Ketika
berbicara tentang otak maka ada banyak hal yang bisa dimunculkan dari system
kerja otak. Mulai dari pikiran, perilaku, emosi, kreativitas, dan masih banyak
hal lagi yang terkait dengannya. Otak menjadi suatu bagian yang paling penting
dari seluruh system yang ada dalam tubuh. Andaikata salah satu bagian dalam
otak saja rusak maka bisa dibayangkan apa yang terjadi dengan mereka yang
mengalami gangguan pada otak.
Sebagai
satu system otak terdiri dari pelbagai macam komponen, yang masing-masingnya
mempunyai tugas dan fungsi tersendiri tetapi tidak berdiri sendiri melainkan
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian system kerja
otak pada manusia akan menentukan seperti apa manusia itu saat ini.
Banyak
orang kagum akan kecerdasan tokoh ini Albert Eistein. Betapa tidak. Kemampuan
inteligensinya berada di atas 160. Maka
banyak orang kepingin tahu seperti apa bentuk otak dari seorang genius Albert
Einstein. Ketika ia mendedikasikan tubuhnya untuk kepentingan penelitian, maka salah
satu bagian terpenting tubuhnya yang
akan diteliti adalah otak. Hasilnya mengejutkan. Otak Albert Eistein berbeda
dengan otak manusia lainnya yang tidak pernah mengasah otaknya. Otak Albert
Eistein ternyata memiliki banyak kerutan yang justru melalui kerutan-kerutan
tersebut membuat Albert Eistein menjadi sosok genius.
Pada
kasus lain, seperti tahun-tahun sebelumnya selalu ada siswa yang mencontek saat
ujian nasional. Keberadaan guru pengawas tak menjadi hambatan. Bahkan
sebagian guru maupun pimpinan sekolah
justru meminta para siswanya untuk menontek
demi menjaga citra baik guru dan akreditasi sekolah. Perbuatan tidak
jujur bukan monopoli dunia pendidikan
semata. Ketidakjujuran terjadi hampir di semua lini atau sendi kehidupan ,
mulai dari social, ekonomi, politik hingga hukum sekalipun. Alhasil mencontek,
plagiat, korupsi, menyuap, manipulasi data, berbohong, hingga selingkuh mudah
ditemukan di lingkungan sekitar manusia.
Berlaku
jujur ataupun tidak jujur adalah perbuatan manusia yang dilakukan tentunya
dibawah kerja system otak. Kenyataan ini akan dijelaskan dari perspektif
biopsikologi dengan memberikan gambaran
bagaimana kerja otak dan apa pengaruhnya terhadap kejujuran dan ketidakjujuran.
Lokalisasi
Fungsi Otak
Otak dan bagian-bagiannya memiliki peran sangat penting terhadap pikiran, emosi, dan perilaku manusia. Proses berpikir tergantung pada
pelaksanaan fungsi lobus frontalis, sementara
ingatan dan emosi bergantung pada
lobus
frontalis dan lobus temporal. Untuk aktivitas dan gerakan bergantung
pada lobus frontalis dan cerebellum.
Untuk mengatur perilaku manusia dalam merespons kebutuhan tubuh,manusia
mengandalkan diencephalon.
Sangat
menarik ketika mengetahui bahwa bagian-bagian tertentu dalam otak terlibat dalam fungsi-fungsi psikologis.
Banyak penerapan praktis yang dimilikinya antara lain memprediksi pengaruh
operasi otak terhadap pelaksanaan fungsi psikologis pasien.
Pada
bagian ini akan diperlihatkan bagaimana hubungan kerja otak dengan perilaku
jujur dan tidak jujur. Otak manusia didesain agar manusia berbuat jujur. Tetapi
ada bagian otak manusia yang berperan
membuat manusia berlaku tidak jujur. Saat manusia dihadapkan pada hal-hal yang menuntut kejujuran, pikiran sadarnya akan terusik.
Proses ini berlangsung di bagian otak
depan yang disebut korteks prefrontalis. Bagian otak ini berperan dalam
pengambilan keputusan termasuk tindakan menimbang, menganalisis, hingga memperhitungkan
risiko, baik buruk, maupun untung rugi sebuah keputusan atau tindakan.
Proses
pengambilan keputusan sejatinya merupakan proses berpikir. Dengan berpikir setiap stimulus yang muncul dipilah dan dipilih terlebih
dahulu untuk selanjutnya memikirkan tindakan apa yang akan dilakukan. Kecepatan
berpikir untuk pengambilan keputusan
berbeda pada setiap orang. Ada yang cepat namun ada pula yang lambat. Kecepatan
berpikir sangat ditentukan atau bergantung pada dibiasakan atau tidaknya otak
untuk berpikir.
Ada
sebagian orang yang tidak mampu memikirkan tindakan yang akan dilakukan atau berpikir dengan
tergesa-gesa. Ada pula orang yang baru
berpikir setelah tindakan dilakukan. Itu menunjukan stimulus yang ada langsung
direspon dengan tindakan impulsive yang terkadang bersifat destruktif dan
menimbulkan penyesalan.
Tindakan
yang diambil tanpa proses berpikir
menunjukkan kurang berperannya korteks prefrontalis. Bagian otak
yang lebih mendominasi pengambilan keputusan yang tergesa-gesa adalah system limbic di otak bagian tengah.
