Gambar Ilustrasi dari sini |
Mengawali abad ke-21, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tak dapat dibendung. Terobosan baru bidang ini membuka secara luas segala sekat ruang dan waktu yang sepanjang masa sebelumnya menjadi tembok penghalang, secara khusus pada perihal cakrawala wawasan manusia. Dampaknya, manusia secara terbuka dapat mengetahui segala macam hal yang terjadi di dunia.
Salah satu
hal luar biasa yang menjadi dampak bawaan perkembangan telnologi komunikasi dan
informasi adalah kehadiran internet. Dengan sekali klik, informasi yang
dibutuhkan dapat diperoleh dan dibaca dengan mudah. Dari sini dapat dilihat,
bahwa meskipun segala hal berkembang, kegiatan membaca merupakan hal penting
yang tetap lestari. Membaca merupakan metode terbaik dan paling efektif untuk
mendapatkan informasi. Dengan membaca, bukan hanya wawasan yang diperluas dan
diperkaya. Membaca juga merupakan jalan mengasah penalaran.
Secara
positif internet diterima karena menjembatani banyak hal, termasuk hal
menyediakan referensi bacaan yang dibutuhkan semua orang. Selain
artikel-artikel yang tak terhitung jumlangnya, buku-buku elektronik pun hadir
menjadi pilihan yang diapresiasi secara positif. Dengan didukung perangkat
elektonik yang memadai, sebuah perpustakaan dengan kapasitas ribuan buku yang
biasanya membutuhkan ruang penyimpanan sebuah gedung dapat dikemas dalam
genggaman.
Salah satu
sisi positif kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dialami juga dalam
bidang literasi. Literasi yang sebelumnya hanya melibatkan perangkat media
cetak yang secara fisik berupa jilidan kertas ikut berubah. Buku yang terdiri
dari berlembar-lembar kertas, membutuhkan ruang yang besar, berbobot berat tak
lagi menjadi kendala ketika perangkat elektronik hadir dengan kemudahan yang
disajikan.
Pada
kenyataannya, kemudahan yang dihadirkan kemajuan teknologi ternyata tidak
sepenuhnya menjamin berhasilnya cita-cita mendasar, bahwa semua orang pada
segala level dan latar belakang bisa mengalami kemudahan dalam hal membaca.
Pasalnya meskipun era digital memberi dampak positif, terdapat pula dampak
negatif yang ikut serta hadir tak terelakkan. Dampak negatif ini ikut dialami
dunia literasi. Alhasil, gerakan baca buku yang santer digaungkan seakan
menempatkan pegiatnya berperan sebagai orang gila. Antara menjadi orang waras
atau orang gila pun dijalani.
Berhadapan
dengan gelombang digital tentu bukan masalah bagi orang-orang dewasa. Lantas
bagaimana dengan anak-anak? Di sini letak masalahnya. Dunia digital yang
menyajikan banyak hal dengan mudah dapat diakses. Tak terkecuali konten-konten
negatif ikut berpeluang untuk dibuka dan menjadi sajian menarik bagi anak-anak.
Lebih serius lagi, beberapa penelitian menunjukkan hasil anak-anak yang secara
dini terpapar dunia digital membuat mereka mengalami cacat memori.
Sebuah
penelitian mengungkapkan terjadi kekacauan performa otak ketika orang mengakses
gadget dan terpapar dunia digital. Bagi orang dewasa, hal ini terjadi karena
keinginan untuk mengakses sebanyak mungkin apa yang didapat melalui gadget.
Dalam waktu yang singkat seseorang memaksa otaknya untuk mengerjakan tugas yang
dikejar tenggat waktu, membuka email, chatting dengan teman, memonitor beberapa
media sosial mereka, mencari info tentang iklan yang muncul di layar gadget
dll. Hal ini berdampak pada peningkatan stress, menurunnya kemampuan penalaran
dan kemampuan berpikir kritis. Sementara bagi anak-anak yang secara dini telah
terpapar dunia digital, tentu lebih tinggi resikonya.
Dari beberapa
hal ini, ditemukan bahwa membaca buku cetak masih lebih positif dampaknya,
khususnya kepada anak-anak. Ketika membaca buku cetak, perhatian hanya terfokus
pada buku tersebut. Otak memberi respon secara teratur terhadap buku yang
dibaca tanpa terganggu oleh godaan hal lain di luar buku yang tengah dibaca.
Bagaimana
agar anak-anak tetap tertarik membaca buku di era digital ini? Kita tak mungkin
menghindari perkembangan zaman. Daripada melawan kekuatan yang sudah jelas
menempatkan kita sebagi pihak yang tak kan menang, lebih baik dipikirkan sebuah
formula yang tepat untuk mengimbangi kekuatan digital. Perlu dicari formula
yang sesuai, bagaimana anak tetap membaca buku dengan sehat meski tetap
memiliki kesempatan bermain gadget. Membuat buku lebih menarik ketimbang gadget
jauh lebih penting.
Membuat anak
tertarik dengan buku tidak gampang. Perlu pembiasaan terus-menerus. Salah satu
cara yang paling gampang adalah memberi contoh. Selain itu, menyediakan buku
yang sesuai dengan minat anak juga penting. Membuat anak terpapar dengan
berbagai buku bacaan akhirnya akan membuat anak tahu mana buku yang sesuai
untuknya, yang disukainya sendiri. Dalam banyak kasus, anak tidak suka baca
buku karena mereka tidak mendapat contoh dari orang dewasa di sekitar mereka.
Orang tua dan anggota keluarga lain yang mengambil jarak dengan kegiatan
membaca tak mungkin melahirkan pribadi anak yang suka membaca buku. Selain itu,
sering anak-anak dijejali buku-buku yang keliru. Anak-anak tidak akan merasa
nyaman ketika dipaksa membaca buku yang tidak mereka sukai.
Gerakan baca
buku akan mencapai hasil positif ketika ada dukungan yang positif. Memberi contoh
kepada anak-anak, menyediakan reading-time dalam keluarga merupakan dasar dari
gerakan baca buku. Kemudian menyediakan buku yang menarik, baik dari segi isi
maupun kemasan bisa menjadi pertimbangan lain yang ikut mendukung gerakan ini.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny