Bagimu, selembut apapun angin selalu mengiris,
Angin selalu menitipsinggahkan segurat luka
pernah pula ia tancapkan belati di hatimu.
Kau ingin mati tanpa waktu.
Aku pulang, ketika kau tuliskan untukku:
Tidur adalah mati sementara
Mati adalah tidur abadi
Aku benci sekaligus menginginkannya.
(Penfui, 21 Januari 2012)
Dimuat dalam jurnal SANTARANG Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Segala kritik dan saran silahkan diposkan di sini