Sistem
limbic mengatur hal-hal terkait emosi seperti rasa takut, cemas atau
khawatir. Karena emosi lebih mengemuka dalam pengambilan keputusan, tindakan
yang diambil adalah hal-hal yang menenangkan dan menyenangkan emosi saja,
tindakan untuk bertahan hidup semata dan tidak memperhitungkan dampak jangka
panjang.
Saat
berbuat jujur , otak akan mengeluarkan serotonin dan oksitosin, zat kimia
pengirim sinyal (neurotransmitter) yang membuat manusia merasa nyaman, tenang, lega dan bahagia. Sebaliknya
ketika berbuat tidak jujur, neurotransmitter yang muncul adalah kortisol yang membuat
manusia merasa bersalah, stress, tertekan, was-was, dan tidak nyaman. Ini yang
membuat orang yang berbuat tidak jujur
selalu diliputi ketakutan jika
kebohongannya terungkap.
Pengaruh
Evolusi Otak terhadap Pola Perilaku
Jujur Manusia
Otak
bagian depan manusia dan korteks prefrontalis adalah bagian
otak yang berkembang paling akhir dalam evolusi otak makhluk hidup, hingga
disebut neokorteks. Otak berbagai binatang lebih banyak didominasi
oleh otak bagian tengah (tempat system
limbic) dan otak belakang (paleokorteks).
Kondisi
ini membuat nilai kejujuran hanya ada pada manusia. Dominasi otak bagian tengah
dan otak bagian belakang pada binatang membuat keputusan yang diambil binatang
hanya digunakan untuk bertahan hidup,
tidak memperhitungkan benar atau salah.
Kemampuan
berpikir logis akan merangsang dan membiasakan
korteks prefrontalis manusia aktif bekerja. Otak manusia
bersifat plastis atau mudah dibentuk. Struktur otak dapat berubah akibat
kondisi lingkungan yang berubah. Karena
itu jika kemampuan bernalar tidak dibangun dan dikembangkan secara maksimal dan
optimal, proses pengambilan keputusan yang mendorong berbuat jujur juga tidak akan berkembang.
Bagian-bagian
penting dari system kerja otak seperti medulla yang terdapat dalam brain stem atau batang otak, cerebellum, diencephalon yang memiliki struktur utama thalamus dan hypothalamus, lobus temporal, lobus frontalis dan
masih banyak lagi bagian-bagian lain menjadi penentu keputusan untuk manusia. Maka berkaitan dengan perilaku jujur dan tidak
juga selalu berkaitan dengan system kerja otak tersebut. Dengan kata lain
keputusan yang diambil oleh manusia merupakan keputusan berdasarkan hasil kerja
otak. Singkatnya system kerja otak amat mempengaruhi manusia dalam bertindak
atau berperilaku termasuk perilaku-perilaku baik ataupun tidak baik.
Perkembangan
yang relative lambat dari korteks prefrontal yang terus matang menjelang masuk
ke masa dewasa, berarti bahwa remaja mungkin kurang keterampilan kognitif untuk secara efektif mengontrol pencarian
kesenangan mereka. Terputusnya perkembangan ini mungkin menjelaskan peningkatan
dalam perilaku mengambil resiko dan masalah lain pada remaja.
Dari
apa yang sudah dikemukakan di atas menjadi jelas bahwa perilaku jujur atau
tidak erat kaitannya dengan system kerja otak manusia. Maka upaya membentuk
manusia yang jujur dapat dimulai dari pendidikan yang mengedepankan logika
manusia. Hal ini karena kejujuran terkait dengan kemampuan berfikir atau
menalar. Kemampuan berpikir logis akan merangsang dan membiasakan korteks
prefrontalis giat bekerja.
Dalam
setiap perubahan fisik, otak terlibat dalam beberapa cara. Struktur otak
membantu mengatur tidak hanya berkaitan dengan metabolisme, pelepasan
hormon, dan aspek lain dari fisiologis
tubuh melainkan juga berkaitan dengan pola perilaku.
Hingga
tingkat tertentu , jenis informasi yang ditangani oleh neuron tergantung pada apakah informasi tersebut ada di
hemisfer kiri atau kanan korteks. Bicara
dan tata bahasa misalnya tergantung pada aktivitas hemisfer kiri pada sebagian
besar orang; humor dan penggunaan metafora tergantung pada aktivitas di
hemisfer kanan. Spesialisasi fungsi
dalam salah satu hemisfer serebral korteks atau yang lain disebut lateralisasi. Meskipun demikian, proses
berpikir kompleks pada orang nnormal
merupakan akibat komunikasi antara dua hemisfer otak. Memberi label orang
sebagai “berotak kiri” karena mereka adalah pemikir logis dan “berotak kanan”
karena mereka adalah pemikir kreatif.
Perubahan
perkembangan yang terbuka pada otak
mungkin memegang peranan beberapa kunci penting terhadap pemahaman mengapa individu berpikir dan berperilaku seperti
yang mereka lakukan termasuk berperilaku jujur ataupun tidak.
Beberapa
Referensi:
1. Asrori,
Mohammad. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung:
Wacana Prima.
2. Jarvis,
Matt. (2012). Teori-Teori Psikologi Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku,
Perasaan dan Pikiran Manusia.
Bandung: Nusa Media.
3. Kalat,
J.W. (2012). Biopsikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
4. Santrock,
Jhon W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini