Selasa, 13 Desember 2011

KISAH PENCIPTAAN

imagesPada mulanya adalah kehampaan. Hanya roh-roh tak berwujud yang melayang-layang  bergerak bebas mengitari kehampaan itu. Kehampaan itu gelap, tak ada cahaya. Belum dikenal apa itu matahari, bulan juga bintang.

Kala itu, Cinta adalah sewujud roh putih yang beredar dari titik kosong yang satu ke titik kosong yang lain. Cinta, dalam jiwa rohnya merasa sendirian, mencari-cari sesuatu di tengah universum yang tidak diketahuinya, hanya disadarinya. Kemudian…, ada titik cahaya membersit kecil dari seberang.

Cinta tertegun, sadar ia tak sendirian. Gelora nada gembira bercampur gelisah menyelimutinya. Siapa gerangan roh bercahaya itu? Cinta membathin. Ada rindu nan indah memancar. Dan cinta sadar, ia berubah. Semburat titik kembang api, ia berpijar, berpijar dan terus berpijar, dan… jadilah terang nan dahsyat, menerangi semesta jagad. Cinta menjadi bola api raksasa, bercahaya, suci. Cinta menjadi matahari. Dan kelihatan baginya, cahaya kecil roh lain tadi telah lenyap, berubah menjadi gerak tari, angung dan anggun.unduhan (2)

“Siapa kamu?” Cinta berteriak, bergetar gelisah. Roh penari tadi tertegun, tercekat sejenak, lalu kembali menari.

“Hei kamu yang terus menari, siapa kamu?” Cinta semakin gelisah.

“Aku tak bisa berhenti.” Suara muncul dari tengah gerak tari roh penari. Suaranya lembut, namun mengalir pasti dan tegas, bergema memenuhi jagad.

“Aku tak mengerti,” Cinta menjawab bingung.

“Aku tak mungkin berhenti karena itu akan menyangkal diriku sendiri. Aku akan mati.”

“Lalu bagaimana aku harus memanggilmu?”

“Kreativitas.”

“Hmmm…, membingungkan.”

“Aku adalah hawa bebas. Aku adalah gerak. Jika aku berhenti sedikit saja maka aku akan mati, lalu hilanglah krativitas.” Jawab roh penari yang makin liar gerakannya. Kemudian ia melanjut, “Aku telah menjelaskan tentang aku. Kamu sendiri siapa?”

Cinta bingung dalam jiwa rohnya, tak tahu bagaimana mesti menjawab pertanyaan sederhana itu. “Aku tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaanmu. Aku ada, dan itu yang kusadari.”

“Omong kosong!!! Lalu apa arti ada dan kesadaranmu?”

“Aku tak tahu, sungguh!!! Yang kutahu adalah aku ada, berpindah dari ruang kosong yang satu ke yang lain. Dan yang kusadari adalah rasa indah dalam apa yang kulihat.”

“Termasuk pekat yang tadi?”

“Ya, kegelapan tadi sungguh indah buatku, lalu kamu muncul, begitu indah pula. Aku sendiri adalah roh putih yang indah juga.”

“Perubahan yang sekarang?”

“Aku melihatmu tadi, begitu indah, dan aku pun berubah. Keadaanku bukan lagi roh putih yang melayang tak bertuju. Aku, seperti yang kamu tahu sekarang, menjadi cahaya terang. Saat aku melihatmu tadi keadaanku pun berubah.”

“Kalau begitu maukah kau menari denganku?”

“Aku tak bisa. Kamu indah, dan aku ingin menari bersamamu. Tapi aku tak bisa.”

“Bersatulah denganku, akulah yang akan menari untuk kita. Kamu cukup membagi-bagi cahaya dan keindahanmu.”

“Apa bisa?”

“Mari kita mulai.”

Kreativitas mendekat, merangkul cinta. Maka terciptalah tari cinta yang indah. Melelahkan tetapi manis, menyakitkan tetapi menumbuhkan rindu, membakar namun membebaskan. Tarian itu liar dan dahsyat. Satu persatu terlempar serpihan yang membentuk semesta, bulan, bintang, planet, dan… manusia. Saat cinta dominan, jadilah perempuan. Saat krativitas dominan, jadilah pria.

Itulah sebabnya mengapa perempuan diidentikkan dengan ketulusan cinta dan pria semangat gerak ada pada pria. Walaupun demikian mereka memiliki kesempurnaan pada yang lain, perempuan pada pria dan pria pada perempuan. Alasannya, mereka ternentuk dari dua roh yang menyatu; mereka akan selalu berusaha untuk bersatu, untuk mencari keutuhan dan kesempurnaannya.

(Penfui, Oktober 2011, dimuat dalam jurnal sastra Filokalia edisi September 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini