menemukan bahwa jiwa kepemimpinan seseorang dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dalam sebuah kegiatan bermain selama masa kanak-kanak.
Pentingnya kegiatan bermain berkaitan dengan banyak hal. Bermain melibatkan keseluruhan sifat-sifat umum aktivitas manusia, meliputi perhatian, respon (tanggapan), imajinasi dan fantasi, memori dan ingatan, berpikir, merasakan, juga motivasi.sifat-sifat umum ini kemudian secara mendalam biasanya merupakan bahasan psikologi pendidikan.

Bermain Sambil Belajar
sumber: http://www.siperubahan.com/
Salah satu tugas utama anak-anak adalah sebanyak mungkin memperoleh informasi, pengetahuan dan pengalaman mendasar mengenai apa saja yang diperlukan untuk hidup pada periode selanjutnya. Kata “tugas utama” digunakan bukan dalam pengertian sesuatu yang diwajibkan dengan segala konsekuensi seketat pengertian yang diberikan kepada orang dewasa. kata tersebut dipakai hanya untuk menggambarkan proses mutlak yang dilalui anak dengan karakter mendasar yang selalu penuh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini diekspresikan dengan sikap penasaran, banyak bertanya, selalu mencoba hal baru dan lain-lain.
Dari pemaparan di atas, diketahui bahwa aktivitas utama anak adalah bermain, dan tugas utama anak adalah belajar. Hubungan antara aktivitas dan tugas yang melekat pada anak telah menjadi topik pemerhati pendidikan anak, baik teorisi maupun praktisi. Sintesis dari kegiatan bermain dan belajar ini kemudian melahirkan banyak sumbangan ide tentang pentingnya pendidikan anak usia dini, anak dibantu untuk belajar dalam dan melalui kegiatan bermain.
 Konsep ini kemudian dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk aneka kegiatan permainan edukatif. Bagi sebagian orang untuk mewujudkan hal ini ada beberapa tantangan. Tantangan yang sering dihadapi berkaitan dengan konsep bermain anak yang seharusnya berjalan secara alamiah. Namun beberapa temuan menunjukkan bahwa belajar merupakan sebuah proses pengkondisian (conditioning). Konsep pengkondisian ini sedikit mampu menjembatani bagaimana menempatkan anak dalam sebuah situasi bermain alamiah khas anak yang dikondisikan. Aneka permainan tradisional maupun modern dapat digunakan sebagai media belajar anak. Permainan lama dapat diberi nuansa pendidikan (konsep by utilization), demikian pula banyak permainan yang memang dirancang khusus untuk edukasi (konsep by design).

sumber: http://play-with-traditional.blogspot.co.id/
Pemahaman tentang bermain dan belajar menuntut perhatian dan kreativitas ekstra dari para orang tua, juga para guru, khususnya guru bagi anak usia dini. Orang tua dapat menyediakan beberapa perangkat permainan yang dirancang sedemikian rupa agar menarik bagi anak, lalu membiarkan anak mengeksplorasi permainan-permainan tersebut. Atau yang paling sederhana, memanfaatkan apa saja yang ada di rumah, misalnya, orang tua mengajak anak bermain dengan melangkahi petak-petak ubin secara berurutan (kalau ada), saling mengoper bola karet, menyusun tumpukan batu secara berurutan berdasarkan ukuran dan masih banyak kegiatan bermain lain yang dapat diberi muatan belajar untuk anak. Bagi para guru anak usia dini pun demikian. Yang diperlukan hanyalah kreativitas untuk mengemas dan memberi muatan edukatif dalam setiap permainan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini