Sabtu, 08 Oktober 2016

PAUD: SUATU HARAPAN DAN TANTANGAN

Kilas Sejarah PAUD
Perhatian terhadap pendidikan anak usia dini telah berlangsung lama. Namun secara formal baru terjadi ketika Friedrich Frobel mendirikan Kindergarten pada tahun 1840 di Blankenburg, Jerman. Kindergarten merupakan wujud kepedulian Frobel terhadap pendidikan anak usia dini yang disadari sangat penting dan berpengaruh terhadap pendidikan dan pembentukan manusia selanjutnya. Anak usia dini diibaratkan seperti tunas tumbuhan, memerlukan pemeliharaan dan perhatian sepenuhnya dari orang dewasa sebagai juru taman. Kindergarten yang selanjutnya lebih dikenal dengan Frobel School berpengaruh terhadap pendidikan anak usia dini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan berbagai bentuk dan versi PAUD pun bermunculan.
Perkembangan perhatian terhadap pendidikan usia dini di Indonesia dimulai bahkan sejak sebelum kemerdekaan. Pada masa pendudukan Belanda, pemerintah Hindia Belanda membawa konsep Frobel School dan mendirikan Kindergarten bagi anak-anak keturunan Belanda (dan Eropa secara umum) dan kelompok bangsawan lokal. Seiring munculnya kebangkitan nasional, kesadaran akan pentingnya pendidikan semakin dirasakan.
Tahun 1919, atas inisiatif Persatuan Wanita Aisyiyah berdirilah Bustanul Athfal di Yogyakarta. Bustanul Athfal didirikan dengan maksud mendidik anak-anak sejak dini dengan semangat nasionalisme dengan berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Selain itu juga dimaksudkan untuk merespon popularitas Frobel School bentukan Belanda yang sangat berorientasi Eropa serta sangat terbatas bagi kalangan tertentu saja. Selanjutnya tahun 1922, RM.Soewardi Soeryaningrat atau yang lebih dikenal Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Lare atau Taman Anak (Kindertuin) yang lalu berkembang menjadi Taman Indria.
Perhatian terhadap pendidikan usia dini pada periode setelah kemerdekaan ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Lanjutan Wanita, yang kemudian mendirikan Sekolah Pendidikan Guru TK Nasional di Jakarta. Pemerintah dan swasta secara bersama membangun lembaga-lembaga pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan anak usia dini. Dari pihak pemerintah sendiri, perhatian terhadap pendidikan anak usia dini termuat dalam UU Nomor 40 tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah. Pada saat itulah keberadaan TK diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Sejak itu pula, perhatian terhadap PAUD semakin berkembang sampai saat ini, ditandai dengan adanya regulasi yang semakin jelas memuat segala hal yang sedapat mungkin diupayaakn untuk membantu pendidikan anak usia dini secara tepat sasar.

Arti Penting Pendidikan Usia Dini
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi manusia yang utuh.
Secara umum, anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Secara periodik usia dini merupakan masa di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini merupakan masa yang sangat penting bagi periode proses tumbuh-kembang anak selanjutnya. Maka, pendidikan anak usia dini adalah fondasi atau peletak dasar bagi tumbuh kembang anak. Ketika pendidikan anak usia dini tidak mendapat porsi dan perhatian lebih, maka akan mengancam keberlangsungan pendidikan pada tingkatan selanjutnya. Kesadaran akan pentingnya pembentukan pada masa golden age ini kemudian menumbuhkan kesadaran baru untuk lebih memberikan perhatian kepada pendidikan anak usia dini.

Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu:
1.      Taman Kanak-kanak (TK):Merupakan satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun.
2.      Kelompok Bermain (Play Group).Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun.
3.      Taman Penitipan Anak (TPA). Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus tujuan pendidikan anaka usia dini adalah:
1.      Penanaman nilai keimanan.
2.      Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya.
3.      Anak mampu menggunakan bahasa.
4.  Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
5.      Anak mampu mengenal lingkungan.
6.      Anak memiliki kepekaan terhadap seni serta menghargai karya kreatif.

Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
·     Berorientasi pada Kebutuhan Anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
·   Belajar melalui bermain. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
·   Menggunakan lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
·       Menggunakan pembelajaran terpadu. Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
·   Mengembangkan berbagai kecakapan hidup. Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan.
·     Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
·   Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berulang .

PAUD, Harapan dan Tantangan
Mendidik anak sejak usia dini dilandasi dengan kesadaran bahwa anak-anak berada pada usia emas (golden age). Periode ini sangat penting, di mana seluruh fungsi dan kemampuan anak sedang berkembang dengan pesat. Anak-anak memiliki kemampuan - yang menurut Vygotsky masih merupan potensial - sehingga memerlukan kontribusi dari orang dewasa untuk memberikan stimulasi yang tepat agar kemapuan-kemampuan itu teraktualisasi dan berkembang dengan optimal.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini tahun-tahun belakangan ini mendapatkan perhatian yang cukup menggembirakan dari berbagai kalangan masyarakat, baik dari pemerintah, pihak swasta, orang tua, akademisi, praktisi pendidik, agamawan dan lain-lain. Wujud kepedulian itu dimanifestasikan dengan terbentuknya berbagai lembaga pendidikan anak usia dini yang didirikan oleh pemerintah, lembaga swasta, maupun atas inisiatif dan prakasra masyarakat setempat. Pemerintah misalnya, menetapkan regulasi yang jelas, yang benar-benar mengatur secara bijak penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Selain itu disediakan tenaga pendidik anak usia dini yang dapat membantu proses belajar anak, yang benar-benar memahami proses tumbuh kembang anak usia dini, memahami karakter anak-anak, kreatif, mampu menjawabi setiap kebutuhan anak.
Namun pembangunan pada sektor pendidikan anak usia dini ini tidak lepas dari kendala yang di temui dilapangan sehingga perkembangan pendidikan anak usia dini di Indonesia belum dapat dikatakan telah optimal, kendala-kendala tersebut berkaitan dengan kemampuan pemerintah dan masyarakat, pengelola dan mutu pendidikan anak usia dini. Masalah nyata yang sering dihadapi adalah pengawasan yang tidak menyeluruh dari pemerintah, tenaga pengajar dan pendamping yang tidak memadai atau tidak memenuhi kualifikasi yang diharapkan, serta kesadaran masyarakat sendiri akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak usia dini. Tantangan lain adalah kenyataan bahwa meningkatnya kesadaran akan pendidikan usia dini tidak disertai dengan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan proses tumbuh kembang anak. Masih banyak terjadi pada kenyataan bahwa pelaksanaan pembelajaran di lapangan kadang overlap dan tidak sesuai, bahkan tak jarang dipaksakan. Akibatnya anak mengalami trauma dengan belajar dan sekolah, takut dengan sekolah dan guru, akhirnya tak mau lagi bersekolah.
Diperlukan kerja sama dan komunikasi yang intens demi terlaksananya pendidikan bagi anak-anak. Diperlukan sebuah konteks belajar yang menyenangkan, yang selalu membangkitkan kegairahan dalam diri anak untuk selalu belajar dari dirinya sendiri. Apabila setiap orang dewasa Indonesia sadar bahwa masa depan bangsa ini ada di tangan generasi penerusnya, maka perhatian terhadap anak-anak hendaknya lebih dimaksimalkan.
Sebagai kata akhir, anak-anak adalah bunga-bunga kecil yang berkuncup dan mekar di tengah alam sosial kita. mereka memberikan semarak dan keharuman paling asali dari manusia. Sebagaimana kata lagu 'mawar melati semuanya indah', biarlah anak-anak tumbuh menjadi dirinya sendiri tanpa mesti didoktrin menurut keinginan orang dewasa. Biarlah mawar tetap menjadi mawar dan melati tetap menjadi melati agar dunia tetap menjadi indah adanya.

Bacaan:
 Asmidayati, dkk. (2011). Tokoh Filsafat Pendidikan Dr. Maria Montessori. Yogyakarta: UNY
Magini, A.P. (2013). Sejarah Pendekatan Montesori. Yogyakarta: Kanisius.
Patmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Piaget, J. & Inhelder, B. (2010). Psikologi Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Suryabrata, Sumadi. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

1 komentar:

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini