Minggu, 20 Januari 2013

Memecah Waktu

beranda yang kita singgahi kemarin masih menunggu bingkisan cerita,
biar tak usang alang-alang dan bambu yang setia pada hujan dan terik.
padanya kita rekatkan semua nafas dan keringat sepulang sekolah.
memori kita adalah seragam putih merah yg dekil, berlubang pula, dan kita tambal sulam dengan cerita:
aksara-aksara, bilangan-bilangan, juga cambuk rotan.
Bahkan kerikil kecil yg setia mencumbui lutut-lutut kotor nan lucu.

benarkah rotan itu berujung emas??
apa kerikilmu telah menetaskan mutiara??
aku butuh itu, sekali lagi
...........
dia yg setia menyesakkan kepalaku dengan huruf dan angka.

(Penfui, 2012)

3 komentar:

  1. mungkinkah makian dulu yg terlontar saat lutut kita memamah kerikil itu telah menjelma syukur hari ini?

    BalasHapus
  2. Seperti kisah jagad: makian berujung syukur.

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas konten dan info yg menarik dan menginspirasi….thk u

    BalasHapus

Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini