Jumat, 05 Januari 2018

Piknik Mewah (Bagian 1)

Perhentian Awal: Piknik Mewah - Mendatangi Sawah
Libur kali ini tak ada pilihan jalan-jalan. Sebenarnya yang tepat adalah tak mau merencanakan kegiatan pengisi liburan. Ke mana-mana macet. Dimaklumi saja. Sebagai daerah wisata, Jogja selalu menarik untuk didatangi wisatawan. Jangankan liburan akhir tahun. Akhir pekan saja selalu kebanjiran wisatawan. Padat. Saya malah merasa kalau tahun ini jauh lebih padat dari tahun-tahun sebelumnya. Jalanan Jogja seakan showroom kendaraan. Mini sampai jumbo ada.
Karena padatnya lalulintas segala arah, hasrat jalan-jalan akhirnya ditunda. Rencananya demikian. Umumnya liburan akan berakhir tepat 1 Januari, dan tanggal 2 Januari kebanyakan sudah kembali ke aktivitas masing-masing. Mau tidak mau banyak wisatawan sudah kembali ke tempat asal mereka pada 1 Januari. Sementara saya dan mbak pacar masih punya waktu beberapa hari. Libur kami sampai 8 Januari. Maka agenda kami adalah mulai berkeliling pada 3 Januari.
Pilihan pertama: Ke arah Imogiri. Sebenarnya tidak ada satu tujuan pasti harus ke salah satu obyek wisata di daerah Imogiri. Intinya jalan saja, keluar sebentar dari kota Jogja. Perjalanan yang santai, mendaki bukit, menyusuri lereng bukit lalu menuruni lembah, pemandangan hutan menjadi suguhan istimewa bagi mata. Tanpa sadar kami hampir mendekati daerah Wonosari. Akhirnya kami memutuskan pulang, melalui jalan jang sama ketika kami datang.
Waktu masih pagi, kira-kira pukul sepuluh. Di tengah perjalanan, tepatnya di Dusun Sukorame, Mangunan, kami berhenti di tepi sawah. Memang sawahnya di pinggir jalan. Hamparan padi yang menghijau, udara pagi yang masih sehar memberi kesan sendiri. Tanpa isyarat mbak pacar sudah masuk ke sawah, menyusuri pematang. Saya sendiri memilih menunggu saja. Toh sawahnya kurang lebih sama sama dengan di kampung saya. Keluarga besar saya umumnya petani, punya sawah beberapa bidang di Bokis dan Kaubele. Almarhum bapak meninggalkan sebidang tanah di Supun yang digarap menjadi sawah tadah hujan. Saya sendiri mendapat warisan dari kakek berupa sebidang sawah. Tidak ada yang istimewa.
Dari tepi jalan saya hanya memandang mbak pacar yang berada di tengah sawah. Saat itulah saya menyadari, ada yang berbeda pada sawah ini. Ada pemandangan unik yang membangkitkan rasa penasaran. Di tengah hamparan padi yang menghijau ada semacam bangunan jembatan, membentuk lingkaran di tengah sawah. Belum begitu menarik perhatian saya. Dan untuk mengisi waktu, saya mau merokok saja.
Ketika saya mengambil rokok, saya baru ingat kalau saya lupa membawa korek api. Saya masih mencari ide mau saya apakan rokok ini ketika mbak pacar tiba dengan ekspresi gembira bahagia. Hahahaha...
“Bangunan itu jembatan bambu yang akan dijadikan satu obyek wisata lagi,” demikian mbak pacar menyampaikan.
“Kata siapa?”
“Itu kata si bapak yang lagi menebar pupuk tadi. Lihat, yuk.”
“Tunggu, cari warung dulu. Saya mau beli korek.”
Kami lalu mencari warung dekat situ. Saat itulah kami mencoba bertanya-tanya tentang bangunan di tengah sawah kepada bapak yang empunya warung. Ceritanya memang lokasi itu tengah dipersiapkan menjadi obyek wisata, dengan suguhan utamanya panorama sawah. Semacam ekowisata begitu. Pengerjaannya oleh masyarakat setempat, dan belum rampung.
“Boleh masuk saja, kalau mau melihat-lihat. Sini lewat belakang rumah saja. Jalan masuknya juga belum dikerjakan.”
Mbak pacar senang. Saya lebih ke penasaran. Sambil bertegur sapa dengan beberapa bapak-ibu yang tengah bekerja di sawah maupun di halaman rumah, kami menuju ke pintu masuk kembatan. Memang menarik. Saya yang tadinya merasa biasa-biasa saja langsung antusias. Tanpa ragu saya keluarkan kamera dan crek...crek..crek..mengambil gambar.
Seorang bapak datang mendekat. Kami saling menyapa, lalu cerita mengalir. Ceritanya, beberapa waktu lalu ada kelompok mahasiswa salah satu universitas yang melakukan kegiatan KKN di dusun Sukorame. Mereka ikut memberikan sumbangan ide bagaimana meningkatkan potensi dusun Sukorame ini. Ternyata tak hanya peningkatan potensi pertanian. Warga ingin punya obyek wisata. Dan si bapak yang kami temui di sini adalah salah satu pencetus ide membuat obyek jembatan bambu di tengah sawah ini.
Dari cerita singkat si bapak, begini. kawasan Mangunan punya banyak obyek wisata. Umumnya panorama bukit dan hutan pinus yang diunggulkan. Warga Sukorame ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda. Akhirnya sawah ini yang dipilih. Dan memang berbeda. Meski belum rampung, sudah menarik banyak orang. Karena belum rampung, tiket masuknya masih gratis.









Puas mengambil gambar, kami pamit pulang. Sambil berjanji akan kembali ke sini kalau sudah rampung nanti. Salut buat warga dusun Sukorame.
                                                                                                             Jombor, 3 Januari 2018




1 komentar:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini