Kilas Sejarah PAUD
Perhatian terhadap pendidikan anak usia dini telah
berlangsung lama. Namun secara formal baru terjadi ketika Friedrich Frobel
mendirikan Kindergarten pada tahun
1840 di Blankenburg, Jerman. Kindergarten merupakan wujud kepedulian Frobel terhadap
pendidikan anak usia dini yang disadari sangat penting dan berpengaruh terhadap
pendidikan dan pembentukan manusia selanjutnya. Anak usia dini diibaratkan
seperti tunas tumbuhan, memerlukan pemeliharaan dan perhatian sepenuhnya dari
orang dewasa sebagai juru taman. Kindergarten yang selanjutnya lebih dikenal
dengan Frobel School berpengaruh terhadap pendidikan anak usia dini dengan
cepat menyebar ke seluruh dunia dan berbagai bentuk dan versi PAUD pun
bermunculan.
Perkembangan perhatian terhadap pendidikan usia dini di
Indonesia dimulai bahkan sejak sebelum kemerdekaan. Pada masa pendudukan
Belanda, pemerintah Hindia Belanda membawa konsep Frobel School dan mendirikan
Kindergarten bagi anak-anak keturunan Belanda (dan Eropa secara umum) dan
kelompok bangsawan lokal. Seiring munculnya kebangkitan nasional, kesadaran
akan pentingnya pendidikan semakin dirasakan.
Tahun 1919, atas inisiatif Persatuan Wanita Aisyiyah
berdirilah Bustanul Athfal di Yogyakarta. Bustanul Athfal didirikan dengan
maksud mendidik anak-anak sejak dini dengan semangat nasionalisme dengan
berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Selain itu juga dimaksudkan untuk merespon
popularitas Frobel School bentukan Belanda yang sangat berorientasi Eropa serta
sangat terbatas bagi kalangan tertentu saja. Selanjutnya tahun 1922,
RM.Soewardi Soeryaningrat atau yang lebih dikenal Ki Hajar Dewantara mendirikan
Taman Lare atau Taman Anak (Kindertuin) yang lalu berkembang menjadi Taman
Indria.
Perhatian terhadap pendidikan usia dini pada periode setelah
kemerdekaan ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Lanjutan Wanita, yang
kemudian mendirikan Sekolah Pendidikan Guru TK Nasional di Jakarta. Pemerintah
dan swasta secara bersama membangun lembaga-lembaga pendidikan, termasuk di
dalamnya pendidikan anak usia dini. Dari pihak pemerintah sendiri, perhatian
terhadap pendidikan anak usia dini termuat dalam UU Nomor 40 tahun 1950 tentang
Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah. Pada saat itulah keberadaan
TK diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Sejak itu pula,
perhatian terhadap PAUD semakin berkembang sampai saat ini, ditandai dengan
adanya regulasi yang semakin jelas memuat segala hal yang sedapat mungkin
diupayaakn untuk membantu pendidikan anak usia dini secara tepat sasar.
Arti Penting Pendidikan Usia Dini
Pendidikan
merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses
pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia
yang baik. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan
yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang
dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi manusia yang utuh.
Secara
umum, anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Secara
periodik usia dini merupakan masa di mana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age).
Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian
anak. Usia dini merupakan masa yang sangat penting bagi periode proses
tumbuh-kembang anak selanjutnya. Maka, pendidikan anak usia dini adalah fondasi
atau peletak dasar bagi tumbuh kembang anak. Ketika pendidikan anak usia dini
tidak mendapat porsi dan perhatian lebih, maka akan mengancam keberlangsungan
pendidikan pada tingkatan selanjutnya. Kesadaran akan pentingnya pembentukan
pada masa golden age ini kemudian menumbuhkan kesadaran baru untuk lebih
memberikan perhatian kepada pendidikan anak usia dini.
Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Satuan pendidikan anak
usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan
pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada
beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat
luas, yaitu:
1.
Taman Kanak-kanak (TK):Merupakan satuan
pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun.
2.
Kelompok Bermain (Play Group).Kelompok bermain
berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program
kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun.
3.
Taman Penitipan Anak (TPA). Taman penitipan
anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus
pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum
tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak
sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Secara khusus tujuan pendidikan anaka usia dini adalah:
1.
Penanaman nilai keimanan.
2.
Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya.
3.
Anak mampu menggunakan bahasa.
4. Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,
memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
5.
Anak mampu mengenal lingkungan.
6.
Anak memiliki kepekaan terhadap seni serta menghargai
karya kreatif.
Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
· Berorientasi pada Kebutuhan Anak. Anak
usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk
mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun
psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
· Belajar melalui bermain. Melalui
bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil
kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
· Menggunakan lingkungan yang kondusif.
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan
dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan
belajar melalui bermain.
· Menggunakan pembelajaran terpadu.
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu
yang dilakukan melalui tema. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal
berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan
bermakna bagi anak.
· Mengembangkan berbagai kecakapan
hidup. Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui
berbagai proses pembiasaan.
· Menggunakan berbagai media edukatif
dan sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal
dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh
pendidik /guru.
· Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya
dilakukan secara bertahap. Dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat
dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan
kegiatan–kegiatan yang berulang .
PAUD,
Harapan dan Tantangan
Mendidik anak sejak usia dini
dilandasi dengan kesadaran bahwa anak-anak berada pada usia emas (golden age).
Periode ini sangat penting, di mana seluruh fungsi dan kemampuan anak sedang
berkembang dengan pesat. Anak-anak memiliki kemampuan - yang menurut Vygotsky masih merupan potensial
- sehingga memerlukan kontribusi dari orang dewasa untuk memberikan stimulasi
yang tepat agar kemapuan-kemampuan itu teraktualisasi dan berkembang dengan
optimal.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan
anak usia dini tahun-tahun belakangan ini mendapatkan perhatian yang cukup
menggembirakan dari berbagai kalangan masyarakat, baik dari pemerintah, pihak
swasta, orang tua, akademisi, praktisi pendidik, agamawan dan lain-lain. Wujud
kepedulian itu dimanifestasikan dengan terbentuknya berbagai lembaga pendidikan
anak usia dini yang didirikan oleh pemerintah, lembaga swasta, maupun atas
inisiatif dan prakasra masyarakat setempat. Pemerintah misalnya, menetapkan
regulasi yang jelas, yang benar-benar mengatur secara bijak penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini. Selain itu disediakan tenaga pendidik anak usia dini
yang dapat membantu proses belajar anak, yang benar-benar memahami proses
tumbuh kembang anak usia dini, memahami karakter anak-anak, kreatif, mampu
menjawabi setiap kebutuhan anak.
Namun pembangunan pada sektor
pendidikan anak usia dini ini tidak lepas dari kendala yang di temui dilapangan
sehingga perkembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia belum dapat
dikatakan telah optimal, kendala-kendala tersebut berkaitan dengan kemampuan
pemerintah dan masyarakat, pengelola dan mutu pendidikan anak usia dini. Masalah
nyata yang sering dihadapi adalah pengawasan yang tidak menyeluruh dari
pemerintah, tenaga pengajar dan pendamping yang tidak memadai atau tidak
memenuhi kualifikasi yang diharapkan, serta kesadaran masyarakat sendiri akan
pentingnya pendidikan bagi anak-anak usia dini. Tantangan lain adalah kenyataan
bahwa meningkatnya kesadaran akan pendidikan usia dini tidak disertai dengan
metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan proses tumbuh kembang anak. Masih banyak
terjadi pada kenyataan bahwa pelaksanaan pembelajaran di lapangan kadang overlap dan tidak sesuai, bahkan tak
jarang dipaksakan. Akibatnya anak mengalami trauma dengan belajar dan sekolah,
takut dengan sekolah dan guru, akhirnya tak mau lagi bersekolah.
Diperlukan kerja sama dan komunikasi
yang intens demi terlaksananya pendidikan bagi anak-anak. Diperlukan sebuah
konteks belajar yang menyenangkan, yang selalu membangkitkan kegairahan dalam
diri anak untuk selalu belajar dari dirinya sendiri. Apabila setiap orang
dewasa Indonesia sadar bahwa masa depan bangsa ini ada di tangan generasi
penerusnya, maka perhatian terhadap anak-anak hendaknya lebih dimaksimalkan.
Sebagai kata akhir, anak-anak adalah bunga-bunga kecil yang berkuncup dan mekar di tengah alam sosial kita. mereka memberikan semarak dan keharuman paling asali dari manusia. Sebagaimana kata lagu 'mawar melati semuanya indah', biarlah anak-anak tumbuh menjadi dirinya sendiri tanpa mesti didoktrin menurut keinginan orang dewasa. Biarlah mawar tetap menjadi mawar dan melati tetap menjadi melati agar dunia tetap menjadi indah adanya.
Sebagai kata akhir, anak-anak adalah bunga-bunga kecil yang berkuncup dan mekar di tengah alam sosial kita. mereka memberikan semarak dan keharuman paling asali dari manusia. Sebagaimana kata lagu 'mawar melati semuanya indah', biarlah anak-anak tumbuh menjadi dirinya sendiri tanpa mesti didoktrin menurut keinginan orang dewasa. Biarlah mawar tetap menjadi mawar dan melati tetap menjadi melati agar dunia tetap menjadi indah adanya.
Bacaan:
Asmidayati, dkk. (2011). Tokoh Filsafat Pendidikan Dr. Maria Montessori. Yogyakarta: UNY
Magini, A.P. (2013). Sejarah Pendekatan Montesori. Yogyakarta: Kanisius.
Patmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Piaget, J. & Inhelder, B. (2010). Psikologi Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Suryabrata, Sumadi. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
Asmidayati, dkk. (2011). Tokoh Filsafat Pendidikan Dr. Maria Montessori. Yogyakarta: UNY
Magini, A.P. (2013). Sejarah Pendekatan Montesori. Yogyakarta: Kanisius.
Patmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Piaget, J. & Inhelder, B. (2010). Psikologi Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Suryabrata, Sumadi. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
sangat bermanfaat sekali artikelnya
BalasHapus